32
1.1.11 Model Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick merupakan suatu metode yang dulu digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum. Model Talking Stick termasuk model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dalam model ini dilakukan dengan bantuan tongkat.
Siapa yang memegang tongkat, wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Kegiatan tersebut diulang sampai sebagian
besar siswa mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran dengan model Talking Stick cocok untuk semua jenjang
pendidikan mulai dari SD sampai SMA. Kelompok dalam model ini terdiri dari lima atau enam orang siswa yang heterogen. Kelebihan model ini antara lain: 1
menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran; 2 melatih siswa memahami materi dengan cepat; 3 memacu agar siswa lebih giat belajar; 4 melatih siswa untuk
mengemukakan pendapat; dan 5 menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kekurangan dari model ini, yaitu apabila siswa tidak memiliki
kesiapan, maka siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru Shoimin 2014: 196-7.
Langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick menurut Aqib 2014: 26-7 yaitu sebagai berikut:
1 Guru mempersiapkan sebuah tongkat.
2 Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada buku paket.
33 3
Setelah siswa selesai membaca dan mempelajari, guru menyuruh siswa untuk menutup bukunya.
4 Guru mengambil tongkat, kemudian memberikannya kepada siswa, setelah
itu guru memberikan pertanyaan. Siswa yang memegang tongkat, harus menjawab pertanyaan tersebut, demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. 5
Guru memberikan kesimpulan. 6
Evaluasi. Menurut Huda 2014: 224, langkah-langkah model pembelajaran Talking
Stick ialah sebagai berikut: 1
Guru mempersiapkan tongkat yang panjangnya kurang lebih 20 cm. 2
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada kelompok yang sebelumnya sudah
dibentuk, untuk membaca kembali dan mempelajari materi pembelajaran. 3
Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat pada materi. 4
Setelah siswa membaca dan mempelajari isinya, guru menyuruh siswa untuk menutup isi bacaan.
5 Guru mengambil tongkat, dan memberikannya kepada salah satu siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan. Siswa yang memegang tongkat tersebut, harus menjawab pertanyaan dari guru. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab pertanyaan dari guru.
6 Guru memberikan kesimpulan.
34 7
Guru melakukan evaluasi atau penilaian 8
Guru menutup pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Talking Stick merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk semua jenjang pendidikan, dan dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA materi
Sumber Daya Alam atau pelajaran lain. Pada materi Sumber Daya Alam lebih ditekankan pada ranah kognitif, sehingga melalui model pembelajaran Talking
Stick kemampuan siswa dalam ranah tersebut dapat dikembangkan. Langkah- langkah model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran IPA materi
Sumber Daya Alam pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1
Guru menyediakan tongkat. 2
Guru menyampaikan materi pokok sumber daya alam. 3
Guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing berangota 5 oarang siswa, kemudian menyuruh siswa untuk mempelajari
lebih lanjut materi sumber daya alam pada buku paket melalui diskusi. 4
Setelah siswa selesai mempelajari materi sumber daya alam, guru menyuruh siswa untuk menutup materi bacanya.
5 Guru mengambil tongkat, dan memberikannya kepada salah satu siswa yang
dipilih guru. Siswa yang mendapat tongkat, wajib menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut dilakukan oleh guru hingga sebagian besar siswa
mendapat pertanyaan dari guru. 6
Guru membuat kesimpulan. 7
Guru melakukan evaluasi.
35 Agar proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membuat siswa
merasa tegang, saat tongkat bergilir siswa dan guru menyanyikan lagu anak-anak yang berdurasi singkat. Jika lagu tersebut selesai dinyanyikan, maka siswa yang
terakhir memegang tongkat menjawab pertanyaan dari guru.
2.2 Kajian Empiris
Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan berkenaan dengan model yang digunakan peneliti, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fujioka 1998 berjudul “The Talking
Stick: An American Indian Traditional in the ESL Classroom ” Talking Stick:
Sebuah Tradisi Orang Indian di kelas ESL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motode Talking Stick merupakan metode yang berpusat pada siswa, yang dapat
membuat siswa mendengar satu sama lain. Melalui metode ini, siswa siswa didorong untuk belajar satu sama lain. Dengan demikian, dapat disimpulakan
bahwa metode Talking Stick dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Cornacchio 2008 dengan judul
“Effect of Cooperative Learning on Music Composition, Interactions, and Acceptance in Elementary School Music Classrooms
”. Penelitian yang dilakukan Cornacchio membandingkan keefektifan starategi pembelajaran kooperatif dan
intruksi individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis
musik siswa daripada menggunakan intruksi individu. Ketiga, yaitu penelitian yang dilaksanakan Mutarto 2011 berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Pembelajaran