Agroindustri Pengembangan agroindustri Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

15 merupakan komoditas yang penting dan menjadi salah satu produk unggulan di daerah tersebut. Tabel 2. Luas dan Produksi berbagai Tanaman Perkebunan Tanaman Luas Area ha Produksi Ton Kab 50 Kota Sumatera Barat Kab 50 Kota Sumatera Barat Karet 5,229 87,286 10,620 146,645 Kelapa 4,594 79,829 5,849 90,760 Kulit Manis 1,776 35,232 2,873 38,300 Cengkeh 20 1,602 70 6,892 Tebu - 14,576 - 7,239 Tembakau 959 1,033 1,215 1,350 Kopi 1,660 28,788 2,434 46,890 Gambir 9,240 13,115 13,261 19,350 Enau 307 1,158 584 1,638 Kelapa Sawit 76 326,580 29 154,484 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat 2008 BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2008 Dari segi jumlah rumah tangga dan tenaga kerja yang terlibat, gambir merupakan komoditas yang penting di Kabupaten Lima Puluh Kota, terlebih di tiga kecamatan utama penghasil gambir yaitu Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Kecamatan Bukit Barisan. Data jumlah penduduk, kepala keluarga KK dan kepala keluarga KK petani gambir per kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 3. Umumnya keluarga petani gambir memiliki sekitar dua hektar kebun gambir dan hampir seluruhnya memiliki minimal satu rumah kempa. Pada saat panen, tiap rumah kempa akan mempekerjakan dua-tiga tenaga kerja pengempa. Secara teoritis, gambir dapat dipanen setiap empat bulan, namun kebun gambir masyarakat umumnya dapat dipanen setiap enam bulan, dengan masa panen sekitar dua-tiga minggu per hektar. Di nagari Lubuk Alai, Kecamatan Kapur IX, diperkirakan terdapat sekitar 1,500-2,000 tenaga kerja pengempa dan pembantu pengempa. Selain tenaga kerja pengempa, diperlukan juga 2-10 orang buruh tani untuk penyiangan setiap bidang kebun gambir. Mereka bekerja beberapa saat setelah pemanenan daun gambir dilakukan Survei dan wawancara dengan Wali Nagari dan petani gambir Nagari Lubuk Alai, Muara Paiti dan Sialang, Kecamatan Kapur IX, Juni 2010. 16 Tabel 3. Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga dan Jumlah Keluarga Petani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota No Kecamatan Jumlah Penduduk Jiwa Jumlah Keluarga KK Jumlah Keluarga Petani Gambir KK 1 Kapur IX 26,300 6,128 3,497 2 Pangkalan Koto Baru 27,665 6,536 1,312 3 Suliki 14,098 4,012 192 4 Guguak 33,383 8,668 28 5 Lareh Sago Halaban 32,805 8,630 341 6 Mungka 23,059 5,959 467 7 Harau 42,019 10,175 715 8 Payakumbuh 29,568 7,001 65 9 Bukit Barisan 21,921 7,102 1,385 Sumber: Bahan Presentasi Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota, 2008 Wawancara dengan Staf Dinas Perkebunan, Agustus 2009

2.5 Permasalahan dalam Pengembangan Agroindustri Skala Kecil

Banyak permasalahan yang dihadapi UKM menyebabkan perkembangan UKM cenderung statis. Sebagai contoh adalah penelitian Sumaryanto et al. 2007 tentang penguatan UKM Produk Tradisional Perikanan di Daerah Pesisir. Dari penelitian tersebut diketahui beberapa kelemahan dalam pengembangan UKM antara lain: mutu yang rendah dan tidak seragam, fluktuasi produksi yang seringkali mengganggu sistem penawaran, lemahnya penguasaan teknologi sehingga sering menimbulkan perubahan karakteristik, lemahnya manajemen kelembagaan yang menyebabkan hubungan produksi dan pasar terputus. Mangunwidjaja dan Saillah 2005 menyebutkan beberapa permasalahan dan kendala dalam pengembangan agroindustri skala kecil khususnya di pedesaan meliputi keterbatasan modal, kemampuan sumberdaya manusia, keterbatasan penerapan teknologi, sarana dan prasarana yang kurang atau tidak memadai serta kelembagaan. Permasalahan tersebut juga umum dihadapi petani pada berbagai komoditas pertanian yang penting di Indonesia, seperti permasalahan yang dihadapi petani kelapa sawit yang dikemukakan Darussamin 2011 yaitu: skala yang kecil, lemah dalam akses informasi, lemah dalam akses teknologi, penggunaan bibit yang tidak terjamin, lemah dalam manajemen, permasalahan