Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MOTIF BERBELANJA (SHOPPING MOTIVES) DAN ALAT PERLENGKAPAN (ATRIBUTE TOOLS) TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI USU DI CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

OLEH

RENI DAMAYANTI 090502013

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Reni Damayanti

NIM : 090502013

Program Studi : S-1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”

Tanggal……….2013

Penulis

Reni Damayanti NIM : 090502013


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Reni Damayanti

NIM : 090502013

Program Studi : S-1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”

Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai

Dra. Marhayanie, M.Si Prof. Dr. Rismayani, M.Si NIP. 19580427 198503 1 002 NIP. 19520512 198303 2 002

Ketua Program Studi S1 Manajemen

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Reni Damayanti

NIM : 090502066

Program Studi : S-1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”

Tanggal………. Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001

Tanggal……… Ketua Departemen Manajemen

Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME NIP. 19671019 199303 2 002


(5)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2013

Reni Damayanti NIM : 090502013


(6)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIF BERBELANJA (SHOPPING MOTIVES) DAN ALAT PERLENGKAPAN (ATRIBUTE TOOLS) TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI USU DI CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang melakukan keputusan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampel yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS 17.00 for windows, yaitu model uji t, uji F dan identifikasi determinan (R2).

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel motif berbelanja (shopping motives) merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Nilai Adjusted R Square = 0,234, berarti 23,4% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas motif berbelanja (shoppingmotives) dan alat perlengkapan (attribute tools) sedangkan sisanya 76,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) dan keputusan pembelian.


(7)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE SHOPPING MOTIVES AND ATTRIBURE TOOLS DECISIONS TO PURCHASE USU STUDENTS FACULTY OF

ECONOMICS AT CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

This study aims to determine the influence of shopping motives and attribute tools on purchasing decisions USU Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. The population in this study is the Faculty of Economics USU Students who purchase decisions at Carrefour Plaza Medan Fair. Sampling technique using accidental sampling method is a technique of sampling by chance. The analytical method used is descriptive method of analysis and multiple regression analysis. This research is quantitative descriptive research, and data used are primary data and secondary data obtained through the study of documentation, interviews and questionnaires using a Likert scale measurement and statistically processed using SPSS for windows 17.00, which models the t test, F test and identification of determinant (R2).

The results of this study indicate that simultaneous shopping motives, The results of this study indicate that simultaneous shopping motives and attribute tools have a significant influence on purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Partially shopping motives can be seen that the variable is the most dominant variable influencing purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Value Adjusted R Square = 0.234, mean 23,4% purchase decision factors can be explained by the independent variable (shopping motives and attribute tools) while the remaining 76,6% is explained by other factors not examined in this study.

Keywords: shopping motives, attribute tools and purchasing decisions.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (attribute tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Selama studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak khususnya pihak keluarga. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Selo dan Ibunda Alm. Sumarliah atas semua kasih sayang, do’a, dan dukungan yang selalu Ayahanda dan Ibunda berikan selama ini pada penulis. Sampai kapan pun cinta dan kasih sayang Ayahanda dan Ibunda tidak akan pernah dapat penulis lupakan. Kemudian pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec,. Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen. 3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku sekretaris Departemen Manajemen dan


(9)

waktu, tenaga, saran dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MSi., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah menyediakan waktu dan tenaga dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas jasa yang telah diberikan.

7. Kepada adikku Lisa Aprilia dan keluarga besar penulis, terima kasih banyak atas do’a dan dukungan yang kalian berikan.

8. Para sahabat-sahabat terkasih yanti, imah, dila, astri, indri, windi, andre, jubah, iman, eky, saidina, adena dan kepada teman-teman manajemen lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas seluruh bantuan, dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh kelalaian dan keterbatasan waktu, tenaga juga kemampuan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Reni Damayanti NIM. 090502013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN……… ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori Tentang ... 8

2.1.1 Motif Berbelanja (shopping motives) ... 8

2.1.2 Alat Perlengkapan (attribute tools) ... 11

2.1.3 Perilaku konsumen ... 15

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 16

2.1.5 Usaha Eceran ... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ... 27

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.5 Skala Pengukuran ... 33

3.6 Populasi dan Sampel ... 34

3.6.1 Populasi ... 34

3.6.2 Sampel ... 34

3.7 Jenis Data dan Sumber ... 36

3.6.1 Data Primer ... 36

3.6.2 Data Skunder ... 36

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.8.1 Kuesioner (daftar pernyataan) ... 36


