Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

(1)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia, bimbingan dan berkatNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Ayahanda Frans Manurung dan Ibunda Mutiara Sitanggang. Terima kasih buat doa, kasih, nasehat, kerja keras, dan air mata yang kalian cucurkan dalam membesarkan dan mendidik peneliti.

Peneliti juga telah banyak memperoleh banyak masukan, bimbingan, nasihat, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak selaku pelaksana tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen FE USU.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(2)

5. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM selaku Dosen Pembaca Penguji .

6. Tiurlan Meilinda, Friska Agustina, Novika Margaretha (Kakak terkasih), Ruth Aprilliani (Adik terkasih) terima kasih buat dukungan, semangat, dan doanya. 7. Buat kekasih penulis Vanesa Gracesia Sembiring yang selalu memberikan

dukungan baik dalam suka maupun duka.

8. Rekan-rekan seperjuangan Manajemen ’09 Jan Arie, Fajar, Nadia, Nisa, Sri Asrulina , Sufratiwi, Putri, Rudolfo, ,Efendi, Yohana, Rama, teman-teman manajemen grup A,B dan C dan sahabat terbaik penulis (Rahmat Ramadhan Siregar dan M. Khafi Zuhanda) terima kasih sobat atas dukungan dan doanya selama ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kasih memberikan imbalan yang setimpal atas kasih, jerih payah dan jasa-jasa mereka.

Medan, Februari 2013 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Uraian Teoritis ... 10

2.1.1 Perilaku Konsumen ... 10

2.1.2 Keputusan Pembelian ... 11

2.1.3 Shopping Motives ... 14

2.1.4 Store Atributes ... 18

2.1.5 Usaha Eceran ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu... 27

2.3 Kerangka Konseptual ... 29

2.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

3.4 Defenisi Operasional Variabel ... 32

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 33

3.6 Populasi dan Sampel ... 34

3.7 Jenis Data ... 36

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.10 Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 41


(4)

4.1.3 Hypermart Sun Plaza Medan ... 51

4.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 55

4.2.1 Uji Validitas ... 55

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 58

4.3 Metode Analisis Deskriptif ... 60

4.3.1 Analisis Deskriptif Responden ... 60

4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel... 62

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 67

4.4.1 Pengujian Normalitas ... 67

4.4.2 Pengujian Heteroskedastisitas ... 70

4.4.3 Pengujian Multikolinearitas ... 72

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda ... 73

4.6 Pengujian Hipotesis ... 75

4.6.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 75

4.6.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 77

4.6.3 Identifikasi Determinan ... 79

4.7 Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(5)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Lokasi Hypermart di Indonesia ... 5

Tabel 1.2 Omset Peritel Hypermarket ... 7

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 32

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 34

Tabel 4.1 Item-Total Statistic ... 56

Tabel 4.2 Validitas Tiap Pernyataan ... 57

Tabel 4.3 Uji Reliabilitas... 59

Tabel 4.4 Reliabilitas Kuesioner ... 59

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kuantitas Kunjungan ... 61

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 61

Tabel 4.8 Distribusi Penilaian Responden Terhadapa Variabel X1 ... 62

Tabel 4.9 Distribusi Penilaian Responden Terhadapa Variabel X2 ... 64

Tabel 4.10 Distribusi Penilaian Responden Terhadapa Variabel Y ... 65

Tabel 4.11 One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test ... 70

Tabel 4.12 Coefficents Model Glejser ... 72

Tabel 4.13 Coefficents Multikolinearitas ... 73

Tabel 4.14 Variables Entered/Removed ... 74

Tabel 4.15 Coefficents Regresi Linear Berganda ... 74

Tabel 4.16 ANOVA ... 77

Tabel 4.17 Coefficents Uji-t ... 79


(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 Skema Tahapan Pembelian ... 13

Gambar 2.2 Manfaat yang Diharapkan ... 16

Gambar 2.3 Jalur distribusi barang dagangan pada usaha eceran ... 23

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual... 30

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Matahari Putra Prima Tbk ... 44

Gambar 4.2 Histogram ... 68

Gambar 4.3 Normal P-P Plot ... 69


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 87

Lampiran 2 Data Uji Validitas ... 90

Lampiran Reliability ... 91

Lampiran Jawaban Responden ... 94

Lampiran Uji Asumsi Klasik ... 97

Lampiran Regresi Linear Berganda ... 100


(8)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CORPORATE CULTURE AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON EMPLOYEE PERFORMANCE AT HEADQUARTER

PT. PP. LONDON SUMATERA MEDAN

The purpose of this study was to investigate the influence of corporate culture and organizational commitment on employee performance at the Head Office of PT. PP. London Sumatra, Medan.

This study used explanatory research type. The population is all employees of PT Central Office. PP. London Sumatra, Medan, amounting to 121 people, and so the researchers used census sampling method depends on the results of questionnaires were returned. The types of data used in this study is primary data and secondary data obtained through the questionnaire and literature books related to the problem under study.

Through the research, the result that corporate culture owned by PT. PP. London Sumatra, Medan has a positive influence on employee performance. From the research, organizational commitment shown to have a positive impact on employee performance. From the t-test concluded the corporate culture and organizational commitment have a significant impact on employee performance. Keywords: Corporate Culture, Organizational Commitment, Employee


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Globalisasi dan kondisi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir di kota-kota besar di Indonesia, menyebabkan usaha ritel berskala besar menjadi sangat diminati oleh kalangan dunia usaha. Ini dikarenakan peranannya yang sangat strategis, tidak saja menyangkut kepentingan produsen, distributor, dan konsumen, tetapi juga peranannya dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu ritel juga sebagai sarana yang efisien dan efektif dalam pemasaran hasil produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk di pasar, termasuk preferensi yang dikehendaki oleh konsumen. Kehadiran pusat—pusat perbelanjaan modern telah menjadi pertanda meningkatnya sektor perekonomian. Fenomena maraknya pembangunan pusat perbelanjaan modern telah merambah ke kota Medan, Sumatera Utara. Kota Medan berupaya untuk semakin menguatkan citranya bukan hanya sebagai tujuan pariwisata saja, tetapi juga sebagai tujuan wisata belanja. Hal tersebut menyebabkan munculnya persaingan antar pengembang pusat perbelanjaan modern yang saling berlomba untuk merebut hati dan loyalitas pengunjung.

Dalam pengambilan keputusan tentang barang dan jasa mana yang akan dikonsumsi oleh konsumen, maka perilaku konsumen merupakan hal penting yang sangat menentukan, apalagi untuk perusahaan atau para pemasar mengetahui


(10)

proses yang dilalui konsumen sebelum mengambil keputusan untuk membeli adalah salah satu kunci sukses barang yang akan dipasarkan. Ini bisa diartikan bagaimana para pemasar berusaha untuk memasuki setiap fase dalam pengambilan keputusan membeli konsumen sehingga konsumen tertarik terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Bisnis ritel modern dalam toko serba ada (toserba) seperti Hypermarket, supermarket, dan mini market telah menjadi pilihan utama sebagai tempat berbelanja bagi konsumen di Indonesia.

Konsumen lebih memilih toserba karena adanya beberapa pertimbangan dan faktor seperti keragaman barang yang tersedia, harga rendah, kemudahan dengan konsep berbelanja disatu tempat (one stop shopping), hingga kenyamanan. Pertimbangan-pertimbangan inilah yang menjadi alasan berkembangnya ritel saat ini.

Keputusan pembelian adalah suatu proses yang dilakukan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:159) pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi mereka harus memperhitungkannya. Keputusan pembelian mempunyai dasar pertimbangan yang masuk akal yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya motif berbelanja (Shopping motives) dan atribut toko (Store attributes).

Motif berbelanja (Shopping Motives) merupakan salah satu faktor yang mendorong konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Motivasi


(11)

berbelanja didasari oleh kebutuhan serta sasaran yang telah terbentuk dengan sendirinya oleh konsumen. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan dasar yang mencakup kebutuhan primer dan kebutuhan yang diperoleh setelah melewati proses tahap pembelajaran seperti kebutuhan sekunder. Sedangkan sasaran yang diinginkan tergantung dari sasaran yang dipilih, karena setiap individu memiliki kebutuhan tertentu serta sasaran yang berbeda. Motif konsumen tentu sangat berperan penting dalam menentukan langkah dan tindakan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Jika konsumen memiliki keinginan kuat serta desakan kebutuhan akan produk tertentu, bisa menjadi dorongan untuk melakukan keputusan pembelian.

