Pengeringan Benih Jagung Aplikasi bahasa mesin pada perangkat mikroprosesor Z-80 untuk kontrol digital cara proporsional pada mdel pengeringan benih jagung (Zea mays L.)

87H.Alamat 80H-83H digunakan sebagai port ekspansi, alamat 84H-85H digunakan untuk komunikasi dengan display dan alamat 86H digunakan untuk tombol masukan. Skema arsitektur sistem minimum Mikroprosesor Z-80 dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Arsitektur Sistem Minimum Mikroprosesor Z-80

D. Pengeringan Benih Jagung

Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dengan sinar matahari {sun drying atau dengan alat pengering {artificial drying. Penjemuran dengan panas matahari {sun drying merupakan cara tradisonal yang dilakukan di Indonesia. Keuntungannya adalah energi yang didapat dari sinar matahari murah dan berlimpah, terutama di daerah tropis. Kerugian dari cara ini adalah kadar air benih tidak merata, penjemuran tergantung pada cuaca, waktu yang diperlukan lebih lama dan banyak membutuhkan tenaga kerja Sutopo, 2002. Pengeringan buatan dengan alat mekanis {artificial drying dikenal tiga cara pengeringan, diantaranya adalah: 1 pengeringan tanpa pemanasan, yaitu pengeringan yang dilakukan di daerah dengan udara relatif kering, kelembaban nisbi di bawah atau sekitar 70, 2 pengeringan dengan pemanasan tinggi, yaitu pengeringan yang dilakukan dengan aliran dan tiupan udara kontinyu tinggi, yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui suatu alat pemanas, dan 3 pengeringan menggunakan suhu rendah, sehingga dapat menjaga kualitas benih serta lebih aman dalam pelaksanaannya. Keuntungan dengan cara buatan ini adalah suhu dapat diatur, kadar air benih dapat merata, tidak tergantung iklim, waktu pengeringan lebih pendek dan mudah diawasi dalam pelaksanaannya Soedarsono, 1974. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan benih ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 kondisi benih yang akan dikeringkan, benih dengan kadar air awal yang tinggi dan diperlukan kadar air yang rendah sesudah pengeringan maka akan memakan waktu pengeringan yang lama, selain itu tebal tipisnya kulit benih juga menentukan lamanya pengeringan, 2 tebalnya timbunan benih, tebal tipisnya timbunan benih mempengaruhi lamanya pengeringan, hal ini juga tergantung pada jenis, besar, bentuk dan berat benih, 3 temperatur udara, semakin tinggi temperatur udara makin cepat pengeringan. Sebaiknya temperatur untuk pengeringan diatur antara 35-40 C 94-104° F, temperatur yang terlalu tinggi akan merusak benih, 4 kelembaban nisbi udara, makin tinggi kelembaban nisbi udara makin lama pengeringan berlangsung, dan 5 aliran udara, angin yang mengangkut uap air dari benih akan mempercepat proses pengeringan, kecepatan angin besar maka pengeringan dapat berlangsung lebih cepat Soedarsono, 1974. Setelah panen, tongkol-tongkol jagung dikeringkan.Namun, sebelum dikeringkan biasanya jagung hasil panen dibiarkan petani untuk sementara waktu di rumah-rumah petani.Cara ini lebih dikenal dengan penyimpanan sementara bulk storage. Pengeringan jagung dapat dilakukan secara sederhana di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering.Bila pengeringan dilakukan dengan alat pengering maka pengatur suhu alat harus berfungsi dengan baik. Untuk menghasilkan benih berkadar air di atas 18, suhu maksimum alat pengering harus diatur pada angka 32° C. Untuk menghasilkan benih berkadar air 10-18, suhu alat pengering dinaikkan hingga 38° C. Sementara kadar air benih di bawah 10, suhu alat pengering dinaikkan hingga 43° C. Bila benih yang akan dihasilkan berkadar air tinggi dan dikeringkan dengan suhu tinggi sekitar 40° C maka akan terjadi penggumpalan enzim sehingga dapat menurunkan daya kecambahnya. Biasanya pengeringan benih dilakukan hingga kadar airnya mencapai 18 Adisarwanto dan Yustina, 2002. Sistem pengeringan yang banyak dikembangkan oleh para peneliti meliputi bath drying dan continuons drying. Bath drying atau pengeringan statis dapat dibedakan menjadi full bin, loyer, coloum, batch in bin, dan stirrer. Sedangkan continuous drying atau pengeringan dinamik dapat dibagi menjadi cross, concurrent, dan counterflow Lambert, 1984. Menurut Sutopo 1985, pengeringan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sun drying dan artificial drying.Sun diying merupakan cara tradisional yang murah dan sesuai untuk daerah yang beriklim tropis. Sedangkan artificial drying merupakan cara modern untuk mengeringkan dengan suhu teratur tidak berfluktuasi, tidak tergantung pada iklim, lebih cepat waktu pengeringannya, dan mudah diawasi. Cara ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tanpa pemanasan udara kering dengan RH 70, pemanasan tinggi dengan tiupan udara pemanas secara kontinyu, dan pengeringan buatan dengan tambahan pemanasan untuk suhu lingkungan yang rendah.Artificial drying meliputi sistem bath, continuos, cabinet, airlift, spray, drum , dan vaccum drying. Analisa proses pengeringan dimulai dengan mengetahui mekanisme hilangnya kadar air pada benih. Telah diketahui bahwa hilangnya kadar air dari kondisi basah menuju atmosfer kering dianalogikan dengan hilangnya panas dan mengikuti hukum eksponensial. Laju pengeringan berdasarkan rumus Newton Nellist, 1974 dinyatakan pada persamaan 1 dimana: M = kadar air bahan bk Me = kadar air kesetimbangan K = konstanta pengeringanls T = waktu s Berdasarkan rumus Newton, dikembangkan solusi difusi pada hukum Ficks dengan mengintegralkan persamaan berikut.Hasilnya ditunjukkan pada persamaan 2. M = M o - M e exp-kt + M e ................................................ 2 atau dapat ditulis seperti pada persamaan 3. M R = exp-kt………………..…………………………………..3 dimana: Mo = kadar air pada t = 0 MR = rasio kadar air

E. Kontrol Pengeringan