(11)

3.8.3 Studi Dokumentasi ... 37

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ... 37

3.9.1 Uji Validitas ... 37

3.9.2 Uji Reabilitas ... 39

3.10 Teknik Analisis Data ... 39

3.10.1 Analisis Deskriptif Statistik ... 39

3.10.2. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.10.3 Analisis Regresi Berganda ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

4.1.1 Perusahaan Carrefour International ... 44

4.1.1 Perusahaan Carrefour Indonesia ... 47

4.1.3 Visi Perusahaan Carrefpur Indonesia ... 49

4.1.4 Perusahaan Carrefour Plaza Medan Fair ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 53

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 53

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 63

4.3.1 Uji Normalitas ... 63

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.3.3 Uji Multikolinearitas ... 68

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 69

4.4.1 Koefisien Determinasi (R²) ... 70

4.4.2 Uji Simultan (Uji-F) ... 72

4.4.3 Uji Parsial (Uji-t) ... 74

4.5 Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Omset Peritel Hypermarket ... 5

2.1 Daftar Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 27

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 32

3.2 Skala Likert... 34

3.3 Uji Validitas ... 38

3.4 Uji Reliabilitas ... 39

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 55

4.4 Pembagian Responden Berdasarkan Stambuk ... 55

4.5 Pembagian Responden Berdasarkan Kuantitas Kunjungan ... 56

4.6 Penjelasan Responden Atas Variabel Motif Berbelanja (Shopping Motives) (X1) ... 58

4.7 Penjelasan Responden Atas Variabel Alat Perlengkapan (Attribute Tools) (X2) ... 60

4.8 Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 61

4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 65

4.10 Uji Glejser... 67

4.11 Uji Nilai Tolerance dan VIF ... 68

4.12 Analisis Regresi Berganda... 69

4.13 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 70

4.14 Model Summary ... 71

4.15 Uji F ... 73


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Manfaat yang Diharapkan ... 10

2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 17

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.4 Hipotesis ... 29

4.1 Histogram Uji Normalitas ... 64

4.2 Plot Uji Normalitas ... 64


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 83 2 Tabulasi Data Penelitian ... 87 3 Hasil Analisis Data ... 91


(15)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIF BERBELANJA (SHOPPING MOTIVES) DAN ALAT PERLENGKAPAN (ATRIBUTE TOOLS) TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI USU DI CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang melakukan keputusan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampel yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS 17.00 for windows, yaitu model uji t, uji F dan identifikasi determinan (R2).

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel motif berbelanja (shopping motives) merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Nilai Adjusted R Square = 0,234, berarti 23,4% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas motif berbelanja (shoppingmotives) dan alat perlengkapan (attribute tools) sedangkan sisanya 76,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) dan keputusan pembelian.


(16)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE SHOPPING MOTIVES AND ATTRIBURE TOOLS DECISIONS TO PURCHASE USU STUDENTS FACULTY OF

ECONOMICS AT CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

This study aims to determine the influence of shopping motives and attribute tools on purchasing decisions USU Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. The population in this study is the Faculty of Economics USU Students who purchase decisions at Carrefour Plaza Medan Fair. Sampling technique using accidental sampling method is a technique of sampling by chance. The analytical method used is descriptive method of analysis and multiple regression analysis. This research is quantitative descriptive research, and data used are primary data and secondary data obtained through the study of documentation, interviews and questionnaires using a Likert scale measurement and statistically processed using SPSS for windows 17.00, which models the t test, F test and identification of determinant (R2).

The results of this study indicate that simultaneous shopping motives, The results of this study indicate that simultaneous shopping motives and attribute tools have a significant influence on purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Partially shopping motives can be seen that the variable is the most dominant variable influencing purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Value Adjusted R Square = 0.234, mean 23,4% purchase decision factors can be explained by the independent variable (shopping motives and attribute tools) while the remaining 76,6% is explained by other factors not examined in this study.