Kondisi atribut toko (Store Attributes) juga merupakan hal yang mempengaruhi proses pemilihan toko dan keputusan pembelian oleh konsumen. Store Attributes memiliki peran penting karena lingkungan (seluruh fisik sekitar maupun benda-benda yang memiliki bentuk) dapat memberikan pengaruh pada perilaku konsumen. Keragaman barang yang tersedia pada toko menjadi hal utama dalam toserba. Lingkungan didalam toko seperti lay out, music, cahaya, maupun keleluasaan dalam berbelanja merupakkan rangsangan yang berpengaruh pada lokasi perbelanjaan. Oleh karena keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang ada disekitarnya, pemilik toserba harus dapat menciptakan rangsangan yang menjadikan konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.

Dengan adanya rangsangan ini, diharapkan konsumen yang datang ke toko dapat merasa nyaman dan senang terhadap keadaan disekitarnya. Hal ini secara


(12)

tidak langsung mengakibatkan konsumen telah dipengaruhi dan dikendalikan oleh suasana lingkungan tempat ia berbelanja. Menurut Ma’ruf (2005:204) desain toko (store design) merupakan strategi penting untuk menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa betah berada dalam suatu toko atau gerai. Desain toko saat ini lebih banyak bersifat consumer-led, yakni penataan dikembangkan sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan selera konsumen. Pada intinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sambil menyediakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi pada toko tersebut hingga akhirnya melakukan keputusan pembelian.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk dengan jumlah keempat terbesar di dunia dan merupakan negara yang memiliki tingkat konsumsi akan barang-barang ritel yang tinggi pula (www.okezone.com,2012)

Hypermart merupakan salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia. Perusahaan ini berada di bawah naungan PT. Matahari Putra Prima Tbk. Saat ini Hypermart memiliki 78 gerai yang terbesar di berbagai wilayah di Indonesia dan 3 gerai diantaranya ada di Sumatera Utara yaitu Hypermart Grand Palladium, Hypermart Sun Plaza, Hypermart Binjai Supermall. Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa Hypermart memiliki banyak gerai di seluruh Indonesia. Ini membuktikan bahwa Hypermart sangat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.

. Tidak mengherankan jika perusahaan-perusahaan ritel baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri bersaing untuk melakukan investasi disektor ritel. Hal ini mengakibatkan persaingan di antara perusahaan-perusahaan sejenis semakin ketat dan diperlukan penerapan strategi dalam usaha meraup pasar.


(13)

Lokasi Hypermart di Indonesia

Kota Jakarta

Hypermart Pejaten Village Hypemart Puri Indah

Hypermart Mall Daan Mogot Hypermart Thamrin City Hypermart Cibubur Junction Hypermart KTC Hypermall Hypermart Gajah Mada Plaza

Hypermart Mega Glodok Kemayoran Kota Cilegon Hypermart Myofield Mall

Kota Semarang Hypermart Mall of Serang Kota Bekasi HypermartGrand Mall

Hypermart Pondok Gede Mall Kota Bogor Hypermart Kedung Halang

Hypermart Bellanova Country Mall Sentul City Kota Tangerang

Hypermart Mall WTC Matahari Hypermart Supermall Karawaci Hypermart Metropolis Town Square Hypermart Bale Kota Tangerang Kota Depok Hypermart Depok Town Square Kota Cianjur Hypermart Mayofield Mall Kota Cirebon Hypermart Cirebon Superblock Kota Bandung

Hypermat Bandung Indah Plaza Hypermart Metro Indah Mall Hypermart MIKO Mall Kota Pekalongan Hypermat Plaza Pekalongan

Kota Kudus Hypermart Kudus Kota Semarang Hypermart Java Mall

Hypermart Paragon City Kota Solo

Hypermart Solo Grand Mall Hypermart Solo Square

Hypermart Hartono Lifestyle Mall Kota Kediri Hypermart Kediri Town Square

Kota Surabaya

Hypermart City of Tomorrow Hypermart Royal Plaza

Hypermart Supermal Pakuwon Indah Hypermart Ciputra World Surabaya Hypermart East Coast Surabaya Kota Malang Hypermart Malang Town Square

Kota Gresik Hypermart Gresik

Kota Madiun Hypermart Plaza Madiun

Kota Sidoarjo Hypermart Sidoarjo Town Square Kota Bangkalan Hypermart Bangkalan Plaza

Kota Medan Hypermart Sun Plaza Hypermart Grand Palladium


(14)

Lanjutan

Tabel 1.1

Lokasi Hypermart di Indonesia

Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Hypermart

Dengan motto Low Price and More….yang artinya harga yang murah dan masih banyak lagi keuntungan lainnya, Hypermart mengharapkan jumlah konsumen yang lebih banyak lagi melakukan pembelian di Hypermart. Menurut pra survei yang dilakukan oleh penulis terhadap sepuluh orang konsumen, adapun faktor-faktor yang mampu mempengaruhi motif berbelanja konsumen dalam

Kota Pekanbaru

Hypermart Mal SKA

Hypermart Mal Ciputra Seraya Hypermart Mandau Dun Pekanbaru Kota Binjai Hypermart Binjai Supermall

Kota Jambi Hypermart WTC Batanghari Kota Muara Bungo Hypermart Permata Bungo Plaza Kota Pangkal Pinang Hypermart Bangka Trade Center Kota Palembang Hypermart Palembang Indah Mall

Hypermart Palembang Square Extension Kota Batam Hypermart Mega Mall Batam Center

Hypermart Nagoya Hill Superblock Kota Bandar Lampung Hypermart Central Plaza Lampung

Kota Bengkulu Hypermart Bengkulu Indah Mall Kota Balikpapan Hypermart Balikpapan Plaza Kota Banjarmasin Hypermart Duta Mall

Kota Pontianak Hypermart A Yani Mega Mall Kota Samarinda Hypermart Plaza Mulia

Kota Tarakan Hypermart Grand Tarakan Mall Kota Banjarbaru Hypermart Q Mall

Kota Palangkaraya Hypermart Megatop Trade Center Kota Makassar Hypermart Mall Global Trade Center

Hypermart Mall Panakkukang Square Kota Manado Hypermart Manado Town Square

Hypermart Mega Trade Center

Kota Gorontalo Hypermart Mall Gorontalo Busines Park Kota Kendari Hypermart Lippo Plaza

Kota Denpasar Hypermart Mal Bali Galeria Kota Ambon Hypermart City Center

Hypermart Maluku City Mall Kota Jayapura Hypermart Mal Jayapura


(15)

melakukan keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan antara lain letaknya yang strategis, yaitu didalam salah satu plaza terbesar di Medan, dapat diakses dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, memungkinkan masyarakat menjangkaunya dengan mudah. Hypermart menyediakan kebutuhan konsumen dengan lengkap mulai dari barang-barang kebutuhan sehari-hari sampai barang elektronika. Dengan tempat yang luas, bersih dan nyaman serta sering melakukan diskon pembelian pada barang-barang tertentu membuat Hypermart menjadi pilihan masyarakat Medan dalam berbelanja. Hypermart juga mengeluarkan kartu kredit yang membuat masyarakat mudah dalam membeli barang-barang. Selain itu Hypermart terletak di dalam Sun Plaza Medan yang membuat masyarakat dapat berjalan-jalan sebelum atau sesudah berbelanja. Sedangkan dilihat dari bagaimana produk-produk dipajang (display product), tata letak (layout) dan lingkungan di dalam toko seperti musik, cahaya, warna maupun keleluasaan berbelanja merupakan bagian dari atribut toko yang dirancang dengan baik pada Hypermart Sun Plaza Medan yang akhirnya sangat mempengaruhi bagaimana seorang konsumen melakukan keputusan pembelian.

Dari Tabel 1.2 dapat kita lihat bahwa Hypermart menduduki peringkat kedua untuk omzet peritel hypermarket di Indonesia. Ini merupakan bukti bahwa Hypermart merupakan pilihan masyarakat Indonesia sebagai tempat berbelanja.


