Indikator Kerentanan Keluarga Petani dan Nelayan untuk Pengurangan Risiko Bencana di Sektor Pertanian
wilayah, 2 mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat mereka tergolong sebagai kelompok rentan, serta menganalisis bagaimana
mekanisme pengaruh dari factor-faktor tersebut terhadap kerentanan suatu kelompok, 3 menilai kebutuhan dan kapasitas kelompok
tersebut, dan 4 meyakinkan bahwa kebijakan, program, dam kegiatan pembangunan ditujukan untuk menurunkan kerentanan tersebut,
diantaranya melalui intervensi kepada kelompok sasaran atau mitigasi dan mencegah kebijakan-program yang berpotensi berdampak
merugikan.
2.1.1. Komponen dan Indikator Kerentanan
Komponen dan indikator kerentanan diturunkan dari konsep, pengertian, dan faktor yang menentukan kerentanan. Menurut
Birkmann 2006, analisis kerentanan berkembang dan digunakan dalam berbagai sektor. Ditengarai saat ini terdapat 20 sampai 25 definisi
kerentanan yang akan berdampak terhadap bervariasinya indikator dan instrument kerentanan. Kerentanan didefinisikan menurut ahli yang
berbeda dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda. Konsep kerentanan yang pada awalnya berkembang dalam disiplin ilmu-ilmu
sosial seperti psikologi, sosiologi, dan komunikasi, serta digunakan dalam unit analisis mikro individu, keluarga, dan masyarakat,
kemudian dikembangkan dan diperluas konsepnya pada tataran institusi dan kerentanan kawasan. Demikian pula komponennya
diperluas dengan memasukkan kerentanan fisik dan lingkungan. Para ahli sepakat bahwa indikator kerentanan terkait jenis bahaya tidak
harus sama, namun demikian dipandang perlu adanya kesepakatan makna dasar kerentanan.
Penetapan indikator kerentanan memperhatikan factor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kerentanan, di tingat individu, masyarakat,
wilayah dan institusi. Para ahli sosial menyepakati beberapa factor utama yang berpengaruh terhadap kerentanan sosial, diantaranya
adalah kurangnya akses terhadap sumberdaya informasi, pengetahuan, dan teknologi, terbatasnya akses terhadap kekuatan dan keterwakilan
politik, modal sosial, koneksi dan jejaring sosial, adat kebiasaan dan
Indikator Kerentanan Keluarga Petani dan Nelayan untuk Pengurangan Risiko Bencana di Sektor Pertanian
nilai budaya Cutter, Susan L; Bryan J. Boruff; dan W. Lynn Shirley. 2003.
Terdapat beberapa indikator kuantitatif kerentanan sosial ekonomi pada tingkat individu yang sering digunakan, yaitu diantaranya : usia
dibawah 5 tahun dan diatas 65 tahun, pendapatan, gender, status kerja, jenis tempat tinggal, rumah tempat tinggal sendiri atau
berkelompok dengan keluarga besar, tenure beban kerusakan bangunan rumah terkait apakah rumah milik pribadi, sewa, atau kredit;
asuransi kesehatan; asuransi rumah dan isi; kepemilikan kendaraan negative, kecacatan, dan status tabungan hutang. Sementara itu
Sunarti 1996 merumuskan indeks kualitas sosial penduduk Indonesia dengan menseleksi beragam indikator yang mewakili aspek pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, akses terhadap informasi, dan kualitas perumahan masyarakat.
Indikator untuk mengukur kerentanan wilayah diantaranya menggunakan indikator potensi wilayah mengalam kerusakan 70
dan kapasitas koping yang diukur dengan GDP nasionalkapita 30. sementara itu kerusakan potensial terdiri dari GDP regional yang tinggi
30; densitas populasi 30, dan bagian wilayah alam 10 Espon Hazard Project 2005; Schmidt Thorne, 2005 dalam Dwyer, A., Zoppou,
C., Nielsen, O., Day, S. Roberts, S. 2004.
Mengukur kerentanan masyarakat yang berpotensi atau yang terkena bencana, juga bisa dilakukan dengan pengukuran kebalikannya yaitu
pengukuran ketangguhannya. Review kajian ketangguhan masyarakat Indonesia yang terkena bencana bencana alam dan bencana sosial
menunjukkan bahwa pendidikan seseorang menentukan kemampuannya dalam mengembangkan mekanisme koping dalam
menghadapi situasi darurat karena bencana Sunarti, 2007.
2.1.2. Kesejahteraan Keluarga