Keywords: shopping motives, attribute tools and purchasing decisions.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan timbulnya berbagai macam usaha bisnis yang bermunculan, salah satu usaha bisnis yang semakin berkembang pesat saat ini adalah usaha bisnis ritel dengan berbagai macam tipe bisnis. Salah satunya adalah usaha bisnis ritel modern, hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya hypermarket, supermarket dan minimarket yang berdiri di berbagai kota yang ada di Indonesia yang dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena munculnya berbagai bisnis ritel modern juga berlaku di kota Medan Sumatra Utara, kota medan berupaya untuk semakin menguatkan citranya bukan hanya sebagai tujuan pariwisata saja, tetapi juga sebagai tujuan wisata belanja. Hal tersebut menyebabkan munculnya persaingan antar pengembang pusat perbelanjaan modern yang saling berlomba untuk merebut hati dan loyalitas pengunjung.

Warga kota Medan adalah salah satu warga yang memiliki perilaku konsumtif, dimana belanja menjadi alat pemuas keinginan mereka akan barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa akan suatu keharusan untuk membeli barang-barang tersebut. Oleh karena itu, pemasar harus dapat memahami kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menciptakan dan mengembangkan strategi pemasarannya untuk memenangkan persaingan di pasar. Setiap strategi pemasaran yang ditetapkan oleh pemasar akan berpengaruh pada perilaku


(18)

konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung telibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Setiadi, 2003:3).

Perilaku konsumen dapat dipahami melalui rangsangan pemasaran dan lingkungan yang masuk kesadaran pembeli serta karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya yang kemudian menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Dalam proses pengambilan keputusan barang dan jasa mana yang akan dikonsumsi oleh konsumen, perilaku konsumen merupakan hal penting yang sangat menentukan, apalagi untuk perusahaan dan para pemasar mengetahui proses yang dilalui konsumen sebelum mengambil keputusan untuk membeli adalah salah satu kunci sukses barang yang akan dipasarkan. Ini bisa diartikan bagaimana para pemasar berusaha untuk memasuki setiap fase dalam pengambilan keputusan membeli konsumen sehingga konsumen tertarik terhadap produk yang ditawarkan perusahaan.

Bisnis ritel modern dalam toko serba ada (toserba) seperti Hypermarket, supermarket, dan mini market telah menjadi pilihan utama sebagai tempat berbelanja bagi konsumen di Indonesia. Konsumen lebih memilih toserba karena adanya beberapa pertimbangan dan faktor seperti keragaman barang yang tersedia, harga rendah, kemudahan dengan konsep berbelanja disatu tempat (one stop shopping), hingga kenyamanan, pertimbangan-pertimbangan inilah yang menjadi alasan berkembangnya ritel saat ini. Keputusan pembelian adalah suatu proses yang dilakukan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:159) pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh


(19)

karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi mereka harus memperhitungkannya. Keputusan pembelian mempunyai dasar pertimbangan yang masuk akal yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya motif berbelanja (Shopping motives) dan atribute tools.

Motif berbelanja (Shopping Motives) merupakan salah satu faktor yang mendorong konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Motivasi berbelanja didasari oleh kebutuhan serta sasaran yang telah terbentuk dengan sendirinya oleh konsumen. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan dasar yang mencakup kebutuhan primer dan kebutuhan yang diperoleh setelah melewati proses tahap pembelajaran seperti kebutuhan sekunder. Sedangkan sasaran yang diinginkan tergantung dari sasaran yang dipilih, karena setiap individu memiliki kebutuhan tertentu serta sasaran yang berbeda. Motif konsumen tentu sangat berperan penting dalam menentukan langkah dan tindakan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Jika konsumen memiliki keinginan kuat serta desakan kebutuhan akan produk tertentu, bisa menjadi dorongan untuk melakukan keputusan pembelian.

Keputusan konsumen dalam membeli produk sering kali dilakukan di toko atau supermarket, karena informasi yang diperoleh di toko atau komunikasi yang dilakukan saat berbelanja sangat mempengaruhi keputusan pembelian, berbagai perusahaan sering membuat atribut- atribut yang menarik (Sumarwan,2002:276).

