tersuspensi seperti tanah atau sedimen. Konsekuensinya ortofosfat jarang ditemukan dalam bentuk larutan Henderson-Seller dan Markland, 1987.
Menurut Wetzel 1975 perairan akan didominasi diatom jika kadar fosfat rendah 0.00-0.02 mgl, pada kadar fosfat 0,02-0,05 mgl di perairan banyak tumbuh
Chlorophyceae, dan pada kadar yang lebih tinggi dari 0,10 mgl banyak terdapat Cyanophyceae.
Faktor-faktor penentu ketersediaan unsur P potensial di suatu perairan adalah konsentrasi P dari dalam dan P dari luar. Unsur ini sebagian akan larut
dalam air dan langsung efektif bagi pertumbuhan fitoplankton Fleming, 1975. Unsur P yang sedikit jumlahnya serta dalam perbandingannya dengan unsur N
tidak serasi seringkali merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton Parsons et al., 1997. Menurut Pratiwi 1997 penambahan unsur hara, terutama
P ke dalam suatu perairan akan mendorong laju pertumbuhan dan peningkatan biomassa fitoplankton. Tetapi hal ini harus didukung oleh faktor cahaya, suhu,
serta kondisi fisika-kimia yang layak dan serasi dengan ketersediaan unsur P efektif.
2. Nitrogen
Senyawa nitrogen terdapat di perairan laut dalam bentuk yang beragam mulai dari molekul nitrogen terlarut hingga bentuk partikel. Senyawa nitrogen
merupakan salah satu senyawa yang sangat penting dan menjadi faktor pembatas di laut Grahame, 1987. Senyawa dalam air laut terdapat dalam tiga bentuk
utama, yaitu ammonia, nitrit, dan nitrat. Senyawa nitrogen tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen bebas dalam air. Pada saat oksigen tinggi,
nitrogen berubah menjadi nitrat. Dengan demikia n, nitrat merupakan akhir dari oksidasi nitrogen dalam air Hutagalung dan Rozak, 1997. Unsur nitrogen yang
terdapat dalam senyawa nitrat merupakan zat-zat hara anorganik utama yang diperlukan oleh pertumbuhan fitoplankton.
Ammonia di perairan berasal dari pemecahan nitrogen organik protein, urea dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, serta berasal dari
dekomposisi bahan organik melalui proses amonifikasi. Ammonia di perairan mempunyai dua bentuk, yaitu ammonia terionisasi NH
4 +
dan ammonia tidak
terionisasi NH
3
. Ammonia dalam bentuk tidak terionisasi lebih beracun daripada yang terionisasi Goldman dan Horne, 1983. Urea adalah contoh pupuk
yang mengandung ammonium, berfungsi untuk menambah pasokan nitrogen ke dalam tanah yang dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan. Ammonia
jarang ditemukan pada perairan yang mendapat cukup pasokan oksigen. Pada wilayah anoksik tanpa oksigen, biasanya terjadi di dasar perairan, kadar
ammonia relatif tinggi Effendi, 2003. Batas toleransi fitoplankton terhadap kandungan ammonia di perairan
adalah kurang dari 0,2 mgl Pescod, 1973. Kandungan ammonia pada perairan yang baik biasanya tidak lebih dari 1,0 mgl Lind, 1979.
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Sifatnya mudah larut dan stabil. Nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton.
Konsentrasi nitrat di perairan dikontrol dalam proses nitrifikasi, yang merupakan proses oksidasi senyawa ammonia dalam kondisi aerob oleh bakteri autotrof.
Proses nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keberadaan senyawa beracun di perairan, suhu, pH, kandungan oksigen terlarut, dan salinitas Novotny
dan Olem, 1994. Kadar nitrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal fitoplankton berkisar antara 0,900-3,500 mgl, namun bila kandungan nitrat
kurang dari 0,144 mgl maka nitrat akan menjadi faktor pembatas Mackenthum, 1969 in Lestari, 2003.
3. Silika