Pada tabel tersebut dipilih masingImasing satu model terbaik pada masingI masing citra, model terbaik di dapatkan pada model kuadratik nomor 6 pada citra
ALOS  PALSAR  resolusi  50  m  dan  model  linear  berganda  nomor  4  pada  citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m. Dengan nilai R²
adj
secara berturut turut sebesar 86,0 dan 85,3 .
Pada  model  terpilih  kemudian  dilakukan  validasi  model  dengan menggunakan uji t berpasangan untuk menunjukan apakah model bisa digunakan
untuk  menduga  biomassa  atas  permukaan  atau  tidak.  Tabel  berikut  merupakan hasil validasi pada model terpilih.
Tabel 16 Hasil validasi model terpilih pada cita ALOS PALSAR dengan variabel dan tinggi pohon
Resolusi Polarisasi
Model t
hit
t
α2
sig 50 m
HV Y = 111,507 I 0,449 X₁² + 0,186X₂²
0,106 2,064
0,916 12,5 m
HV Y = 35,389 + 3,369X₁ + 7,589X₂
0,106 2,064
0,917 Keterangan: Y = biomassa; X₁ =
; X ₂= tinggi pohon
Dari hasil validasi tersebut didapatkan nilai t
hitung
pada model resolusi 12,5 m  dan  50  m  yaitu  sebesar  0,106  nilai  tersebut  lebih  kecil  dari  nilai  t
α2
sebesar 2,064. Kemudian nilai signifikansi pada model tersebut lebih besar dari 0,05 yaitu
sebesar  0,917  dan  0,916.  Nilai  nilai  tersebut  menunjukan  bahwa  model  terbaik dapat digunakan untuk menduga biomassa atas permukaan di daerah penelitian.
5.3.4  Penyusunan  Model  Pendugaan  Biomassa  Berdasarkan Umur dan Tinggi Pohon
Pendugaan kandungan
biomassa atas
permukaan selain
dengan menggunakan  variabel  yang  berasal  dari  citra,  variabel  umur  dan  tinggi  pohon
dapat  ditambahkan  secara  bersamaan.  Seperti  telah  dijelaskan  sebelumnya variabel  umur  dan  tinggi  memiliki  korelasi  yang  positif  terhadap  biomassa.
Sehingga  penambahan  dua  variabel  ini  diharapkan  dapat  meningkatkan  akurasi dari  model  regresi  berganda  yang  akan  disusun.  Model  regresi  yang  disusun
disajikan pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Tabel  17  Model  regresi  antara  biomassa  dengan  variabel ,  umur,  dan
tinggi pohon pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m
Polarisasi  No Model
R² R²
adj
RMSE HH
1 Y = 31,6 + 5,6X₁ + 0,449X₂ + 6,2X₃
86,5 85,2
26,3 2
Y = EXP 4,134 + 0,102X₁ + 0,004X₂ + 0,045X₃ 86,1
84,7 26,7
3 Y = 91,8 I 0,901X₁² + 0,00711X₂² + 0,138X₃²
87,4 86,3
25,3 HV
4 Y = 78,6 + 6,67X₁ + 0,461X₂ + 5,82X₃
87,2 86,0
25,2 5
Y = EXP 5,066 + 0,115X₁ + 0,004X₂ + 0,042X₃ 87,4
86,2 25,4
6 Y = 123 ? 0,488X₁² + 0,00745X₂² + 0,127X₃²
89,0 88,0
25,5
Keterangan: Y = biomassa; X₁= ; X₂= umur; X₃= tinggi pohon
Tabel  18  Model  regresi  antara  biomassa  dengan  variabel ,  umur,  dan
tinggi pohon pada citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m
Polarisasi  No Model
R² R²
adj
RMSE HH
1 Y = 23,8 + 3,46X₁ + 0,484X₂ + 6,07X₃
86,4 85,1
26,5 2
Y = EXP 4,319 + 0,067X₁ + 0,006X₂ + 0,037X₃ 85,0
83,6 27,7
3 Y = 81,6 I 0,415X₁² + 0,00779X₂² + 0,132X₃²
87,0 85,8
25,8 HV
4 Y = 58 + 4X₁ + 0,498X₂ + 5,82X₃
87,1 85,9
25,7 5
Y = EXP 5,213 + 0,098X₁ + 0,006X₂ + 0,034X₃ 87,2
86,0 25,6
6 Y = 105 ? 0,231X₁² + 0,00802X₂² + 0,216X₃²
88,4 87,3
24,3
Keterangan: Y = biomassa; X₁= ; X₂= umur; X₃= tinggi pohon