Atribute tools merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah supermarket, hal ini didorong karena adanya komponen-komponen yang tersedia dalam


(20)

supermarket seperti atmosfir toko, display produk, fasilitas, serta peralatan-peralatan yang terdiri dari rak, keranjang belanja dan trolly. Keragaman barang yang tersedia pada toko menjadi hal utama dalam toserba lingkungan didalam toko seperti lay out, music, cahaya, maupun keleluasaan dalam berbelanja merupakan rangsangan yang berpengaruh pada lokasi perbelanjaan. Oleh karena keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang ada disekitarnya, pemilik toserba harus dapat menciptakan rangsangan yang menjadikan konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.

Carrefour adalah retailer kedua terbesar (omset) di dunia dengan konsep hypermarket. Saat ini Carreour sudah beroperasi di 83 gerai dan tersebar di 28 kota/kabupaten di Indonesia, perkembangan Carrefour yang pesat mempunyai pengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Menyediakan lapangan pekerjaan, menumbuhkan usaha-usaha kecil menegah yang merupakan pemasok bagi Carrefour dan menambah income untuk negara serta meramaikan roda perekonomian Indonesia. Fokus konsumen, Carrefour terjemahkan 3 pilar utama yang diyakini akan membuat Carrefour menjadi pilihan tempat belanja bagi para konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah harga bersaing, pilihan yang lengkap, serta pelayanan yang memuaskan.

Carrefour merupakan salah satu toserba (hypermarket) yang banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Medan. Menurut pra survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap sepuluh orang konsumen, adapun faktor-faktor yang mampu mempengaruhi motif berbelanja konsumen dalam melakukan keputusan pembelian pada Carrefour Plaza Medan Fair antara lain


(21)

letaknya yang strategis memungkinkan masyarakat datang ke Carrefour untuk berbelanja. Toserba ini menyediakan kebutuhan konsumen dengan lengkap mulai dari barang-barang kebutuhan sehari-hari sampai barang elektronika. Dengan tempat yang luas, bersih dan nyaman serta sering melakukan diskon pembelian pada barang-barang tertentu membuat Carrefour menjadi pilihan masyarakat Medan dalam berbelanja.

Carrefour juga mengeluarkan kartu kredit yang membuat masyarakat mudah dalam membeli barang-barang. Selain itu Carrefour terletak di dalam Plaza Medan Fair yang membuat masyarakat dapat berjalan-jalan sebelum atau sesudah berbelanja. Sedangkan dilihat dari bagaimana produk-produk dipajang (display product), tata letak (layout), fasilitas, layanan pramuniaga dan lingkungan di dalam toko seperti musik, cahaya, warna maupun keleluasaan berbelanja merupakan bagian dari atribut tools yang dirancang dengan baik pada Carrefour Plaza Medan Fair yang akhirnya sangat mempengaruhi bagaimana seorang konsumen melakukan keputusan pembelian.

Tabel 1.1

Omset Peritel Hypermarket (Rp Triliun) Tahun 2010-2012 Nomor Hypermarket Omset (Rp Milyar) Market Share(%)

1 Carrefour 11.250 48,70%

2 Hypermart 5.100 22,08%

3 Giant 4.100 17,75%

4 Makro 2.200 9,52%

5 Indogrosir 450 1,95%

Total 23.100 100%

Sumber: www.balai-uji.co.id, data diolah

Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa Carrefour menduduki peringkat pertama untuk omset peritel hypermarket di Indonesia. Ini merupakan bukti


(22)

bahwa Carrefour merupakan pilihan masyarakat Indonesia sebagai tempat berbelanja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh variabel motif berbelanja (Shopping Motives) dan alat perlengkapan (Attribute Tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mengetahui dan menganalisis pengaruh motif berbelanja (shopping motives)

dan alat perlengkapan (atribute tools) terhadap keputusan pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Carrefour, hasil penelitian ini berguna sebagai informasi yang dapat

dijadikan referensi didalam strategi untuk mempengaruhi keputusan pembeliandan juga meningkatkan daya saing perusahaan.

b. Bagi Departemen Manajemen, Untuk memberikan masukan serta menyampaikan saran yang mungkin bermanfaat bagi Fakultas Ekomoni USU khususnya pada Departemen Manajemen, teutama dalam hal untuk membantu mahasiswa melayani segala kebutuhan yang menyangkut di dalam akademik.