(16)

Tabel 1.2

Omset Peritel Hypermarket (Rp Triliun)

Nomor Hypermarket Omset (Rp Milyar) Market Share(%)

1 Carrefour 11.250 48,70%

2 Hypermart 5.100 22,08%

3 Giant 4.100 17,75%

4 Makro 2.200 9,52%

5 Indogrosir 450 1,95%

Total 23.100 100%

Sumber: Majalah Ritel Asia 2012 dalam

Berdasarkan teori dan data yang ada, peneliti tertarik mengambil judul penelitian “Pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko

(store attributes) terhadap keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza

Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakah terdapat pengaruh berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) terhadap keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mengetahui dan menganalisis pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) terhadap keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan disamping

memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pemasaran berdasarkan teori yang didapat selama masa perkuliahan.

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini berguna sebagai informasi yang dapat dijadikan referensi didalam strategi untuk mempengaruhi keputusan pembelian dan juga meningkatkan daya saing perusahaan.

c. Bagi pihak lain, sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan bagi penulis lain yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan motif berbelanja (shopping motives), atribut toko (store attributes), dan keputusan pembelian dimasa mendatang.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran, karena melalui pemahaman tentang perilaku kosumen, pemasar dapat memahami harapan pelanggan tentang produknya, sehingga perilaku pelanggan sebagai fokus bisnis saat ini dapat lebih dipahami oleh pemasar (Tjiptono,2003:38). Istilah perilaku erat hubungannya dengan permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi ,2003:3).

Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Tjiptono,2003:40), perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghentikan konsumsi produk, jasa dan gagasan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen menyangkut perilaku seseorang dalam mendapatkan dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses pengambilan keputusannya.

Perilaku pembelian konsumen (consumer buyer behavior) menurut Kotler dan Amstrong (2008:158) mengacu pada pembelian konsumen akhir, perorangan, dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadiSemua konsumen akhir ini bergabung membentuk pasar konsumen (consumer market). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah


(19)

faktor sosial, budaya, pribadi dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dikatakan mempunyai pengaruh yang paling luas dan dalam.

Dari definisi diatas, kita mengetahui bahwa ada dua komponen kunci yang harus dilakukan perusahaan untuk memahami perilaku konsumen :

a. Perusahaan harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

b. Perusahaan mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak yang saling mentransfer sesuatu yang bernilai bagi orang lain.

2.1.2 Keputusan Pembelian

Keputusan belanja dipengaruhi oleh kepercayaan, sikap dan nilai-nilai pelanggan, serta berbagai faktor dalam lingkungan sosial pelanggan Proses keputusan memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi di dalam diri seseorang (Utami,2006:45).

Menurut Setiadi (2003:416), keputusan pembelian merupakan perilaku konsumen dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya. Menurut Kotler dan Keller (2009:188) dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima subkeputusan: merek (merek A), penyalur (penyalur 2), kuantitas (satu komputer), waktu (akhir minggu), dan metode pembayaran (kartu kredit).


(20)

1. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian

Konsumen sebelum melakukan pembelian biasanya melewati tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Pengenalan Kebutuhan

Tahap pertama proses keputusan pembeli, di mana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan.

b. Mencari Informasi

Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak dan konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif.

c. Evaluasi Alternatif

Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan.

d. Keputusan Pembelian

Keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli. e. Perilaku Pascapembelian

Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka (Kotler dan Amstrong, 2008:179-181).


(21)

sumber: Kotler dan Amstrong(2008:179)

Gambar 2.1 Skema tahapan pembelian 2. Jenis-jenis Perilaku Keputusan Pembelian

Tingkah laku membeli berbeda untuk setiap produk. Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak peserta pembelian dan semakin banyak pertimbangan untuk membeli. Jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek (Kotler dan Amstrong, 2008:177) yaitu:

a. Perilaku pembelian kompleks

Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks (complex buying behavior) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, berisiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri.

b. Perilaku pembelian pengurangan disonansi

Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing buying behavior) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. Contoh, konsumen yang membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena karpet adalah barang yang mahal dan memperlihatkan ekspresi diri. Tetapi pembeli mungkin menganggap

Perilaku Pasca Pembelian Keputusan

Pembelian Evaluasi

Alternatif Pencarian

Informasi Pengenalan


(22)

sebagian besar merek karpet dalam kisaran harga tertentu adalah sama. Dalam kasus ini, karena anggapan perbedaan mereka tidak besar, pembeli mungkin berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia, tetapi membeli dalam waktu relative singkat.

c. Perilaku pembelian kebiasaan

Perilaku pembelian (habitual buying behavior) terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Contohnya, garam. Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama, hal ini merupakan lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat terhadap sebuah merek. Konsumen tampaknya memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli.

d. Perilaku pembelian mencari keragaman

Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman (variety seeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus ini, konsumen sering melakukan banyak pertukaran merek.

2.1.3 Motif Berbelanja (Shopping Motives)

Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berbunyi movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Oleh karena


(23)

itu memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan adalah merupakan tugas penting bagi para produsen. Didalam hal ini produsen harus memahami motivasi konsumen dalam melakukan pembelian.

Motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Selain itu motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang (konsumen) untuk berperilaku tertentu, dan upayanya untuk mencapai kepuasan, baik secara rasional maupun emosional.

Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Motivasi dapat pula diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Berdasarkan defenisi tersebut maka terdapat unsur-unsur kunci, yaitu upaya, tujuan dan kebutuhan.

Motif berbelanja (shopping motives) terdiri dari dua yaitu utilitarian shopping motives dan hedonic shopping motives. Utilitarian shopping motives dan hedonic shopping motives umumnya berfungsi secara serentak di dalam keputusan pembelian (Setiadi,2003:94-95).

1. Utilitarian Shopping Motives

Utilitarian shopping motives yaitu motif yang mendorong konsumen membeli produk karena manfaat fungsional dan karakteristik objektif dari produk tersebut dan disebut juga motif rasional (Setiadi,2003:96). Untuk menarik konsumen yang motif berbelanjanya adalah Utilitarian shopping motives perusahaan dapat menyediakan ragam kebutuhan


(24)

sehari – hari berdasarkan manfaat produk tersebut secara lebih variatif, baik dari segi harga maupun pilihan ataupun kelengkapan produknya.

2. Hedonic Shopping Motives

Hedonic shopping motives yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan ini seringkali muncul untuk memenuhi tuntutan sosial dan estetika dan disebut juga motif emosional (Setiadi,2003:96). Untuk mendapatkan konsumen yang motif berbelanjanya Hedonic shopping motives, perusahaan lebih memfokuskan lagi pada produk-produk apa yang biasanya motif pembeliannya berdasarkan motif ini. Suasana toko yang bersih, nyaman, pelayanan yang baik, serta pengadakan diskon penjualan merupakan hal yang termasuk dalam motif ini.

Ekspresi motif dalam pembelian dan pemakaian produk, dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :

Sumber: Setiadi (2003: 97)

Gambar 2.2 Manfaat yang Diharapkan

Utilitarian (sifat produk yang

objektif)

Kebutuha n

Evaluasi alternative, Pembelian, pemakaian

Hedonik/ Pengalaman (subjek/emosional)


(25)

Adapun tujuan motivasi konsumen adalah meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas, menciptakan hubungan yang harmonis antara produsen dengan konsumen. Sedangkan asas-asas motivasi antara lain :

a. Asas Mengikutsertakan

Asas ini berusaha untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

b. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. c. Asas Pengakuan

Asas pengakuan memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada konsumen atas prestasi yang dicapainya.

d. Asas wewenang yang didelegasikan

Maksudnya memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mengambil keputusan dan beraktivitas sebebas-bebasnya tapi masih ada aturan yang membatasi.

e. Asas perhatian timbal balik

Adalah memotivasi konsumen dengan mengemukakan keinginan dan harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diharapkan konsumen dan produsen. Jadi kesimpulannya bahwa asas motivasi yang diterapkan harus dapat


(26)

meningkatkan produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen (Setiadi, 2003:101).

2.1.4 Atribut Toko (Store Atributes)

Keputusan konsumen dalam membeli produk seringkali dilakukan di toko, karena informasi yang diperoleh konsumen di toko atau komunikasi yang dilakukan pada saat belanja sangat mempengaruhi keputusan pembelian. Berbagai perusahaan sering membuat atribut toko (Store attributes) yang menarik (Sumarwan,2002:276). Seperti produk, sebuah toko juga memiliki kepribadian. Beberapa toko bahkan memiliki atribut yang jelas di dalam benak konsumen. Dengan kata lain atribut toko adalah kepribadian sebuah toko. Kepribadian atau atribut toko menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Bagi seorang produsen, atribut toko merupakan gambaran jiwa, atau kepribadian toko yang oleh pemiliknya berusaha disampaikan kepada konsumen. Sementara bagi para konsumen, atribut toko tersebut adalah hal-hal yang mampu mempengaruhi konsumen dalam berbelanja. Atribut toko (Store attributes) dapat dibangun melalui display produk, suasana lingkungan toko, tata letak (layout).

