Seleksi Isolat Mikrob Pelarut Fosfat berdasarkan Indeks Pelarutan IP

25 pula. Semakin tinggi jumlah etilen yang dihasilkan maka aktivitas nitrogenasenya semakin tinggi. Hal ini berkorelasi dengan kemampuan Rhizobia dalam menambat N bebas udara. Hasil pengukuran aktivitas nitrogenase dengan uji ARA dari tanah gambut dan tanah mineral berkisar antar 0.0551 sampai 0.1550 nmoljamml. Isolat yang memiliki aktivitas nitrogenase tertinggi yaitu M32-R1S sebesar 0.1550 nmoljamml dan isolat yang memiliki aktivitas nitrogenase terkecil yaitu P08-R1S sebesar 0.0551 nmoljamml. Hasil pengukuran aktivitas nitrogenase dengan uji ARA dari bintil A. crassicarpa dan A. mangium berkisar antara 0.0120 sampai 0.080 nmoljamml. Isolat yang memiliki aktivitas nitrogenase tertinggi yaitu M11-R.N sebesar 0.080 nmoljamml dan isolat yang memiliki aktivitas nitrogenase terkecil yaitu M12-R.N sebesar 0.0120 nmoljamml. Penelitian Sihono 2004 menunjukkan jumlah dan bobot kering bintil akar pada tanah S1 tanah steril lebih baik dari pada S0 tanah tidak steril. Hal ini menunjukkan bahwa daya infektif isolat Rhizobium pada tanah S1 lebih tinggi dari pada tanah S0, namun aktivitas nitrogenase bintil akar pada tanah S0 lebih baik dari pada tanah S1 sehingga daya efektivitasnya lebih besar pada tanah S1. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya antagonisme antara isolat Rhizobium dengan mikroorganisme tanah lainnya.