Dari  hasil  penyusunan  model  pada  kedua  citra  didapatkan  model  terbaik yaitu  model  kuadratik  nomor  6.  Pada  citra  ALOS  PALSAR  resolusi  50  m
didapatkan  kisaran  nilai  R²
adj
yaitu  sebesar  86,2  I  88,0.  Hal  tersebut  berati bahwa  kandungan  biomassa  dapat  dijelaskan  dengan  baik  oleh  variabelIvariabel
penduganya sebesar 86,2 I 88,0. Pada  citra ALOS PALSAR resolusi  12,5 m didapatkan  kisaran  nilai  R²
adj
yaitu  sebesar  83,6  I  87,3.  Hal  tersebut  berati bahwa  kandungan  biomassa  dapat  dijelaskan  dengan  baik  oleh  variabelIvariabel
penduganya sebesar 83,6 I 87,3. Kemudian perlu analisis lebih lanjut terhadap adanya multikolinearitas pada
model terpilih tersebut mengingat korelasi yang cukup erat antara umur dan tinggi pohon,  yaitu  sebesar  0,881.  Selain  menggunakan  nilai  korelasi,  multikolinearitas
juga  dapat  dilihat  dari  besaran  nilai  VIF.  Hines  dan  Montgomery  1990 mengatakan  bahwa  meskipun  suatu  model  memiliki  R²  yang  besar,  tidak  berarti
model tersebut model  yang terbaik. Model regresi  yang dibuat tersebut memiliki
kemungkinan  terdapatnya  kolinearitas  diantara  dua  atau  lebih  variabel  bebasnya. Ada atau tidaknya kolinearitas dalam suatu model dapat dilihat dari besaran nilai
VIF .
. Jika suatu model memiliki VIF lebih besar dari 5 maka  model  tersebut  memiliki  multikolinearitas.  Tabel  19  berikut  merupakan
hasil analisis nilai VIF pada model model terpilih.
Tabel 19  Analisis VIF .
pada model terbaik pendugaan biomassa dengan penambahan variabel umur dan tinggi pohon
Resolusi Polarisasi
Model VIF
BS Umur
Tinggi 50 m
HV Y = 123 I 0,488X₁² + 0,00745X₂² + 0,127X₃²
1,3 3,4
3,8 12,5 m
HV Y = 105 I 0,231X₁² + 0,00802X₂² + 0,126X₃²
1,3 3,4
4,0 Keterangan: Y = biomassa; X₁ =
; X₂ = umur; X₃ = tinggi pohon; BS =
Berdasarkan  Tabel  tersebut  diperoleh  informasi  bahwa  seluruh  model terpilih  tidak  memiliki  nilai  VIF  kurang  dari  5.  Hal  tersebut  menandakan  bahwa
multikolinearitas  tidak  terjadi  dalam  model  terpilih  tersebut.  Pada  modelImodel terpilih  tersebut  kemudian  dilakukan  validasi  model.  Validasi  model  dilakukan
dengan menggunakan ujiIt berpasangan. Hasil dari validasi model disajikan pada Tabel 20.
Tabel  20  Hasil  validasi  model  terbaik  pendugaan  biomassa  dengan  penambahan variabel umur dan tinggi pohon
Resolusi Polarisasi
Model t
hit
t
α2
sig 50 m
HV Y = 123 I 0,488X₁² + 0,00745X₂² + 0,127X₃²
I0,592 2,064
0,559 12,5 m
HV Y = 105 I 0,231X₁² + 0,00802X₂² + 0,126X₃²
I0,7 2,064
0,493 Keterangan Y = biomassa; X₁ =
; X₂ = umur; X₃ = tinggi pohon
Pada  tabel  tersebut  dapat  dijelaskan  bahwa  model  terbaik  pada  kedua  citra tidak  berbeda  nyata  antara  hasil  pengukuran  di  lapangan  dengan  hasil  model
terpilih.  Hal  tersebut  berati  bahwa  pada  uji  t  dengan  taraf  nyata  sebesar  5, koefisien  dari  variabel  bebas  variabel  prediktor  dapat  menjelaskan  biomassa
secara  signifikan.  Dengan  demikian  model  terbaik  yang  telah  terpilih  bisa  di gunakan untuk pendugaan nilai biomassa atas permukaan tegakan jati di lapangan.
5.3.5  Pengaruh  Penambahan  Tinggi  dan  Umur  Pohon  pada  Model Pendugaan Biomassa