1. Display Produk

Menurut Utami (2006:236) terdapat beberapa metode bagi ritel untuk menyajikan barang secara efektif bagi pelanggan. Untuk memutuskan apa yang terbaik untuk situasi khusus, para perencana toko hatus memerhatikan empat masalah:


(27)

a. Pertama, dan mungkin yang paling penting, barang harus dipamerkan dengan cara sedemikian rupa sesuai dengan kesan toko.

b. Kedua, para perencana toko harus memerhatikan sifat produk.

c. Ketiga, kemasan sering kali menentukan bagaimana produk dipamerkan.

d. Keempat, kemungkinan keuntungan produk mempengaruhi keputusan untuk memamerkan barang.

Penyajian merchandise (merchandise presentation) berkenaan dengan teknik penyajian barang-barang dalam gerai untuk menciptakan situasi dan suasana tertentu. Teknik dan metode penyajian merchandise berkenaan dengan keragaman produk, koordinasi kategori produk, display, contoh: pencahayaan, tata warna, dan window display (Ma’ruf,2005:213). Untuk menciptakan display produk yang berhasil diperlukan beberapa persyaratan, antara lain:

a. Pajangkan bagian depan pembungkus, bukan sisinya atau ujungnya. b. Pajangan yang baik harus terletak pada arus lalu lintas (traffic flow)

agar mudah terlihat oleh konsumen

c. Pajangan sebaiknya berada pada ketinggian pandangan mata (eye level) dan bukan dibawah dekat lantai atau diatas dekat atap atau plafon.

d. Pajangan sebaiknya ditempatkan yang terbuka dan tidak tertutup oleh tiang atau barang/benda lain.


(28)

e. Pemajangan dengan cahaya yang baik/cukup akan memberikan dampak positif.

2. Suasana Lingkungan Toko

Suasana atau atmosfer dalam gerai berperan penting memikat pembeli, membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun utnuk keperluan rumah tangga.Suasana yang dimaksud adalah dalam arti atmosfer dan ambience yang tercipta dari gabungan unsure-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi visual, dan merchandising. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur biasa saja. Sementara, gerai gerai yang diatur biasaj saja tapi bersih lebih menarik dari pada gerai yang tidak diatur sama sekali dan tampak kotor (Ma’ruf,2005:201).

Suasana toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko, seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemacangan, warna, temperatur, music, serta aroma yang secara menyekuruh akan menciptkan citra dalam benak konsumen. Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengkomunikasikan infromasi yang terkait dengan layanan, harga maupun, ketersediaan barang dagangan yang bersifat fashionable (Utami,2006:217).


(29)

3. Tata Letak (Layout)

Menurut Taufiq (2004:106) dalam merancang tata letak, kita harus mempertimbangkan selutuh aspek terkait. Pertama, apakah sudah sesuai dengan target pasar Anda. Kedua, bagaimana kesesuaian toko Anda dengan barang yang Anda jajakan. Apakah barang ada, kelancaran arus keluar masuknya barang, pelaksanaan kebersihannya, bagaimana dengan klasifikasi barang, apakah semuanya sudah saling mendukung. Ada dua tipe dasar layout yaitu grid layout (layout lalu lintas) dan free flow layout (layout alur-bebas) .

a. Grid Layout

Grid Layout, tata letak toko dibuat secara berlajur-lajur. Lajurnya terdiri atas lorong-lorong, di mana setiap lorong diletakkan barang khusus. Cara ini sudah umum digunakan di supermarket dan toko-toko makanan lainnya. Denga konsep tata letak grid ini, diharapkan barang yang bisa dipajang cukup banyak, tetapi cukup memberikan keleluasaan bagi pelanggan untuk “hilir mudik”. Yang harus dipertimbangkan dalam metode ini adalah barang-barang mana yang harus kita tampilkan di lorong utama. Tentu saja, kurang bijak bila barang yang kita letakkan di lorong utama adalah barang-barang yang laku dan paling jarang dicari orang.


(30)

b. Free-flow Layout

Pada sistem ini, barang-barang dagangan diletakkan secara mengelompok dengan pola yang memudahkan pelanggan untuk hilir mudik. Meskipin tidak terlalu teratur, pelanggan bebas untuk melihat kelompok-kelompok barang. Diharapkan, dengan tata letak seperti ini, para pelanggan akan melakukan pembelian spontan (impulsive buying). Dibandingkan dengan sistem grid, metode free flow ini menuntut biaya yang lebih tinggi, karena konsekuensinya adalah penyediaan ruangan yang lebih luas.

2.1.5 Usaha Eceran

1. Pengertian Usaha Eceran

Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Ritel juga merupakan perangkat sari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perorangan maupun keluarga (Utami,2006:4).

Kegiatan yang dilakukan dalam usaha eceran adalah menjual berbagai produk, jasa dan keduanya kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya


(31)

dengan harga, tempat dan waktu yang diinginkan pelanggan. Karena itu usaha eceran memiliki peranan penting dalam proses pemenuhan konsumen, karena merupakan tahap akhir dari saluran distribusi yang menyampaikan produk langsung kepada konsumen akhir.

Jalur distribusi adalah sekumpulan atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai konsumen akhir. Produsen menjual produknya kepada peritel besar (wholesaler). Hal ini akan membentuk suatu jalur distribusi, antara produsen ke konsumen akhir seperti yang ditunjuk Gambar 2.3 berikut:

Sumber: Utami (2006:5)

Gambar 2.3 Jalur distribusi barang dagangan pada usaha eceran 2. Jenis-Jenis Pengecer

Usaha eceran memiliki jenis yang berbeda didasarkan pada karakteristiknya. Terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu: Pertama, Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Kedua, pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan. Ketiga, pengelompokan berdasarkan kepemilikan (Utami, 2006:10).

Pada umumya jenis pengecer dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu pengecer toko dan pengecer tanpa toko (Utami, 2006:11-13). Masing-masing pengecer diuraikan sebagai berikut:

Pedagang besar Ritel Konsumen Akhir


(32)

a. Pengecer Toko (Store Retailing)

Pengecer toko adalah usaha eceran yang menggunakan toko sebagai saran untuk memasarkan produk yang dijual. Pada umumnya usaha eceran menggunakan toko yang disebut toko eceran. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Seiring perkembangan zaman semakin banyak toko eceran yang muncul dengan berbagai bentuk.

Secara umum jenis-jenis toko pengecer dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Toko Khusus (Specialty Store)

Toko khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas dengan level layanan yang tinggi. Jenis toko ini dapat lebih khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual.

2) Department Store

Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan staff seperti layanan pelanggan dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada satu arena belanja.

3) Toko Konviniens (Convenience Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas dengan ukuran relatif kecil dan biasanya didefenisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk yang relatif tinggi. Toko ini ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian cepat.


(33)

4) Toko Super (Super Store)

Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang terdiri dari produk-produk makanan dan non makanan yang secara rutin dibeli oleh konsumen. Toko Kombinasi (Combination Store) Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.

5) Toko Kombinasi (Combination Store)

Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.

6) Pasar Hiper (Hypermarket)

Merupakan toko yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 meter persegi lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai bentuk toko pengecer seperti: supermarket, toko diskon dan ware house. Toko ini menjual lebih banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan rumah tangga, furnitur, pakaian dan lain-lain.

7) Toko Diskon (Discount Store)

Toko dislon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk dengan menggunakan layanan yang terbatas dan harga murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri.


(34)

8) Pengecer Potongan Harga (Off-prices Retailers)

Ritel off-price dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang ebih murah dari grosir. Cenderung menjual barang dagangan yang berubah-ubah sering merupakan sisa, tidak laku dan cacat yang diperoleh dengan harga yang lebih murah dari produsen lainnya.