4.2.2 Seleksi Isolat Mikrob Pelarut Fosfat berdasarkan Indeks Pelarutan IP

Hasil isolasi mikrob pelarut fosfat yang berasal dari beberapa sumber isolat diseleksi berdasarkan kemampuannya melarutkan P dengan melihat Indeks Pelarutan IP. Seleksi kemampuan mikrob pelarut fosfat dalam melarutkan Al 3 PO 4 , CaPO 4 dan Rock Phosphate RAPP seperti pada Tabel 10. Kemampuan mikrob pelarut fosfat dalam melarutkan P dapat dilakukan dengan mengukur lebar zona bening dan mengukur indeks pelarutan IP. Lebar zona bening yang dihasilkan menunjukkan kemampuan mikrob pelarut fosfat dalam melarutkan P. Untuk mengukur indeks pelarutan, lebar zona bening dibagi diameter koloni. Semakin tinggi nilai IP yang dihasilkan, kemampuan mikrob pelarut fosfat dalam melarutkan P juga tinggi. 26 Tabel 10. Indeks Pelarutan IP dalam P-sukar Larut Al, Ca, RP- RAPP Kemampuan mikrob pelarut fosfat sangat beragam dalam melarutkan Ca 3 PO 4 , Al 3 PO 4 dan RP-RAPP. Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa indeks pelarutan P pada Ca 3 PO 4 , semua isolat memiliki kemampuan melarutkan P baik bakteri maupun fungi. Isolat M32-MP 2 B menghasilkan IP tertinggi untuk bakteri dan isolat M43-MP 2 F untuk fungi dibandingkan isolat lain. Hal ini menunjukkan isolat tersebut memiliki kemampuan melarutkan P paling baik diantara isolat lain. Beberapa isolat tidak mampu melarutkan senyawa Al 3 PO 4 dan RP-RAPP. Hal ini menunjukkan ketidakstabilan karakter dalam melarutkan senyawa P. Sedangkan pada media Al 3 PO 4 , fungi memiliki kemampuan yang baik dalam melarutkan P Tabel 10. Hal ini karena media Al 3 PO 4 memiliki pH rendah yang sesuai untuk tumbuhnya fungi daripada bakteri. Keterangan No Kode Isolat Al 3 PO 4 Ca 3 PO 4 RP-RAPP 1 M31-MP 1 B - 2.00 - 2 M32-MP 1 B - 2.01 - 3 M32-MP 2 B - 3.27 - 4 M32-MP 3 B - 2.35 - 5 M32-MP 4 B - 2.10 - 6 M33-MP 1 B 2.15 2.79 2.05 7 M33-MP 2 B - 2.25 - 8 M34-MP 1 B - 2.00 - 9 M34-MP 2 B 1.75 2.82 1.56 Bakteri pada tanah mineral 10 M44-MP 1 B - 2.75 - 11 P07-MP 1 B - 3.21 - 12 P07-MP 2 B - 2.30 - 13 P07-MP 2 B - 2.17 - 14 P07-MP 3 B - 2.02 -- 15 P08-MP 1 B - 2.32 - 16 P08-MP 2 B - 2.32 - 17 P08-MP 3 B - 2.46 - Bakteri pada tanah gambut 18 P08-MP 4 B 2.05 2.40 1.25 19 M33-MP 3 F 2.15 2.56 - 20 M33-MP 4 F 2.20 2.65 1.85 21 M35-MP 1 F - 2.05 - 22 M35-MP 2 F 2.25 2.68 - 23 M43-MP 1 F - 2.05 - 24 M43-MP 2 F 2.50 2.79 - 25 M43-MP 3 F 2.10 2.35 - 26 M34-MP 3 F 2.00 2.68 - 27 M32-MP 5 F 2.13 2.45 - Fungi pada tanah mineral 28 M34-MP 4 F 2.05 2.15 - 29 P07-MP 5 F - 2.30 - 30 P08-MP 5 F 2.35 2.78 2.00 Fungi pada tanah gambut 31 P08-MP 6 F 2.00 2.25 - 27 Begitu pula pada RP-RAPP, mikroba pelarut P sulit melarutkan P pada media tersebut karena media yang digunakan merupakan fosfat alam, sukar larut dalam air dan tidak cocok untuk media tumbuhnya mikrob pelarut P, sehingga hanya sebagian kecil dari isolat yang menghasilkan IP Tabel 10. 4.3 Isolat Rhizobia Terpilih berdasarkan uji ARA dan Isolat Mikrob Pelarut Fosfat Terpilih berdasarkan Indeks Pelarutan IP Berdasarkan hasil seleksi maka diperoleh Isolat Rhizobia dan Mikrob Pelarut Fosfat terpilih yang akan diaplikasikan pada pembibitan akasia seperti terlihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Isolat Rhizobia yang terpilih berdasarkan uji ARA Asal Tanah gambut Tanah mineral Bintil A. crassicarpa Tanah Bintil A. mangium Tanah P06-R 2 N P05-R 1 S M32-R 1 N M32-R 1 S P08-R 2 N P07-R 1 S M33-R 2 N M33-R 1 S P09-R 2 N P07-R 2 S M39-R 2 N M38-R 1 S P10-R 2 N P08-R 1 S M41-R 1 N M38-R 2 S P13-R 2 N P10-R 1 S M45-R 2 N M40-R 1 S Tabel 12. Isolat Mikrob Pelarut Fosfat yang terpilih berdasarkan Indeks Pelarutan IP Asal Tanah gambut Tanah mineral Bakteri Fungi Bakteri Fungi P07-BP 1 P07-FP 5 M31-BP 1 M32-FP 5 P07-BP 3 P08-FP 5 M32-BP 3 M33-FP 1 P07-BP 4 P08-FP 6 M33-BP 1 M33-FP 2 P08-BP 1 - M33-BP 2 M34-FP 3 P08-BP 4 - M34-BP 1 M35-FP 1 Tabel 13. Isolat Rhizobium yang akan Diuji pada A. mangium dan A. crassicarpa RAPP-Riau Tanah Gambut Tanah Mineral Bintil A.crassicarpa Tanah Isolat pembanding Bintil A.mangium Tanah Isolat pembanding P06-R 2 N P05-R 1 S Rh Ac 4 M32-R 1 N M32-R 1 S Rh Ac 1 P08-R 2 N P07-R 1 S Rh Ac 5 M33-R 2 N M33-R 1 S Rh Ac 4 P09-R 2 N P07-R 2 S G 3-4 M39-R 2 N M38-R 1 S G 3-4 P10-R 2 N P08-R 1 S M41-R 1 N M38-R 2 S P13-R 2 N P10-R 1 S M45-R 2 N M40-R 1 S 28 Tabel 14. Isolat Mikrob Pelarut Fosfat yang akan Diuji pada A. mangium dan A. crassicarpa RAPP-Riau Tanah Gambut Tanah Mineral BPF FPF Isolat pembanding BPF FPF Isolat pembanding P07-BP 1 P07-FP 5 BPF3 FP4 M31-BP 1 M32-FP 5 D3-3 FP5 P07-BP 3 P08-FP 5 BPF4 FP5 M32-BP 3 M33-FP 1 G3-2 FRK2 P07-BP 4 P08-FP 6 FRK2 M33-BP 1 M33-FP 2 P08-BP 1 - S3 M33-BP 2 M34-FP 3 P08-BP 4 - M34-BP 1 M35-FP 1 Dari 15 jenis tanah mineral dan 14 jenis tanah gambut yang digunakan untuk mengisolasi Rhizobium dan Mikrob Pelarut Fosfat, maka diperoleh isolat terbaik yang akan digunakan untuk pengujian lapang pada persemaian A. mangium dan A. crassicarpa Tabel 11 dan 12. Isolasi Rhizobium dan Mikrob pelarut P pada persemaian bibit akasia diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan akasia. Sehingga mampu menurunkan penggunaan pupuk anorganik karena Rhizobium memiliki kemampuan menambat N bebas dari udara, dan mikrob pelarut fosfat yang mempunyai kemampuan tinggi dalam melarutkan fosfat dan serapan P oleh tanaman. Selain menginokulasikan Rhizobium dan mikrob pelarut fosfat yang diperoleh dari hasil isolasi dan seleksi di atas, digunakan pula isolat pembanding yang berasal dari koleksi laboratorium yang akan dilakukan pada pengujian lapang Tabel 13 dan 14. Sehingga hasil yang diperoleh dapat dibandingkan, efektivitas mana yang paling baik digunakan untuk meningkatkan kualitas persemaian bibit akasia.

