Pengambilan Data 3D model reconstruction using aerial photo to measure object height

16 3 Foto seperti Gambar 3.3 yang memuat utuh sebuah papan kalibrasi dalam satu foto sulit diperoleh karena panjang fokus lensa 16 mm yang digunakan pada kamera termasuk jenis lensa bersudut lebar dan ukuran papan kalibrasi yang relatif kecil. Foto-foto tersebut penting untuk menentukan parameter intrinsik. Agar foto-foto yang akan digunakan sebagai data masukan dalam perhitungan parameter intrinsik kamera melingkupi semua sudut lensa, maka dilakukan pemotretan dengan menempatkan objek papan kalibrasi di berbagai bidang foto Gambar 3.5. 4 Untuk mendapatkan hasil terbaik dilakukan pemotretan yang memenuhi kriteria butir 2 dan 3 diatas sehingga dalam 1satu sesi pemotretan diperoleh banyak foto hingga mencapai lebih dari 40 foto. Jumlah tersebut diperoleh dari kombinasi posisi kamera, jarak kamera dan penempatan papan kalibrasi pada bidang foto. 5 Pemotretan untuk kalibrasi dilakukan dalam 3tiga sesi pemotretan pada waktu yang berbeda. Pemotretan dilakukan sebelum dan sesudah pemotretan udara dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kamera pada UAV terhadap parameter intrinsik. Gambar 3.5 Penempatan kamera dan papan kalibrasi pada bidang foto Gambar 3.4 Mosaik foto-foto papan kalibrasi dari berbagai posisi kamera 17 Keperluan untuk rekonstruksi 3D Setelah tahap kalibrasi kamera dilakukan, maka untuk dapat melakukan rekonstruksi 3D diperlukan data lainnya, yaitu : dua atau lebih foto udara yang mempunyai pertampalan pada objek yang akan diukur dan koordinat 3D objek tersebut dalam sistem bumi dan foto. Koordinat objek dalam sistem bumi diperoleh dari pengukuran lapangan. Koordinat objek dalam sistem foto diperoleh dengan melakukan digitasi. Foto udara diperoleh dari pemotretan udara menggunakan Multirotor. Target Untuk menentukan kualitas spasial, khususnya tinggi, suatu objek maka objek tersebut harus mudah dikenali pada foto. Oleh karena itu objek-objek tersebut dibuat dalam bentuk beberapa target yang didesain seperti tampak pada c d Gambar 3.6. Target yang dibuat berupa kertas berukuran 30 cm dengan bujur sangkar hitam- putih yang masing-masing berukuran 15 cm c d Gambar 3.6a. Ukuran tersebut bukan keharusan tetapi merupakan pilihan dan ditentukan dengan pertimbangan target akan cukup teridentifikasi pada foto dengan tinggi terbang sampai dengan 100 m di atas permukaan tanah. Target ditempelkan pada papan multipleks dan diberi kaki c d Gambar 3.6bdengan ketinggian bervariasi seperti Gambar 3.6c dan Tabel 3.1. Bentuk target kotak hitam-putih seperti papan catur dengan harapan c d Gambar 3.6 Target 18 dapat dikenali difoto dengan baik dan dapat ditentukan koordinat titik silang di tengah dengan mudah dan dapat diidentifikasi menggunakan algoritme corner finder. Tinggi target dibuat bervariasi dengan tujuan untuk dapat dianalisis apakah ada pengaruh tinggi objek terhadap akurasi nilai ketinggian hasil rekonstruksinya dengan hasil ukuran menggunakan ETS dalam fraksi ukuran tertentu. Pengambilan Data Lapangan Pengambilan data di lapangan direncanakan dengan mempertimbangkan beberapa hal terkait proses rekonstruksi 3D foto udara sehingga dapat dilakukan rekonstruksi berkas sinar, pembuatan model 3D dan ekstraksi spasial, khususnya tinggi objek yang dapat diukur tingkat akurasinya. Oleh karena itu dibuat konfigurasi posisi dan tinggi terbang seperti pada Error Reference source not ound. yang mempertimbangkan konfigurasi penempatan target berbentuk grid, target di berbagai posisi di lapangan. Gambar 3.7 memperlihatkan salah satu contoh foto udara hasil pemotretan dengan sebaran target dan posisi horizontal Gambar 3.7 Penempatan target Tabel 3.1 Ukuran Tinggi Target No Target Tinggi cm Jumlah 1 To1-To9 ± 1 9 2 T10 ± 1 1 3 T11-T13 ± 10 3 4 T14-T17 ± 20 4 5 T18-T21 ± 30 4 6 T22-T25 ± 50 4 7 T26-T29 ± 100 4 19 kamera saat pemotretan. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh parameter intrinsik pada titik tertentu terhadap nilai tinggi objek hasil rekonstruksi. Pekerjaan pengambilan data di lapangan terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu : a. Pemotretan udara Foto udara diperoleh dengan menempatkan kamera pada Unmanned Aerial Vehicle UAVpesawat tanpa awak. UAV digunakan berupa multirotor yang dapat terbang pada posisi dan ketinggian tertentu dan dikendalikan dari darat menggunakan Romote Control RC, oleh karena itu konfigurasi posisi kamera dengan variasi tinggi terbang seperti pada Error Reference source not found. an variasi horisontal sepert Gambar 3.7 kamera warna kuning dapat dilakukan. Pada saat pemotretan, lensa kamera diatur pada auto-focus mode dengan tujuan agar diperoleh hubungan dengan pengaturan fokus saat kalibrasi kamera. Beberapa foto hasil pemotretan menggunakan UAV yang saling bertampalan dan berisi target lengkap serta diperoleh dari variasi tiga tinggi terbang diperlihatkan pada Gambar 3.9. b. Pengukuran dan perhitungan koordinat dan tinggi target. Foto udara yang dapat diproses dan direkonstruksi menjadi model 3D adalah foto udara yang memiliki minimal 6 titik sekawan pada foto ke 1 dan foto ke 2 atau ke n. Keenam titik sekawan tersebut memiliki koordinat pada sistem foto dan sistem bumi. Penentuan koordinat 3D setiap target pada sistem bumi dilakukan menggunakan alat Electronic Total Station ETS dengan metode radial. Koordinat titik referensi BM 1 Error Reference source not found. dan Gambar 3.8 Konfigurasi posisi kamera dan pengukuran target 20 rientasi arah Utara ditentukan menggunakan Receiver GPS tipe navigasi Garmin Map 60csx. Hasil pengukuran ETS dan GPS tersebut adalah koordinat X,Y,Z setiap target dalam sistem bumi. Nilai X dan Y yang dipakai koordinat pada sistem Universal Transvers Mercator UTM zone 48 South dalam Datum WGS84. Nilai Z adalah nilai tinggi target yang mengacu pada elevasi altimeter pada receiver GPS tersebut di atas. Koordinat dan tinggi target hasil pengukuran ETS dianggap bebas dari kesalahan, sehingga digunakan sebagai acuan perhitungan atau pembanding dengan hasil rekonstruksi 3D dan kemudian dilakukan analisis.

