pengetahuan individu tentang konteks dari aktivitas di masa depan dan sekaligus menjadi dasar bagi tahap berikutnya.
2 Penyusunan rencana
Pada tahap ini individu membuat rencana dan menetapkan strategi untuk mencapai tujuan kariernya dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu
rencana individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya pada pencapaian tujuan dan cara mana yang paling efisien. Pengetahuan tentang
konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa depan menjadi dasar bagi perencanaan ini. Kemudian, berbagai cara bertindak yang ditetapkan harus
dievaluasi sehingga tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah disusun dapat diwujudkan.
3 Melaksanakan rencana dan strategi yang disusun
Dalam tahap ini individu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan
yang telah ditetapkan dengan konteks sesungguhnya di masa depan.
2.2.2 Siswa Kelas XI SMA
Siswa menurut Nasution 2000: 7- 8 menjelaskan bahwa “siswa dapat
dikatakan adalah anak dalam usia sekolah yang m elakukan aktifitas belajar”. Dari
sisi perkembangan usia, siswa SMA adalah individu yang berusia 15-18 tahun. Menurut Desmita 2008: 198 anak usia 15-18 masa remaja pertengahan
merupakan “masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan”.
Menurut Hurlock dalam Desmita 2008: 199 “remaja mulai memikirkan
tentang masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya
sebagai manusia dewasa di masa mendatang”. Conger dalam Yusuf 2009: 83 mengatakan bahwa “suatu pekerjaan bagi siswa SMA merupakaan sesuatu yang
secara sosial diakui sebagai cara langsung atau tidak langsung untuk memenuhi kepuasaan berbagai kebutuhan, mengembangkan perasaan eksis terhadap
masyarakat dan memperoleh sesuatu yang diinginkan dan mencapai tujuan hidup”. Menurut Piaget dalam Rumini dan Sundari 2004: 78 “cara berfikir siswa
SMA sudah memasuki tahap berfikir operasional formal”. Dalam tahap perkembangan karier menurut Super dalam Winkel dan Sri Hastuti 2004: 632
mengatakan bahwa “remaja mengalami fase explorasi exploration dimana individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil
keputusan yang mengikat”.
Remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan
masalah secara sistematis. Andi Mappiare dalam Rumini dan Sundari 2004: 78 mengemukakan bahwa perkembangan IQ remaja dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan, yaitu: 1
Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang mampu berfikir efektif.
2 Banyaknya pengalaman dan latihan pemecahan masalah sehingga
seseorang dapat berfikir proporsional.
3 Adanya kebebasan berfikir menimbulkan keberanian seseorang
menyusun hipotesis, memecahkan masalah, menarik kesimpulan, dan berfikir kreatif.
“Pada usia sekitar 17 tahun remaja menyadari bahwa mereka bertanggung jawab dalam perencanaan kariernya” seligman, 1994. Pada usia tersebut siswa
sedang menempuh pendidikan di kelas XI SMA. Pada sub tahap eksplorasi umumnya siswa kelas XI SMA mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan
pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai
mereka, namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih
sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, siswa mulai merasa mantap
dengan pekerjaan karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas,
maka siswa makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub tahap spesifikasi siswa sudah mampu
mengambil keputusan yang jelas tentang karier yang akan dipilihnya. Dalam hal ini siswa kelas XI SMA mulai mengambil keputusan-keputusan
tentang masa depan, keputusan tentang apakah akan melanjutkan kuliah atau bekerja dan sebagainya. Siswa kelas XI SMA telah memiliki minat terhadap
pekerjaan yang ditandai dengan memikirkan orientasi masa depannya dan pemikiran-pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan.
Orientasi masa depan merupakan salah satu perkembangan kognitif yang terjadi
pada masa remaja sebagai individu yang mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
yang mengarah pada persiapannya memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa.
Minat siswa kelas XI SMA pada karier seringkali menjadi sumber pikiran. Seperti diterangkan Thomas dalam Hurlock 1980:221 bahwa “pada saat tersebut
remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-
citakan”. Anak laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut oleh
pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh pekerjaan. Pada umumnya anak perempuan memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan
yang tidak banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, biasanya perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti mengajar atau
merawat. Secara relatif, siswa kelas XI telah menguasai atau setidak-tidaknya
mengalami akan menyusun rencana atau planning alternatif pilihan misalnya: jurusan, teman, pekerjaan dan banyak lagi. Namun perlu diketahui bila perjalanan
perkembangan sampai remaja akhir ini kadang-kadang mengalami gangguan emosi dan gangguan lain, kemampuan yang seharusnya telah dimiliki akan
terganggu atau mengalami hambatan.
2.2.3 Faktor Determinan Kemampuan Perencanaan Karier Siswa