9) Ruang Pamer Katalog (Catalog showroom)

Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas produk dengan mark-up yang tinggi merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog memperoleh uang dengan memotong biaya marjin untuk menyediakan harga yang rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi.

a. Pengecer Tanpa Toko (Nonstore Retailing)

Selain jenis pengecer yang menggunakan toko sebagai sarana memasarkan produk, dalam pemasaran juga dikenal jenis pengecer yang tidak menggunakan toko. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1) Ritel Elektronik (Electronic Retailing)

Merupakan format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan dan penjualan melalui internet guna mencapai cakupan konsumen yang lebih luas.

2) Katalog dan Pemasaran Surat Langsung

Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog produk yang terpilih. Perusahaan mengirimkan


(35)

katalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap yaitu keseluruhan lini barang dagangan atau dengan memilih barang dagangan yang akan menginformasikan secara terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus dan katalog bisnis. Biasanya berbentuk cetakan,cd, video, atau secara online.

3) Penjualan Langsung

Merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu.

4) Television Home Shopping

Merupakan format ritel melalui televisi. Pelanggan akan melihat program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan kemudian menyampaikan pesanan melalui telepon.

5 ) Vending Machine Retailing

Merupakan format non store yang menyimpan barang dan jasa pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan dimana pelanggan memasukkan uang tunai atau kartu kredit ke dalam mesin.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Wicaca (2011) berjudul “Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Atribut Toko (Store Atributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Carrefour Plaza Medan Fair Medan”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif kausal, yang terdiri dari shopping motives sebagai variabel X1, store


(36)

attributes sebagai variabel X2dan keputusan pembelian sebagai variabel Y dan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil uji koefisien determinasi (R2) diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan motif berbelanja (shopping motives) (X1) atribut toko (store attributes) (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) Carrefour Plaza Medan Fair. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian pada Carrefour Plaza Medan Fair. Nilai Adjusted R Square = 0,328, berarti 32,8% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) sedangkan sisanya 67,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Penelitian Purba (2008) berjudul “Analisis Pengaruh Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Pembelian Tidak Terencana (Impulsive Buying) Pada Hypermart Sun Plaza Medan” . Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif kausal, yang terdiri dari pleasure sebagai variabel X1, arousal sebagai variabel X2, dominance sebagai variabel X3, dan pembelian tidak terencana sebagai variabel Y dan menggunakan metode analisis regresi berganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel respon lingkungan berbelanja terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying), dengan persamaan regresi Y = -1,931 + 0,181 X1 + 0,085 X2 + 0,110 X3+ e dan Fhitung = 19,111 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,364 yang berarti pengaruh variabel pleasure, arousal, dan dominance terhadap pembelian tidak terencana konsumen sebesar 38,4% dan 61,6% lagi dipengaruhi


(37)

oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Pada uji t, variabel pleasure merupakan variabel yang dominan dalam membentuk pembelian tidak terencana (impulsive buying) pada konsumen Hypermart Sun Plaza Medan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa variabel yang diteliti yang disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar pembuatan hipotesis (Sugiyono,2005:49). Menurut Kotler dan Amstrong (2008:179) proses pengambilan keputusan konsumen dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam waktu yang lama setelah pembelian. Keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan Amstrong, 2008:181). Keputusan pembelian dipengaruhi salah satunya oleh motif konsumen dalam berbelanja. Motif berbelanja (Shopping Motives) adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang (konsumen) untuk berperilaku tertentu, dan upayanya untuk mencapai kepuasan, baik secara rasional maupun emosional (Setiadi,2003:94). Selain hal tersebut atribut toko juga hal yang sangat mempengaruhi keputusan pembelian. Atribut toko adalah gambaran apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu dan keadaan toko yang oleh pemiliknya berusaha disampaikan kepada konsumen. Atribut toko dapat mempengaruhi kenikmatan, kesenangan, dan keputusan berbelanja tanpa sebelumnya melakukan penilaian terhadap produk maupun harganya. Kesan terhadap toko dapat dibentuk pada saat konsumen memasuki atau baru saja memasuki area fasilitas toko.


(38)

Sebuah toko yang memiliki atribut toko yang baik akan mendorong konsumen untuk tinggal lebih lama di dalam toko dan akan menarik keinginan konsumen untuk mengetahui segala sesuatu yang terdapat pada toko tersebut hingga akhirnya melakukan keputusan pembelian.

Berdasarkan teori pendukung diatas, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Kotler dan Amstrong (2008), Setiadi (2003) (diolah) (2012) Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa Motif berbelanja (Shopping Motives) dan atribut toko (Store Attributes) merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Kedua variabel ini diharapkan dapat mempengaruhi dan menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono,2005:306). Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Faktor motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan.

Motif berbelanja (Shopping Motives) (X1)

Keputusan Pembelian ( Y) Atribut toko (Store


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar,2003:35). Oleh karena itu penelitian ini akan menjelaskan pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) terhadap keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Saya melakukan penelitian pada Hypermart Sun Plaza Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.

3.3Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada variabel sebagai berikut:

1. Variabel Independent (X) terdiri atas motif berbelanja (shopping motives) (X1) dan atribut toko (store attributes) (X2).

2. Variabel Dependen (Y) adalah keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan.


(40)

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel-variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Defenisi variabel-variabel memberikan dan menuntun arah penelitian bagaimana cara mengukur suatu variabel.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran Motif Berbelanja (Shopping Motives) (X1)

Segala sesuatu yang mendorong seseorang ( konsumen) untuk berperilaku tertentu, dan upayanya untuk mencapai kepuasan, baik secara rasional maupu n emosional.

1. Ketersediaan produk kebutuhan sehari-hari

2. Variasi produk 3. Harga produk 4. Pelayanan yang

diberikan pramuniaga 5. Kebersihan

6. Rasa nyaman dalam berbelanja

7. Sering mengadakan diskon penjualan Skala Likert Atribut Toko (Store Attributes) (X2)

Gambaran apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko dan keadaan toko yang oleh pemiliknya berusaha disampaikan kepada konsumen.

1. Tinggi Pajangan 2. Pencahayaan

pajangan 3. Susunan barang 4. Ruangan Toko Luas 5. Mudah menemukan

barang didalam toko 6. Alunan musik enak di

dengar

7. Penempatan lorong teratur


(41)

Lanjutan

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Sumber: Setiadi (2003:94), Kotler dan Keller (2009:188) (diolah) (2012) 3.5Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi yang dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen dengan menghadapkan responden terhadap pernyataan kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor (Sugiyono,2005:86). Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat berbentuk seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2

Variabel Defenisi

Operasional

Indikator Skala

Pengukuran

Keputusan Pembelian (Y)

Saat konsumen membeli suatu produk pada waktu tertentu.

1. Memilih Hypermart Sun Plaza Medan sebagai tempat melakukan keputusan pembelian

2. Citra perusahaan yang baik dimata anda

3. Mencari informasi 4. Faktor keunggulan 5. Tindakan memilih 6. Faktor kepuasan 7. Faktor situasional


(42)

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-ragu (R) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2005:86) 3.6 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpilan (Sugiyono, 2005:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:73). Sampel diambil dengan metode purposive random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan karakter dan ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel. Adapun karakter yang ditentukan adalah pengunjung yang pernah dan melakukan pembelian minimal telah 2 kali berbelanja dalam sebulan dan telah berusia 17 tahun.


(43)

Karena jumlah konsumen yang melakukan keputusan pembelian tidak diketahui maka penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus didalam buku karangan Supramono (Supramono, 2003:62). Yaitu:

n = (Zα) 2

[

]

     2 d PxQ Dimana:

n = Jumlah Sampel

Zα = Nilai standart normal yang besarnya tergantung kepada α Bila α = 0,05 Z = 1,96

P = Proporsi populasi yang diharapkan memiliki karakteristik tertentu Q = (1-P), Proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki karakteritik tertentu

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi = 10 %

Untuk memperoleh N (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui maka dapat digunakan p = 0,5 dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi adalah :

n = (Zα) 2

[

]

     2 d PxQ

n = (1,96) 2

[

]



     2 ) 1 , 0 ( 5 , 0 5 , 0 x

n = 96,04 dibulatkan menjadi 100 orang

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan. Siapa saja


(44)

yang kebetulan bertemu dengan peneliti di tempat penelitian dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Ginting dan Situmorang, 2008: 114).

3.7 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner dan wawancara pada pengunjung

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan internet yang dapat menjadi referensi dalam mendukung penelitian ini.