3.3 Alat

Peralatan yang digunakan dapat dikelompokan menjadi 3 unit utama, yaitu kamera digital, multirotor, dan Electronic Total Station ETS.

3.3.1 Kamera Digital

Kamera digital low-cost yang digunakan memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut : a Kamera : Sony NEX7 b Ukuran CCD : 23.5 x 15.6 mm c Efektif CCD : 24.0 MP d Resolusi Foto : 6000 x 4000 piksel e Format file : JPG f Lensa : Sony 16 mm dan terpasang filter UV Gambar 3.9 Pertampalan beberapa foto udara dengan berbagai variasi posisi dan tinggi terbang 21 Jenis kamera ini dipilih karena memiliki dimensi yang cukup kecil dan berat yang relatif ringan. Hal tersebut penting terkait dengan kemampuan daya angkat UAV. Selain itu, kamera tersebut memiliki resolusi sensor CCD yang besar yaitu 24 Megapixel, termasuk yang terbesar dibandingkan dengan kamera lain yang sekelas. Pemotretan menggunakan kamera ini dapat dilakukan menggunakan remote control dengan menambahkan peralatan tambahan berupa Infra Red IR shutter.

3.3.2 Multirotor

Wahana terbang tanpa awak atau UAV yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut : a Jenis UAV : Hexacopter DJI S-800 b Controller : DJI Wookong M c Radio Control : JR PROPO DSX11 d Perangkat lunak : DJI WookongM Assistant 1.32 Ground Station 4.0.6

3.3.3 Electronic Total Station

Electronic Total Station ETS adalah sebuah alat ukur jarak dan sudut. ETS mengukur jarak suatu target dari tempat ETS didirikan menggunakan gelombang Infra Red IR. Dari ukuran jarak dan sudut akan diperoleh perbedaan koordinat dua titik pada arah horizontal dx,dy dan perbedaan tinggi dua titik tersebut. Untuk mendapatkan koordinat suatu titik pada sistem UTM maka perlu diketahui dulu koordinat minimal 1 titik referensi. Titik referensi itulah yang Gambar 3.10 Kamera Sony NEX7 Gambar 3.11 Hexacopter DJI Wookong S-800