(23)

c. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan disamping memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pemasaran berdasarkan teori yang didapat selama masa perkuliahan.

d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan bagi penulis lain yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan motif berbelanja (shopping motives), atribute tools, dan keputusan pembelian dimasa yang akan datang.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang

2.1.1 Motif Berbelanja (shopping motives)

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakan, Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang menggerakan. Proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli sesuatu produk itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang memotivasi untuk membeli namanya motif. Motivasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Selain itu motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang (konsumen) untuk berperilaku tertentu, dan upayanya untuk mencapai kepuasan, baik secara rasional maupun emosional.

Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Motivasi dapat pula diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Berdasarkan defenisi tersebut maka terdapat unsur-unsur kunci, yaitu upaya, tujuan dan kebutuhan. Motif berbelanja (shopping motives) terdiri dari dua yaitu utilitarian shopping motives dan hedonic shopping motives. Utilitarian shopping motives dan hedonic shopping motives

umumnya berfungsi secara serentak di dalam keputusan pembelian (Setiadi,2003:94-95).


(25)

1. Utilitarian Shopping Motives

Utilitarian shopping motives yaitu motif yang mendorong konsumen membeli produk karena manfaat fungsional dan karakteristik objektif dari produk tersebut dan disebut juga motif rasional (Setiadi,2003:96). Untuk menarik konsumen yang motif berbelanjanya adalah Utilitarian shopping motives perusahaan dapat menyediakan ragam kebutuhan sehari – hari berdasarkan manfaat produk tersebut secara lebih variatif, baik dari segi harga maupun pilihan ataupun kelengkapan produknya. 2. Hedonic Shopping Motives

Hedonic shopping motives yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan ini seringkali muncul untuk memenuhi tuntutan sosial dan estetika dan disebut juga motif emosional (Setiadi,2003:96). Untuk mendapatkan konsumen yang motif berbelanjanya Hedonic shopping motives, perusahaan lebih memfokuskan lagi pada produk-produk apa yang biasanya motif pembeliannya berdasarkan motif ini. Suasana toko yang bersih, nyaman, pelayanan yang baik, serta pengadakan diskon penjualan merupakan hal yang termasuk dalam motif ini.

Ekspresi motif dalam pembelian dan pemakaian produk, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :


(26)

Sumber: Setiadi (2003: 97)

Gambar 2.1 Manfaat yang Diharapkan

Adapun tujuan motivasi konsumen adalah meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas, menciptakan hubungan yang harmonis antara produsen dengan konsumen. Sedangkan asas-asas motivasi antara lain :

1. Asas Mengikutsertakan

Asas ini berusaha untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

2. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. 3. Asas Pengakuan

Asas pengakuan memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada konsumen atas prestasi yang dicapainya.

Hedonik/ Pengalaman (subjek/emosional)

Utilitarian (sifat produk yang

objektif)

Kebutuha n

Evaluasi alternative, Pembelian, pemakaian


(27)

4. Asas wewenang yang didelegasikan

Maksudnya memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mengambil keputusan dan beraktivitas sebebas-bebasnya tapi masih ada aturan yang membatasi.

5. Asas perhatian timbal balik

Adalah memotivasi para konsumen dengan mengemukakan keinginan dan harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang diharapkan konsumen dan produsen. Jadi kesimpulannya bahwa asas motivasi yang diterapkan harus dapat meningkatkan produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen (Setiadi, 2003:101).

2.1.2 Alat Perlengkapan (Atribute Tools)

Menurut Bloemer dan Schroeder (2002:12) Alat Perlengkapan (Atribute Tools) adalah stimuli (dorongan) yang meliputi rasa kenyamanan, rancangan fisik serta sosial yang dipandang sebagai bagian keseluruhan citra supermarket. Atribute tools juga merupakan perlengkapan atau peralatan yang ada dalam toserba (supermarket). Perlengkapan tersebut terdiri dari: display produk, atmosfer toko serta tata letak (layout) sementara peralatan yang ada dalam supermarket seperti rak untuk penempatan produk-produk, keranjang belanja serta trolly.

a. Display Produk

Menurut Utami (2006:236) terdapat beberapa metode bagi ritel untuk menyajikan barang secara efektif bagi pelanggan. Untuk memutuskan apa


(28)

yang terbaik untuk situasi khusus, para perencana toko harus memerhatikan empat masalah:

− Pertama, dan mungkin yang paling penting, barang harus dipamerkan dengan cara sedemikian rupa sesuai dengan kesan toko.

