43
4.2 Parameter Fisika dan Kimia
Parameter fiska dan kimia diambil bersamaan dengan pengambilan contoh makroavertebrata. Parameter fisika dan kimia merupakan parameter-parameter
penting untuk menunjang kehidupan makroavertebrata, hasil analisis kualitas air disajikan dalam grafik dan dapat dilihat pada Gambar 11.
TSS atau padatan tersuspensi. Kandungan padatan tersuspensi yang ada di sungai salah satunya dipengaruhi oleh kekeruhan dan curah hujan. TSS yang
didapat di Sungai Cihideung ini berkisar antara 6 – 17 mgl. Dimana pada grafik terjadi fluktuasi, nilai terendah terdapat pada stasiun 1, dimana stasiun 1 ini masih
dekat dengan daerah hulu, dengan substrat batuan besar. Untuk nilai TSS terbesar terdapat di stasiun 3, tingkat kekeruhannya pun
disekitar stasiun 3 ini tinggi, diduga terdapatnya aktifitas antropogenik yang tinggi di sekitar stasiun 3 ini sebagai penyebab nilai TSS tinggi. Tingginya nilai TSS
akan berpengaruh pada kekeruhan perairan dan akan berpengaruh pula pada kemampuan organisme melekat di substrat.
Nilai kekeruhan berhubungan erat dengan nilai TSS, karena ke dua parameter tersebut saling menunjang dan dapat menggambarkan bagaimana
substrat perairan. Nilai kekeruhan pada Sungai Cihideung yang didapat tidak jauh berbeda dengan pola nilai TSS, dimana semakin ke arah stasiun 4 nilainya
semakin meningkat. Stasiun 1 memiliki nilai kekeruhan terendah karena substrat yang ada di stasiun 1 satu berupa batuan besar dan pasir berkerkil, kegiatan di
sekitar stasiun 1 juga tidak banyak, dan ada pula tempat penjernihan air. Sedangkan pada stasiun 3 banyak kegiatan antropogenik, selain pemukiman yang
padat, kemudian tempat pembuangan dari pemukiman itu sendiri, hingga digunakan untuk mencuci. Air limpasan dari daerah diatasnya juga berkumpul di
stasiun 3, terlebih lagi substrat stasiun 3 ini terdiri dari tanah serta pasir berlumpur. Kekeruhan sendiri disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, maupun yang berupa plankton dan organisme lain APHA 1976; Davis and
Cornwell 1991 in Effendi 2003.
44
Gambar 11. Parameter fisika dan kimia pada setiap stasiun.
45 Oksigen diperlukan bagi setiap mahkluk hidup, begitu juga dengan organisme
makroavertebrata. Nilai oksigen di perairan bisa menjadi faktor pembatas bagi organisme makroavertebrata Setiawan 2008. Nilai oksigen terlarut di Sungai
Cihideung ini dapat dilihat pada Gambar 10, semakin ke arah stasiun 4 nilainya semakin menurun. Nilai kandungan oksigen terlarut apabila dibandingkan dengan
baku mutu kelas II PP No. 82 tahun 2001 yaitu 4mgl, maka memenuhi baku mutu yang ada.
Selain oksigen terlarut, ada pula Oksigen biokimiawi BOD, yang merupakan nilai bahan organik yang berasal dari dekomposisi aerob organisme perairan. Nilai
oksigen biokimiawi Sungai Cihideung dapat dilihat pada Lampiran 9, dimana nilainya berfluktuasi. Hasil pengamatan diperoleh nilai BOD di DAS Cihideung
berkisar antara 1,28
mgl dan 1,96
mgl dengan rata-rata sebesar 1,638 mgl Berdasarkan baku mutu yang telah di tetapkan pada PP. No. 82 Tahun 2001, nilai
BOD di DAS Cihideung masih tergolong baik untuk kegiatan perikanan. Center dan Hill 1979 in Effendi 2003 menjelaskan bahwa di sungai
yang berarus lambat, kadar BOD sebesar 5 mgl akan menyebabkan lingkungan air yang buruk, namun di perairan berarus deras kadar BOD sebesar 30 mgl
belum mengakibatkan gangguan nyata. Kadar BOD
5
tertinggi terdapat di stasiun 3 yaitu sebesar
1,96 mgl . Tingginya nilai BOD yang didapat pada stasiun 3 diduga
akibat banyaknya bahan organik yang masuk kedalam perairan berasal dari daerah sekitar stasiun 3, yang banyak terdapat aktivitas antropogenik, atau berasal dari
limpasan air dari daerah aliran sungai di atasnya, akan tetapi tingginya kandungan oksigen terlarut di perairan dapat juga membantu mendekomposisi bahan organik
yang masuk ke perairan yang dilakukan oleh bakteri aerob dan anaerob. Apabila dibandingkan dengan nilai BOD, Nilai COD yang didapat pada
setiap stasiunnya pada Sungai Cihideung ini cukup tinggi dapat dilihat pada grafik semakin ke arah hilir nilai COD semakin meningkat. Tingginya nilai COD ini
disebabkan adanya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Sungai Cihideung, sehingga beban masukan bahan organik pun semakin besar. Dimana