3.8Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kuesioner

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari literatur, buku, akses internet, yang berhubungan dengan penelitian.


(45)

3.9Uji Validitas dan Reliabilitas a.Uji Validitas

Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah semestinya rangkaian penelitian harus dilakukan dengan baik. Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Bila koefisien korelasi (r) lebih besar dari r table (0,361), maka pertanyaan tersebut dikatakan valid. (Sugiyono,2005:109). Uji validitas dilakukan terlebih dahulu dengan memberikan kuesioner kepada 30 orang responden yang diambil dari luar sampel dan dilakukan di Fakultas Ekonomi USU. Adapun karakter yang ditentukan adalah pengunjung yang pernah dan melakukan pembelian minimal telah 2 kali berbelanja dalam sebulan dan telah berusia 17 tahun. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid

b.Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan (kuesioner) menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2005:116). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0, butir pertanyaan yang sudah


(46)

dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

Jika r alpha positif atau > r tabel maka pertanyaan reliabel

Jika r alpha negatif atau < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel

3.10 Teknis Analisis

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode penganalisaan yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengelompokkan data dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi (Sumarni, 2005:102). Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian.

b. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmograv Smirnov, dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% maka nilai Asymp. Sig. (2 tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Ginting dan Situmorang, 2008:62).


(47)

c. Metode Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear berganda yaitu regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen (Sugiyono,2005:211). Untuk memperoleh hasil analisi data, peneliti menggunakan program SPSS 16.0.

Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut: Y= a + b1 X1 + b2 X2 + e

Keterangan

Y = Keputusan pembelian a = Konstanta

X1 = Motif berbelanja (shopping motives) X2 = Atribut toko (store attributes)

b1,2 = Koefisien regresi e = Standar error

d. Uji Hipotesis

1) Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y)

H0 : bi = 0

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu berupa motif berbelanja


(48)

(shopping motives) (X1) dan atribut toko (store attributes) (X2) terhadap Keputusan pembelian (Y) .

Ha : bi = 0

Artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu berupa motif berbelanja (shopping motives) (X1) dan atribut toko (store attributes) (X2) terhadap Keputusan pembelian (Y) .

Kinerja pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2) Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y)

H0 : bi = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari veriabel bebas yaitu berupa motif berbelanja (shopping motives) (X1) dan atribut toko (store attributes) (X2) terhadap Keputusan pembelian (Y) .

Ha : bi = 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas yaitu berupa motif berbelanja (shopping motives) (X1) dan atribut toko (store attributes) (X2) terhadap Keputusan pembelian (Y) .


(49)

Kriteris pengambilan keputusan :

H0 diterima jika thitung < Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika thitung > Ftabel pada α = 5% 3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar nilainya (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas motif berbelanja (shopping motives) (X1) dan atribut toko (store attributes) (X2) adalah kuat terhadap variabel terikat Keputusan pembelian (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 PT. Matahari Putra Prima Tbk. 1. Sejarah

PT. Matahari Putra Prima Tbk. merupakan peritel pertama yang mengangkat konsep multi format modern retail dengan menjual pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya dengan target sasaran untuk masyarakat kelas menengah dan menengah ke atas. Matahari didirikan pada tahun 1958 oleh Bapak Hari Darmawan dengan membuka gerai pertama di kawasan Pasar Baru, Jakarta. Beliau merupakan seorang peritel Indonesia yang memiliki reputasi dan pengalaman yang baik dalam pasar nasional dan internasional.

Pada tahun 1996, kepemilikan Matahari mengalami perubahan yaitu dari Bapak Hari Darmawan ke Lippo Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang multi bussiness in various industries baik di tingkat domestik maupun internasional. Dalam masa peralihan kepemilikan ini, Matahati mengalami perubahan dalam struktur organisasinya dan Matahari juga menyusun strategi bisnis yang baru. Di bawah kepemimpinan Benjamin J. Mailool, The Company President Director & CEO, Matahari mulai memperluas pasarnya untuk menjadi peritel modern di dalam aspek ritel di Indonesia.

Sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu sebagai pemimpin industri ritel di Indonesia, Matahari membuat inovasi baru yaitu dengan fokus pada penjualan produk-produk kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, makanan dan minuman, produk kesehatan dan kosmetik dan juga pusat hiburan. ”Quality


(51)

menjalankan bisnis ini. Matahari kian berkembang pesat hingga akhirnya memiliki toko cabang yang tersebar di 50 kota di Indonesia.

Kantor pusat Matahari terletak di Lippo Karawaci, Tangerang, Banten. Toko cabang Matahari telah dibuka di kota-kota besar di berbagai provinsi di Indonesia. Hingga saat ini, Matahari telah membuka 80 Department Store, 78 Hypermart, 29 supermarkets, 46 health and beauty centers, dan lebih dari 90 pusat hiburan lainnya. Dengan reputasi yang baik di tingkat domestik dan internasional membawa Matahari mendapatkan penghargaan Gold Award in the Retail Asia Pacific, Top 500 Awards 2004, 2005, 2006, dan 2007. Selain itu, juga mendapatkan The Most Prestigious Award untuk pertama kalinya yaitu Best of Best, 2007 Retail Asia Pasific Top 500 Awards yang merepresentasikan pencapaian tertinggi di antara industri ritel di kawasan Asia Pasific.

2. Visi dan Misi PT. Matahari Putra Prima Tbk.

1. Visi PT. Matahari Putra Prima Tbk. adalah: ”Peritel Pilihan Utama Konsumen”.

2. Misi PT. Matahari Putra Prima Tbk. adalah: ”Konsisten menawarkan

berbagai ragam produk bernilai dan tepat guna dengan pelayanan terbaik guna peningkatan kualitas dan gaya hidup konsumen”.

3. Struktur Organisasi PT. Matahari Putra Prima Tbk.

Suatu dasar yang berguna dalam penyusunan struktur organisasi perusahaan adalah pertimbangan bahwa organisasi itu harus fleksibel, dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian tanpa harus mengadakan penambahan total. Organisasi juga harus dapat menunjukkan garis wewenang dan


(52)

tanggung jawab yang jelas. Ada tiga macam struktur organisasi yang penting, yaitu: 1. Line Organization

2. Line and Staff Organization 3. Fungsional Organization

Struktur organisasi pada PT. Matahari Putra Prima Tbk. disusun berdasarkan struktur divisi, yang secara garis besar menggambarkan peran, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi yang satu dengan yang lain. Struktur organisasi yang digunakan PT. Matahari Putra Prima Tbk. adalah Line and Staff Organization. Berikut ini disajikan ikhtisar kegiatan-kegiatan utama yang dilaksanakan oleh masing-masing fungsi dalam struktur organisasi PT. Matahari Putra Prima Tbk. Jabatan yang akan diuraikan tugas-tugasnya dibatasi hanya untuk jabatan-jabatan kunci.


(53)

Sumber: id. Wikipedia.org/wiki/Hypermart


(54)

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS diadakan paling sedikit setahun sekali. Tugas pemegang saham adalah membuat keputusan-keputusan yang prinsipil dan konstitusional bagi haluan perusahaan. Adapun keputusan-keputusan yang dibuat dalam rapat adalah anggaran dasar, anggaran rumah tangga, pengangkatan Dewan Komisaris dan Presiden Direktur, pengesahan budget, prinsip-prinsip bagi keuangan, personalia, pemasaran, serta hubungan perusahaan dengan pihak luar perusahaan.

2. Dewan Komisaris

Adapun tugas Dewan Komisaris adalah:

a. Mengawasi Direksi di dalam menjalankan tugas-tugas apakah sudah sesuai dengan hasil keputusan RUPS.

b. Memberhentikan Direksi apabila dilakukan penyelewengan- penyelewengan.

c. Memberikan pertimbangan terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil oleh Direksi.

d. Memantau perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh perusahaan.

3. Direksi

Adapun tugas Direksi adalah:

a. Mengatur jalannya aktivitas perusahaan secara keseluruhan.


(55)

c. Mengkoordinasikan, mengawasi, serta bertanggungjawab terhadap pekerjaan para manajer di bawahnya.

d. Bertanggungjawab atas perkembangan, kemajuan, dan segala sesuatu yang menyangkut perusahaan.

4. Internal Audit

Internal Audit harus berada di luar lini operasi organisasi perusahaan.

Adapun tugas Internal Audit adalah:

a. Mengawasi apakah setiap bagan telah melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan.

b. Melakukan review terhadap setiap bagian dari prosedur dan metode operasi untuk menilai keefisienan dan keefektifannya.

