dioperasikan lima unit di sekitar Puncak dan 20 unit tersebar di Jakarta. Alat ini bekerja berdasarkan pantauan radar cuaca BPPT. Pelaksanaan TMC di Jakarta dilakukan dengan
mengerahkan empat pesawat terbang, yaitu 1 Hercules C-130 TNI AU dan 3 pesawat CASA 212-200. Pesawat Hercules yang bisa mengangkut 5 ton-6 ton garam disiapkan di Bandara
Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Gambar 2.1 Alat Pantau Cuaca
Berdasarkan kajian yang dilakukan BPPT, lokasi paling tepat untuk pemasangan alat modifikasi cuaca adalah di sekitar area Monumen Nasional Monas. Alat tersebut bekerja
sebagai radar yang mampu mengendus potensi hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah diketahui adanya potensi hujan tinggi, BPPT akan segera melakukan stimulasi
dengan teknik liquid, flare, atau powder guna memecah hujan tersebut. Hujan dengan intensitas tinggi akan diturunkan di laut, atau di balik gunung. Tetapi, kalau awan hitamnya
sudah masuk ke Jakarta, awannya akan dipecah supaya tidak turun di satu titik. Alat tersebut mampu memantau pergerakan curah hujan ekstrem dengan resolusi 500 meter ukuran sel
terkecil yang dapat dideteksi. Data dapat disediakan setiap 6 menit. Proses modifikasi cuaca ini akan memakan waktu selama dua sampai tiga jam. Pesawat Hercules juga mampu
menampung banyak zat semai sehingga bisa digunakan untuk 5-10 awan. BPPT belum bisa memastikan biaya yang diperlukan untuk memodifikasi cuaca. Tergantung berapa lama
kegiatan ini berlangsung. Dananya akan ditanggung BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
2.6 Persepsi tentang “Laser” Pemecah Awan
1. Sumber cahaya lampu sorot bukanlah Laser
Universitas Sumatera Utara
Lampu sorot yang biasa digunakan sebagai mitos penjegal awan bukanlah laser. Laser adalah instrument yang dapat memancarkan spectrum elektromagnetik dalam panjang
gelombang tertentu. Laser memiliki energi tertentu. Laser dengan kekuatan 100-3000 watt dapat memotong logam, biasanya digunakan di pabrik mobil.
2. Perhitungan Efek Radiasi Lampu Sorot terhadap perubahan suhu awan sangat kecil. Energi panas yang dipancarkan per waktu dari sebuah permukaan dinamakan flux radiant.
Dalam rerajahannya, mengandung sebuah konstantan yang disebut konstanta Stefan- Boltzman.Selanjutnya, cahaya lampu sorot kita sebut sebagai sumber dan awan kita sebut
sebagai penerima radiasi panas.Hasilnya, jika saja permukaan lampu sorot itu bersuhu sebut saja 100 derajat Celcius,. Memancarkan cahaya ke awan yang tingginya 90 meter.
Suhu panas yang dari lampu sorot itu hanya akan tersisa 5 derajat celcius. Cukupkah untuk memanaskan awan? Panas dari lampu sorot itu akan tidak ngefek lagi dalam jangkauan
kurang dari 100 meter. Sedangkan awan di wilayah Denpasar sendiri tingginya mencapai 600-900 meter.
3. Dinamika Awan, awan selalu bergerak dan berubah bentuk Sekumpulan sel awan akan selalu berdinamika. Coba perhatikan, sebuah awan bergerak
dari arah tenggara. Semenit yang lalu berupa gumpalan kecil, setengah jam kemudian menjadi gumpalan besar mirip kapas, lalau sejam kemudian berubah lagi menjadi bentuk-
bentuk kecil. Awan adalah sekumpulan titik-titik air yang terkondensasi, bergerak dalam fluida di udara.
2.7 Sejarah Singkat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit
di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
disingkat BMKG, sebelumnya bernama Badan Meteorologi dan Geofisika disingkat BMG adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND, dipimpin oleh
Universitas Sumatera Utara
seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2.8 Metode Analisis Data