4. 4 Populasi

Rhizobium, Mikrob Pelarut Fosfat Awal dan Reisolasi Inokulan yang akan di Uji Lapang dalam Carier Data Populasi awal Rhizobium, Bakteri Pelarut Fosfat BPF dan Fungi Pelarut Fosfat FPF pada tanah mineral dan tanah gambut disajikan pada Tabel lampiran 1. Populasi awal Rhizobia sebelum diisolasi berkisar antara 0.02 x 10 4 sampai 7.79 x 10 4 SPKg BKM. Populasi tertinggi yaitu pada sampel tanah gambut P08 sebesar 7.79 x 10 4 SPKg BKM. Sedangkan populasi Rhizobia terendah yaitu pada tanah mineral M39 sebesar 0.02 x 10 4 SPKg BKM. 29 Populasi awal bakteri pelarut fosfat sebelum diisolasi berkisar antara 0.01 x 10 4 sampai 7.08 x 10 4 SPKg BKM. Populasi bakteri pelarut fosfat tertinggi pada sampel tanah gambut M33 sebesar 7.08 x 10 4 SPKg BKM. Sedangkan populasi terendah pada sampel tanah mineral M37, M38, M39 dan M40 sebesar 0.01 x 10 4 SPKg BKM. Menurut Paul dan Rao 1971 populasi bakteri pelarut fosfat dalam tanah berkisar 10 4 sampai 10 6 selg tanah. Ini menunjukkan bahwa tanah pada lokasi pengambilan sampel untuk isolat ini mempunyai potensi bakteri pelarut fosfat indigenous yang dapat dioptimalkan manfaatnya untuk eksploitasi P anorganik di dalam tanah. Dampak yang diharapkan dari peningkatan populasi bakteri pelarut fosfat dalam tanah adalah peningkatan ketersediaan P tanah. Tidak semua sampel tanah yang digunakan untuk menghitung mikrob tanah menghasilkan fungi pelarut fosfat. Populasi awal fungi pelarut fosfat berdasarkan Tabel lampiran 1, berkisar antara 0.13 x 10 4 sampai 4.89 x 10 4 SPKg BKM. Populasi tertinggi fungi pelarut fosfat diperoleh pada tanah mineral M33 sebesar 4.89 x 10 4 SPKg BKM dan populasi terendah juga pada sampel tanah mineral M43 sebesar 0.13 x 10 4 SPKg BKM. Jumlah fungi di dalam tanah berkisar antara 2.0 x 10 4 sampai 1.0 x 10 6 untuk tiap gram tanah. Populasi fungi sering dijumpai di sekitar perakaran tanaman Alexander, 1977. Setelah dilakukan penghitungan populasi mikrob tanah awal, maka dilakukan reisolasi inokulan mikrob tanah yang akan di uji lapang dalam carier. Carier yang digunakan yaitu cocopit. Setelah dilakukan reisolasi inokulan pada carier cocopit maka populasi Rhizobia dalam carier cocopit berkisar 2.0 x 10 7 sampai 137.0 x 10 7 SPKml. Kepadatan populasi inokulan dalam pembawa cocopit tertinggi yaitu pada isolat Rh Ac 4 sebesar 137.0 x 10 7 SPKml sedangkan kepadatan populasi inokulan dalam pembawa cocopit terendah pada isolat M32-R1S sebesar 2.0 x 10 7 SPKml. Pada mikrob pelarut fosfat, kepadatan populasi inokulan dalam pembawa cocopit berkisar 2.9 x 10 7 sampai 336.0 x 10 7 SPKml. Kepadatan populasi inokulan dalam pembawa cocopit tertinggi pada isolat M33-BP1 sebesar 336.0 x 10 7 SPKml sedangkan kepadatan populasi inokulan dalam pembawa cocopit terendah pada isolat M34-BP1 sebesar 2.9 x 10 7 SPKml Tabel lampiran 2. 30

4.5 Pertumbuhan Bibit Acacia crassicarpa dan Acacia mangium