mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Pengukuran kinerja keuangan digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan operasinya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasikan, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu Fahmi, 2011:2. Dalam penelitian ini kinerja keuangan dapat dinilai dengan alat analisis
yaitu analisis rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan Harahab, 2002:297. Berdasarkan tekniknya , menurut Mohammad Samsul 2006:145 analisis rasio
keuangan terbagi menjadi 4 rasio, yaitu: 1 rasio likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kecukupan sumber kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang
berkaitan dengan kas dalam jangka pendek; 2 rasio aktivitas, menunjukkan seberapa cepat unsur-unsur aktiva dapat dikonservasikan menjadi penjualan
ataupun kas; 3 rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba; dan 4 rasio solvabilitas leverage, menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang.
2.1.3.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih Munawir,
2012:31. Sedangkan
menurut Harahap
2002:301 rasio
likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas Supangkat, 2005:140 merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu memenuhi
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu, karena itu semua kreditor atau pihak yang mempunyai tagihan akan sangat memperhatikan rasio likuiditas yang
dimiliki perusahaan yang berhutang padanya.
Menurut Darsono 2005:51, rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara tepat waktu.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan
dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar lebih
besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat
ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid Munawir, 2002:31.
Menurut Darsono 2005:52 rasio likuiditas terdiri dari:
a. Current Ratio CR, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.
b. Quick Text Ratio QTR, yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar.
c. Net Working Capital NWC, atau modal kerja bersih. Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban
lancar. d. Defensife Interval Ratio DIR, rasio ini berguna untuk mengetahui
keberlangsungan dari perusahaan dalam melakukan operasi tanpa adanya arus kas dari pihak ekternal.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui likuiditas dalam penelitian ini adalah current ratio CR, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan dari
seluruh aktiva lancar didalam menjamin seluruh hutang lancarnya Sudiyatno, 1997:30. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan margin of safety kreditor
jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Secara sistematis CR dapat dirumuskan sebagai berikut Darsono,
2005:52:
Apabila current ratio CR perusahaan semakin besar maka kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya akan semakin besar
pula, tetapi current ratio yang terlalu tinggi juga tidak baik karena akan menunjukkan manajemen yang buruk terhadap sumber likuiditas perusahaan
Harahab, 2002:301. Kelebihan dalam current ratio seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang, dan untuk berinvestasi
yang dapat menghasilkan tingkat kembalian lebih. CR yang tinggi dapat menguntungkan kreditor, karena terdapat kemungkinan yang lebih besar
perusahaan akan membayarkan hutangnya tepat pada waktunya. Di lain pihak dari pemegang saham CR yang tinggi tidak selalu menguntungkan terutama bila
terdapat saldo kas yang berlebihan, jumlah piutang yang besar, dan persediaan yang terlalu besar. Menurut Sudiyatno 1997:30 mengatakan tidak ada suatu
ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik bagi perusahaan untuk dipertahankan, karena hal ini akan sangat tergantung pada
faktor seperti: jenis usaha, cash flow, dll. Akan tetapi sebagai pedoman umum, dengan tingkat current ratio 200 sudah dapat dianggap baik.
Dengan kata lain, rasio lancar yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan
aktiva lancar yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap rentabilitas perusahaan Hanafi, 2007:77.
Penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh antara current ratio CR dan return saham telah dilakukan oleh Ulupui 2006, yang hasilnya menyatakan
bahwa CR berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Selain itu Chairatanawan 2008 mengungkapkan bahwa CR berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Sedangkan Farkhan dan Ika 2013, Martani, dkk 2009, Thrisye dan Simu 2013, dan Budialim 2013 menyimpulkan bahwa CR tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2.1.3.2 Rasio Solvabilitas