Tipe Wyoming Na-bentonit – Swelling bentonite Mg, Ca-bentonit – non swelling bentonite

kisi-kisi struktur, sehingga secara fisik bentonit tersebut menjadi aktif. Untuk keperluan tersebut asam sulfat dan asam klorida adalah zat kimia yang umum digunakan. Selama proses bleaching tersebut, Al, Fe, dan Mg larut dalam larutan, kemudian terjadi penyerapan asam ke dalam struktur bentonit, sehingga rangkaian struktur mempunyai area yang lebih luas. 2. Pengaktifan secara fisika Pengaktifan fisika dilakukan dengan memanaskan bentonit di-furnace pada suhu 400 ºC selama 6 jam untuk memperluas permukaan butiran bentonit Adel dan Haerudin, 2003. Perubahan dari gugus oktahedral menjadi tetrahedral membuat kisi kristal bermuatan negatif pada permukaan kristal, sehingga dapat dinetralisir oleh ion hidrogen Supeno, 2003 Berikut adalah beberapa sifat umum bentonit : 1. Lunak, berbentuk kristal, bewarna pucat umumnya putih, hijau, kelabu, merah muda dalam keadaan segar dan mempunyai kilap lilin. 2. Terasa licin seperti sabun dan dapat menyerap air.

III. METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah erlenmeyer, beaker glass, jarum ose, pipet tetes, mikropipet Eppendroff, neraca analitik, lemari pendingin, pembakar spirtus, biuret dan statif, sentrifuga, magnetik stirer, autoclave model S-90N, oven, laminar air flow CRUMA model 9005-FL, waterbatch shaker incubator HAAKE, pH meter, waterbath, incubator, ayakan 100 mesh dan spektrofotometer UV-VIS Cary Win UV 32. Bahan-bahan yang digunakan adalah Nutrient Agar, aquades, Gum arab, minyak zaitun, pepton, NH 4 2 SO 4 , NaNO 3, Na 2 CO 3, KH 2 PO 4 , MgCl.6H 2 O, CaCl 2 . 2H 2 O, NaOH, NaK-Tartarat, NaH 2 PO 4 , Na 2 HPO 4 , Phenolphtalein PP, reagen folin- ciocalteu, HCl, HF, Buffer fosfat pH 7, lautan Bovine Serum Albumin BSA, Asam Oksalat H 2 C 2 O 4 . 2H 2 O, kantong selofan dan Bentonit. Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung.

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Media dan Larutan Pereaksi

a. Pembuatan media pertumbuhan bakteri dengan induser minyak zaitun 2,8 gram nutrient agar NA dan 2 ml minyak zaitun, dilarutkan dalam 100 mL aquades kemudian disterilkan pada temperatur 120 ºC tekanan 1 atm, setelah itu dituang ke dalam tabung, dimiringkan dan simpan pada suhu kamar. b. Pembuatan media inokulum Media yang digunakan adalah media cair M.Sarley yang dimodifikasi. Media inokulum dibuat dengan cara menimbang bahan-bahan yang terdiri dari pepton 1 g; Gum arab 5 g; minyak zaitun 10 ml; NaNO 3 0,1 g; KH 2 PO 4 0,1 g; MgCl 2 .6H 2 O 0,05 g; CaCl 2 . 2H 2 O 0,05 g; dilarutkan dalam 1000 ml buffer posfat pH 7 kemudian media disterilkan pada temperatur 121 °C, tekanan 1 atm selama 15 menit dalam autoclave. c. Pembuatan media fermentasi Media fermentasi yang digunakan gL -1 terdiri dari pepton 1 g; Gum arab 5 g; minyak zaitun 10 ml; NaNO 3 0,1 g; KH 2 PO 4 0,1 gr; MgCl 2 .6H 2 O 0,05 g; CaCl 2 . 2H 2 O 0,05 g; dilarutkan dalam buffer posfat pH 7 sebanyak 1000 mL dalam labu erlenmeyer dan media fermentasi tersebut disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121ºC, tekanan 1 atm selama 15 menit. d. Pembuatan larutan pereaksi  Pereaksi yang digunakan untuk pengukuran aktivitas enzim lipase metode Titrimetri Pereira et al., 2001. - Larutan NaOH 0,05 N, dengan menimbang 2 gram NaOH kemudian dilarutkan ke dalam 1000 ml aquades. - Campuran etanol dan aseton perbandingan 1:1, dengan mencampurkan 100 ml etanol dan 100 ml aseton. - Larutan standar primer asam oksalat 0,05 N, dengan menimbang 0,63 gram H 2 C 2 O 4 . 2H 2 O yang dilarutkan dalam 100 ml aquades.  Pereaksi yang digunakan untuk penentuan kadar protein metode Lowry Lowry et al., 1951. - Pereaksi A : 2 g Na 2 CO 3 dilarutkan dalam 100 NaOH 0,1 N - Pereaksi B : 5 mL larutan CuSO 4 .5H 2 O 1 ditambahkan kedalam 5 mL larutan NaK tartarat 1 - Pereaksi C : 2 mL pereksi B ditambahkan 100 mL pereaksi A - Pereaksi D : reagen folin ciocelteau diencerkan dengan akuades 1:1. - Larutan standar : larutan BSA Bovine Serum Albumin dengan kadar 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140 ppm.

2. Penentuan kondisi optimum pertumbuhan bakteri Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27853 Penentuan kondisi optimum dilakukan dengan menginokulasi bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 pada media cair inokulum M.Sarley dalam buffer fosfat pH 7 pada suhu ruang yang diinkubasi selama 24 jam. Kondisi optimum meliputi: variasi suhu ºC 30; 35; 40; 45; 50; 55; 60, variasi pH 5; 5,5; 6; 6,5; 7; 7,5; 8; 8,5; 9, dan variasi waktu inkubasi selama 120 jam dengan interval waktu sampling per 24 jam. Setiap perlakuan ditentukan aktivitas enzim lipase dengan metode Titrimetri.

3. Produksi enzim lipase

Sebanyak 2 inokulum bakteri ditambahkan ke dalam media fermentasi dan diinkubasi pada suhu optimum, pH optimum dan waktu fermentasi optimum untuk memperoleh jumlah maksimum enzim yang diproduksi.

4. Isolasi enzim Lipase

Isolasi enzim adalah metode pemisahan enzim dari komponen selnya. Pada penelitian ini isolasi enzim dilakukan dengan cara sentrifugasi. Prinsip sentrifugasi berdasarkan kecepatan sedimentasi dengan cara pemusingan. Sentrifugasi digunakan untuk memisahkan enzim ekstraseluler dari sisa-sisa sel. Sentrifugasi dilakukan pada suhu rendah di bawah suhu kamar untuk menjaga kehilangan aktifitas enzim Suhartono, 1989. Media fermentasi