5. Manager Divisi Merchandising

Adapun tugas Manager Divisi Merchandising adalah: a. Mengkoordinasi bagian-bagian yang ada di bawahnya

b. Mengawasi aktivitas pembelian, usaha-usaha promosi, dan menjaga hubungan perusahaan dengan pihak supplier

c. Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan divisimerchandising.

Berikut adalah penjelasan tugas-tugas ‘kepala bagian’ yang dianggap penting:


(56)

a. Kepala Bagian Pembelian

Divisi ini dibagi menjadi sembilan kelompok sesuai dengan jenis barang yang dibeli yang menyusun rencana dan strategi pembelian, meliputi:

1) Merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan

pembelian barang untuk dapat memenuhi kebutuhan persediaan barang dagangan.

2) Menghubungi pemasok untuk mendapatkan informasi tentang

harga dan mutu, serta mempertimbangkan syarat pembelian agar sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

3) Melakukan negosiasi harga beli dan jangka waktu pembayaran dengan pemasok.

4) Mengajukan tuntutan pada pemasok jika barang yang diterima

tidak memenuhi syarat, maka perusahaan berhak untuk meretur barang.

b. Kepala Bagian Perencanaan dan Pengendalian Barang

Adapun tugas Kepala Bagian Perencanaan dan Pengendalian Barang adalah:

1) Mengelola jumlah persediaan barang di seluruh toko dan

pengalokasian barang-barang ke seluruh toko sesuai dengan kebutuhan masing-masing toko, sehingga menghasilkan tingkat perputaran barang yang optimal.


(57)

laba kotor yang diharapkan.

3) Menyusun dan mengoperasikan prosedur-prosedur kendali mutu atas produk yang dihasilkan.

4) Memantau kecenderungan penjualan dan penelitian atas selera konsumen, serta merencanakan target penjualan yang ingin dicapai. 5) Bertanggungjawab atas perencanaan dan pengembangan

produk-produk baru yang akan dijual.

6) Melakukan pengawasan terutama dengan fungsi-fungsi bagian

yang berada di bawahnya karena bagian pembelian merupakan bagian yang sensitif untuk melakukan penyelewengan-penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan.

6. Manajer Divisi Pengembangan Toko (Store Development)

Manajer Divisi Pengembangan Toko (Store Development) bertanggungjawab secara langsung kepada Presiden Direktur. Adapun tugas Manajer Divisi Pengembangan Toko (Store Development) adalah:

a. Mencari lokasi-lokasi yang strategis di dalam usaha untuk pengembangan toko-toko baru.

b. Mendesain toko baik luar maupun dalam.

c. Mengadakan negosiasi dengan para kontraktor sampai dengan pengawasan konstruksi.


(58)

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bagian yang penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan. Adapun tugas Manajer Sumber Daya Manusia adalah:

a. Merekrut dan menyeleksi karyawan-karyawan baru yang berpotensial untuk bekerja di perusahaan.

b. Membuat peraturan tata tertib di perusahaan.

c. Menjaga agar tata tertib itu terus dilaksanakan oleh setiap karyawan perusahaan.

d. Mengatur, merencanakan, dan melaksanakan mutasi dan

pemberhentian karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Mengurus surat-surat ijin dari departemen tenaga kerja mengenai

asuransi tenaga kerja.

f. Melakukan pencatatan yang cermat atas data personalia dari seluruh karyawan.

g. Mengikuti perkembangan peraturan pemerintah yang menyangkut fungsi kepegawaian.

8. Manajer Toko

Adapun tugas Manajer Toko adalah:

a. Bertanggungjawab atas jumlah kehilangan yang diperhitungkan pada saat stock opname.

b. Menjamin agar pelaksanaan operasional toko sehari-hari dapat berjalan dengan lancar.


(59)

d. Menjaga agar tata tertib perusahaan terus dilaksanakan. e. Berusaha untuk terus meningkatkan penjualan

f. Berusaha untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas di dalam toko.

9. Manager Distribution Centre (Gudang)

Adapun tugas Manager Distribution Centre (Gudang) adalah: a. Menjamin kelancaran pendistribusian barang dari gudang ke toko. b. Memastikan bahwa barang-barang yang dibeli dari supplier tidak rusak sebelum barang dikirim ke toko-toko.

c. Menjamin barang-barang yang diterima oleh toko sesuai dengan dokumen.

d. Berusaha untuk meningkatkan keefisienan dan keefektifan di dalam gudang.

e. Menjamin keamanan barang-barang yang ada di gudang. 10. Manager General Affairs

Tugas Manager General Affairs adalah menjamin tersedianya semua peralatan yang dibutuhkan oleh perusahaan guna menunjang aktivitas perusahaan

11. Manager Management Information System

Adapun tugas Manager Management Information System adalah: a. Menjamin tersedianya data-data yang berguna bagi semua pihak yang


(60)

b. Mengembangkan program-program baru yang berguna untuk mempermudah jalannya operasi perusahaan.

12. Finance Manager

Finance Department dikepalai oleh seorang Finance Manager yang bertugas mengatur cash flow, menyusun budget perusahaan, dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan budget tahun sebelumnya, serta membuat laporan mengenai penyimpangan yang terjadi kepada Finance Directur.

13. Accounting Manager

Adapun tugas Accounting Manager adalah:

a. Bertanggungjawab atas pengadaan catatan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan perusahaan secara periodik.

b. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Accounting Directur.

4.1.2 Hypermart

Hypermart merupakan salah satu kontributor pertumbuhan terbesar untuk PT. Matahari Putra Prima Tbk. Hypermart menggambarkan bisnis hypermarket dengan gaya terpadu dan modern di dalam pasar ritel Indonesia yang sedang tumbuh secara pesat dengan operasinya di seluruh negeri melalui 78 gerai di 45 kota dan akan berekspansi di daerah-daerah utama di Indonesia. Hypermart menyediakan lebih dari 60.000 item dengan harga terbaik, pelayanan terbaik, dan produk-produk terbaik di bawah satu atap untuk para konsumen di Indonesia.


(61)

4.1.3 Hypermart Sun Plaza Medan

1. Visi Hypermart Sun Plaza Medan

Hypermart Sun Plaza Medan mempunyai visi sebagai berikut : “Penuh kasih dan antusias akan membawa Hypermart Sun Plaza Medan menjadi salah satu yang terbaik dari sisi kinerja”.

2. Misi Hypermart Sun Plaza Medan

Adapun misi internal Hypermart Sun Plaza Medan adalah:

a. Hypermart Sun Plaza akan menjadi salah satu pilihan utama tempat berbelanja bagi warga Medan secara universal dengan fokus pada customer middle (menengah) dan middle up (atas).

b. Hypermart Sun Plaza merupakan sebuah tempat proses transformasi yang dapat menjdi frame work , landasan berpikir dan berikir secara efektif dan efisien dalam menempatkan diri, mengembangkan organisasi, system, strategi, taktik dan komunikasi sehingga seluruh sumber daya manusia dan pihak terkait dapat bekerja sepenuh hati dan jiwa.

c. Melalui perusahan ini menjadikan karyawan dapat mengelola diri sendiri lebih baik, sehingga mencerminkan karakter pemimpin, karakter pemenang yang memiliki jiwa enthepreneurship (jiwa berwirausaha) untuk diimplementasikan.

Hypermart Sun Plaza Medan juga memiliki visi eksternal yaitu, “Turut berperan serta untuk memajukan lingkungan sekitar Hypermart melalui pembinaan usaha kecil menengah (UKM), penelitian kewirausahaan dan


(62)

pelatihan lainnya untuk mengembangkan kepribadian positif dan ekonomi kerakyatan.

3. Stuktur Organisasi

Bagian-bagian organisasi Hypermart Sun plaza Medan. a) Head of Store Operation

Bertanggung jawab atas operasional seluruh gerai Hypermart yang ada di Indonesia.

b) Regional Manager

Bertanggung jawab atas suatu regional atau wilayah, yang terbagi atas 3 wilayah/regional, yaitu regional A (wilayah barat), regional B (wilayah tengah), regional C (wilayah timur).

c) Store Manager

Bertanggung jawab atas gerai atau toko yang dipimpinnya, antara lain mengenai seluruh produk yang dijual di toko, keseluruhan karyawan yang bekerja di toko, dan sebagainya.

d) Divisi Manager

Divisi Manager bertanggung jawab atas divisinya masing-masing, misalnya menganalisis jumlah penjualan, target penjualan, dan sebagainya. Masing-masing divisi manager membawahi beberapa department manager. Hypermart Sun Plaza mempunyai tiga divisi, yaitu: 1. Divisi Groceries

Membawahi department groceries food/drink dan department health beauty care.