nilai terbesar terdapat pada stasiun 3, hal ini diduga karena stasiun 3 ini di kelilingi oleh pemukiman penduduk yang padat, dimana memiliki sistem aliran
46 pembuangan langsung ke sungai, selain itu sungai juga digunakan sebagai tempat
mencuci, dan terdapat pula tempat pembuangan sampah. Suhu merupakan parameter fisika untuk mengatahui kualitas perairan
sungai. Suhu air sungai dipengaruhi oleh musim, iklim, dan ketinggian permukaan laut, elevasi dan vegetasi di sepanjang aliran sungai Setiawan 2008. Rata-rata
suhu di Sungai Cihideung ini berkisar antara 26 – 27,6 C. Pada grafik dapat
terlihat semakin ke stasiun 4, terjadi penurunan suhu dan suhu terendah berada pada stasiun 3. Secara umum suhu pada masing-masing stasiun tidaklah berbeda
jauh. Suhu sangat berhubungan erat dengan cuaca pada saat pengambilan contoh. Pengambilan contoh dilakukan pada pagi menjelang siang, sehingga masih
banyak sinar matahari. Bila dilihat dari baku mutu air kelas II menurut PP no. 82 tahun 2001 suhu air sungai berkisar 21-27
C, sehingga suhu Sungai Cihideung ini masih masuk kedalam baku mutu.
Derajat keasaman atau biasa di kenal dengan pH didaerah Sungai Cihideung kondisinya dapat dilihat dari Gambar 9. Nilai pH antara stasiun 1, 2,
dan 4 tidak jauh berbeda, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada stasiun 3, hal tersebut diduga karena banyaknya aktifitas antropogeik di sekitar stasiun 3. Nilai
pH Sungai Cihideung masih berada dalam kisaran pH yang dapat ditolerir oleh organisme makroavertebrata, termasuk serangga yaitu 4,5 – 8,5 Hawkes 1979.
Selain faktor fisika dan kimia yang telah di bahas, salah satu parameter yang penting lainnya adalah kecepatan arus dan kondisi substrat yang ada. Nilai
kecepatan arus yang ada di Sungai Cihideung sangat bervariasi dan berubah-ubah. Dari ke tiga pengambilan contoh yang dilakukan nilai per stasiunnya sangat
beragam, semakin kearah stasiun 4 nilainya semakin menurun. Dimana nilai tertinggi pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 4. Agustus ini masuk kepada
musim kemarau, tetapi tetap ada curah hujan. Semakin menurunya nilai kecepatan arus diduga karena semakin ke daerah hilir maka pergerakan air akan semakin
melambat, hal tersebut dipengaruhi juga oleh tingkat kedalaman sungai dan jenis substrat. Nilai arus tertinggi berada pada stasiun 1, hal tersebut dikarenakan
substrat pada stasiun 1 berupa batuan besar dengan kedalaman yang relatif pendek, walaupun memiliki arus yang kencang, organisme makroavertebrata
dapat bertahan di batu-batu yang ada, selain itu pada stasiun 3 dan 4 substratnya
47 terdiri dari dasar berbatu yang keras dan pasir berlumpur, serta memiliki
kedalaman yang lebih besar, karena menuju ke hilir sungai. Untuk nilai substrat ini tidak ada analisis secara mendetail, hanya secara
visual saja, dapat diketahui untuk substrat jenis Cobblestone batuan sungai yang besar ± 25 dan paling banyak terdapat pada stasiun 1. Untuk jenis pebble
batuan kerikil ± 55, yang ada di semua stasiun. Untuk jenis lumpur sisanya yaitu ± 20, berada pada semua stasiun, namun berada di dasar perairan,
sehingga yang mendominasi tetaplah jenis batuan. Nilai lebar badan sungai dan lebar sungai dapat digunakan apabila terjadi
perubahan topografi perairan maupun adanya penambahan massa air yang disebabkan oleh air hujan, ataupun akibat saluran irigasi. Nilai lebar badan sungai
dan lebar sungai dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai lebar badan sungai dan lebar sungai yang paling tinggi terdapat pada stasiun 1, hal tesebut karena daerah
stasiun 1 ini cukup luas, dengan substrat batuan besar yang menyebabkan daerah sungai ini lebih luas. Selain dari luas daerah sekitar sungai, semakin ke
pengambilan contoh yang ke tiga yaitu bulan Oktober, nilai lebar badan sungai dan lebar sungai ini semakin besar. Hal tersebut terkait dengan curah hujan,
karena pada pengambilan contoh pertama bulan Agustus masuk kedalam musim kemarau, dan pada pengambilan contoh yang terakhir bulan Oktober musim
hujan, sehingga semakin besar nilainya.
4.3. Keterkaitan Kelimpahan Makroavertebrata dan Kualitas Air Pada Setiap Stasiun.