Berdasarkan hasil analisis regresi diatas, maka kebenaran hipotesis
keempat dapat dibuktikan, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
keterampilan proses dalam model pembelajaran berbasis masalah dengan modalitas VAK terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Program Linear.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis sebagaimana uraian diatas, menunjukkan bahwa :
Pertama, pada pengujian hipotesis pertama, diperoleh nilai t = 2,153 dan sig = 0,037 =3,7 kurang dari 5, berarti H
ditolak. Artinya rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar dari 65. Dengan demikian hipotesis pertama
diterima, artinya hasil belajar siswa pada materi program linear dengan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan modalitas VAK dapat
mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rerata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen sebesar 69,12 melebihi
kriteria ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan sebesar 65. Hal ini sesuai dengan penelitian Sinaga 1999: 9 yang menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan proses pembelajaran berbasis masalah dapat mencapai ketuntasan belajar.
Kedua, pada pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa nilai t = 2,122 dan sig = 0,040 = 4 kurang dari 5, berarti H
ditolak, artinya rerata keterampilan proses siswa kelas eksperimen tidak sama dengan 54. Dengan demikian hipotesis
kedua diterima, artinya hasil keterampilan proses siswa pada materi program
linear dengan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan modalitas VAK dapat mencapai kriteria minimal klasifikasi baik. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan rerata keterampilan proses siswa kelas eksperimen sebesar 57,33 melebihi kriteria minimal klasifikasi baik yang telah ditetapkan sebesar 54. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dengan modalitas VAK merupakan : a Pembelajaran yang berpusat pada proses berpikir ilmiah
dan tidak hanya mementingkan pada hasil. b Pembelajaran berpusat pada siswa yang mengutamakan peran siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan
menemukan sendiri pengetahuan melalui penyelesaian masalah yang dihadapinya dan interaksi spontan dengan lingkungannya. c Memperhatikan adanya
perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan kognitif. Ketiga, pada pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa nilai F = 0,019 dan
sig = 0,890 = 89 lebih dari 5, maka H diterima, artinya variansi hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak berbeda. Karena kedua kelas memiliki varians yang tidak berbeda, maka dipilih asumsi varian yang sama
Equal variance assumed, dan diperoleh nilai sig = 0,042 = 4,2 kurang dari 5, maka H
ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian hipotesis
ketiga diterima, artinya hasil belajar siswa dengan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan modalitas VAK lebih baik daripada hasil
belajar siswa dengan model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rerata kelas eksperimen sebesar 69,12 lebih besar daripada nilai rerata kelas kontrol
sebesar 63,76.
Hal ini dapat diduga sebelumnya, karena pembelajaran berbasis masalah dengan modalitas VAK dalam pembelajaran matematika pada materi program
linear memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut. 1
Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. 2
Dengan melibatkan semua modalitas yang ada pada siswa, akan menjadikan belajar semakin hidup, lebih berarti dan lebih melekat De Porter dan
Hernacki, 1999: 86. Keempat, pada pengujian hipotesis keempat, diketahui bahwa variabel
dependen Y dapat dikatakan mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov, dimana
diketahui nilai sig = 0,522 = 52,2 lebih besar dari 5, berarti H diterima
variabel Y normal. Selanjutnya dari hasil analisis regresi, diketahui bahwa hubungan antara keterampilan proses dan hasil belajar siswa dapat dinyatakan
dengan persamaan X
Y 329
, 1
957 ,
5 ˆ
+ −
= . Persamaan regresi ini linear, karena dari
hasil analisis diperoleh nilai F = 76,547 dan nilai sig = 0,000 = 0 kurang dari 5. Selanjutnya dari output model sumary diperoleh nilai R square = 0,657 =
65,7. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses siswa memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa pada materi program linear sebesar 65,7
dan masih ada pengaruh variabel lain diluar keterampilan proses sebesar 34,3.
Dengan demikian terdapat pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa dengan model pembelejaran matematika berbasis masalah dengan
modalitas VAK pada materi program linear. Hubungan antara keterampilan proses dan hasil belajar siswa dapat dinyatakan dengan persamaan regresi
X Y
329 ,
1 957
, 5
ˆ +
− =
. Dimana keterampilan proses memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa sebesar 65,7 R square = 0,657.
Dengan diterimanya semua hipotesis pada penelitian ini, menunjukkan bahwa model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan modalitas VAK
pada materi program linear dapat dikatakan efektif. .
4.4. Keterbatasan Penelitian