(63)

2. Divisi General Merchandise (GMS)

Membawahi Department Electronic, Department Bazaar Do it Yourself (DIY), Department Bazaar Toys/ Stationary, Department Bazaar Household, Department Softline Man/Ladies, dan Department Softline Baby/Child.

3. Divisi Fresh

Membawahi department Produce, department dairy frozen, department fish meat, department ready to eat (RTE), dan department bakery.

e) Department manager

Bertanggung jawab atas departmennya masing-masing dan membawahi beberapa team leader dan staff. Hypermart Sun Plaza mempunyai 18 departmen, 13 diantaranya dibawahi pula oleh beberapa divisi, namun ada 5 departmen yang langsung dibawahi oleh store manager, yaitu:

1. Department Supporting 2. Department Personalia 3. Department Front-End 4. Department Back-End

5. Department Loss Prevention (LP) f) Team Leader

Merupakan pemimpin dari beberapa staff pada suatu departemen. g) Staff


(64)

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Ginting dan Situmorang, 2008:172). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono, 2005:109).

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel peryataan dinyatakan valid 2) Jika rhitung negatif atau rhitung > rtabel pernyataan tidak valid 3) rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation. Berdasarkan survey, kuisioner berisikan 21 butir pernyataan yang menyangkut variabel bebas, yaitu motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) serta variabel terikat yaitu keputusan pembelian.


(65)

Tabel 4.1

Sumber: Hasil pengolahan data primer (Kuesioner, SPSS versi 16.0, 2013)

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa semua variabel sudah valid, dimana rhitung > rtabel. 21 variabel pernyataan yang diberikan kepada 30 orang responden diluar sampel yang dilakukan di Fakultas Ekonomi USU, maka dalam kuesioner penelitian, diperoleh item-total statistic yang menerangkan beberapa hal berikut ini:

1) Scale mean if item deleted menunjukkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika variabel 1 dihapus maka rata-rata totalnya bernilai 82,0000, dan seterusnya.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00001 82.0000 63.793 .651 .893 VAR00002 82.2667 58.754 .604 .882 VAR00003 82.2000 61.131 .488 .885 VAR00004 82.3000 60.700 .466 .886 VAR00005 82.4000 59.490 .433 .887 VAR00006 82.4333 58.806 .586 .882 VAR00007 82.2333 59.357 .646 .881 VAR00008 82.2333 60.116 .502 .885 VAR00009 82.7667 59.978 .471 .885 VAR00010 82.4333 64.047 .577 .897 VAR00011 82.1667 60.489 .554 .884 VAR00012 82.3333 57.816 .551 .883 VAR00013 82.0333 58.102 .667 .880 VAR00014 82.3000 59.045 .649 .881 VAR00015 82.3000 59.045 .589 .882 VAR00016 82.5333 59.430 .408 .888 VAR00017 82.3667 58.447 .584 .882 VAR00018 82.5000 58.397 .577 .882 VAR00019 82.6667 58.713 .450 .887 VAR00020 82.4000 61.145 .549 .884 VAR00021 83.1333 57.706 .620 .881


(66)

2) Scale variance if item deleted menunjukkan besarnya variance total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika variabel 1 dihapus maka nilai variance adalah 63,793, dan seterusnya.

3) Corrected item total correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Nilai pada kolom corrected item total correlation merupakan nilai rhitung yang dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap variabel pernyataan. Adapun taraf signifikansinya adalah 5% dan N (jumlah sampel) = 30, sehingga r (0,05;30), diperoleh rtabel adalah 0,361.

Tabel 4.2

Validitas tiap Pernyataan

Pernyataan Corerected Item-Total Correlation (rhitung)

rtabel Validitas

Butir 1 .651 0,361 Valid

Butir 2 .604 0,361 Valid

Butir 3 .488 0,361 Valid

Butir 4 .466 0,361 Valid

Butir 5 .433 0,361 Valid

Butir 6 .586 0,361 Valid

Butir 7 .646 0,361 Valid

Butir 8 .502 0,361 Valid

Butir 9 .471 0,361 Valid

Butir 10 .577 0,361 Valid

Butir 11 .554 0,361 Valid

Butir 12 .551 0,361 Valid

Butir 13 .667 0,361 Valid

Butir 14 .649 0,361 Valid

Butir 15 .589 0,361 Valid

Butir 16 .408 0,361 Valid

Butir 17 .584 0,361 Valid

Butir 18 .577 0,361 Valid

Butir 19 .450 0,361 Valid

Butir 20 .549 0,361 Valid

Butir 21 .620 0,361 Valid


(67)

Kolom Corrected Item-Total Correlation menunjukkan korelasi antara skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrument. Tabel R untuk sample 30 adalah sebesar 0,361.

Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa dari 21 butir pernyataan yang dibuat dalam kuisioner ternyata tidak ada pernyataan yang tidak valid Karena rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ke 21 pernyataan tersebut valid.

4.2.2Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas menggunakan software SPSS 16.0 for windows, dengan ketentuan apabila ralpha positif > rtabel, maka pernyataan adalah reliabel atau handal.

Menurut Ghozali (2005) dan Kuncoro (2003) (Situmorang et al, 2008:80) suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s alpha > 0,60 atau nilai Cronbach’s Alpha > 0,80.


(1)

88

4

4

4

3

3

3

3

24

3

3

3

5

3

3

3

23

3

4

4

3

3

3

3

23

89

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

3

3

1

3

22

90

5

4

3

4

4

4

4

28

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

3

3

3

1

3

21

91

4

4

5

2

2

2

5

24

3

3

3

4

4

4

3

24

3

4

3

3

3

1

3

20

92

4

4

4

3

3

3

3

24

2

4

4

4

4

4

2

24

2

4

4

3

3

2

3

21

93

5

4

4

4

4

4

4

29

4

4

4

4

4

4

4

28

4

5

4

4

3

2

2

24

94

4

4

5

4

4

4

4

29

4

4

4

4

3

3

4

26

4

3

4

4

3

3

1

22

95

4

5

5

4

4

4

4

30

4

4

4

4

4

2

4

28

4

3

4

4

3

3

3

24

96

4

5

4

4

4

4

4

29

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

4

3

3

2

24

97

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

4

3

3

4

26

4

4

4

4

3

3

3

25

98

4

4

5

4

4

4

4

29

4

4

4

4

3

3

4

26

4

4

4

4

3

3

3

25

99

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

4

3

3

3

25

100

4

4

4

4

4

4

4

28

4

4

4

4

3

3

4

26

4

3

4

4

3

2

3

23


(2)

LAMPIRAN 5

UJI ASUMSI KLASIK

Uji Normalitas


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.59668230

Most Extreme Differences Absolute .085

Positive .040

Negative -.085

Kolmogorov-Smirnov Z .854

Asymp. Sig. (2-tailed) .459


(4)

(5)

LAMPIRAN 6

Uji Regresi

REGRESI LINIER BERGANDA

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Atribut toko, Motif berbelanjaa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .539a .290 .266 1.62332

a. Predictors: (Constant), atribut toko, motif berbelanja b. Dependent Variable: keputusan pembelian

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 113.217 2 56.608 8.226 .001a

Residual 667.533 97 6.882

Total 780.750 99

a. Predictors: (Constant), atribut toko, motif berbelanja b. Dependent Variable: keputusan pembelian


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 17.702 2.930 6.042 .632

Motif berbelanja .071 .119 .064 4.594 .000

Atribut toko .270 .085 .344 3.170 .043


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Atribut Produk, Harga, dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian i-Phone pada Konsumen di Apple Store Sun Plaza Medan

6 128 135

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

1 48 112

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Carrefour Plaza Medan Fair Medan

3 36 105

Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko Terhadap Niat Pembelian Ulang Pada Konsumen Hypermart Sun Plaza Medan

20 243 86

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang 2.1.1 Motif Berbelanja (shopping motives) - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan

0 0 23

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

0 0 14

I. Data Responden - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

0 3 9