− Kedua, para perencana toko harus memerhatikan sifat produk.

− Ketiga, kemasan sering kali menentukan bagaimana produk dipamerkan. − Keempat, kemungkinan keuntungan produk mempengaruhi keputusan

untuk memamerkan barang.

Penyajian merchandise (merchandise presentation) berkenaan dengan teknik penyajian barang-barang dalam gerai untuk menciptakan situasi dan suasana tertentu. Teknik dan metode penyajian merchandise berkenaan dengan keragaman produk, koordinasi kategori produk, display, contoh: pencahayaan, tata warna, dan window display (Ma’ruf,2005:213). Untuk menciptakan display produk yang berhasil diperlukan beberapa persyaratan, antara lain:

a. Pajangkan bagian depan pembungkus, bukan sisinya atau ujungnya. b. Pajangan yang baik harus terletak pada arus lalu lintas (traffic flow)

agar mudah terlihat oleh konsumen

c. Pajangan sebaiknya berada pada ketinggian pandangan mata (eye level) dan bukan dibawah dekat lantai atau diatas dekat atap atau plafon.

d. Pajangan sebaiknya ditempatkan yang terbuka dan tidak tertutup oleh tiang atau barang/benda lain.


(29)

e. Pemajangan dengan cahaya yang baik/cukup akan memberikan dampak positif.

b. Atmosfer Toko

Suasana atau atmosfer dalam gerai berperan penting memikat pembeli, membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun utnuk keperluan rumah tangga. Suasana yang dimaksud adalah dalam arti atmosfer dan ambience yang tercipta dari gabungan unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi visual, dan merchandising. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur biasa saja. Sementara, gerai-gerai yang diatur biasa saja tapi bersih lebih menarik dari pada gerai yang tidak diatur sama sekali dan tampak kotor (Ma’ruf,2005:201).

Atmosfer toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko, seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemacangan, warna, temperatur, music, serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptkan citra dalam benak konsumen. Melalui atmosfer toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengkomunikasikan infromasi yang terkait dengan layanan, harga maupun, ketersediaan barang dagangan yang bersifat


(30)

c. Tata Letak (Layout)

Menurut Royan (2003:66), tata letak mempengaruhi berapa lama konsumen tinggal di toko, berapa banyak produk yang dilihat lewat kontak mata visual dan rute yang mesti dijalani konsumen. Faktor-faktor itu mempengaruhi produk apa saja dan berapa banyak yang di beli. Satu prinsip mendasar dalam layout toko ialah pengelompokan kelas-kelas produk pelengkap. Ada dua tipe dasar layout yaitu grid layout (layout lalu lintas) dan free flow layout (layout alur-bebas).

a. Grid Layout

Grid Layout, tata letak toko dibuat secara berlajur-lajur. Lajurnya terdiri atas lorong-lorong, di mana setiap lorong diletakkan barang khusus. Cara ini sudah umum digunakan di supermarket dan toko-toko makanan lainnya. Dengan konsep tata letak grid ini, diharapkan barang yang bisa dipajang cukup banyak, tetapi cukup memberikan keleluasaan bagi pelanggan untuk “hilir mudik”. Yang harus dipertimbangkan dalam metode ini adalah barang-barang mana yang harus kita tampilkan di lorong utama. Tentu saja, kurang bijak bila barang yang kita letakkan di lorong utama adalah barang-barang yang laku dan paling jarang dicari orang.

b. Free-flow Layout

Pada sistem ini, barang-barang dagangan diletakkan secara mengelompok dengan pola yang memudahkan pelanggan untuk hilir mudik. Meskipin tidak terlalu teratur, pelanggan bebas untuk melihat


(31)

kelompok-kelompok barang. Diharapkan, dengan tata letak seperti ini, para pelanggan akan melakukan pembelian spontan (impulsive buying). Dibandingkan dengan sistem grid, metode free flow ini menuntut biaya yang lebih tinggi, karena konsekuensinya adalah penyediaan ruangan yang lebih luas.

2.1.3 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Setiadi, 2003:3). Sementara Schiffman dan Kanuk (dalam Sumarwan, 2004:25) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses petukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman, serta ide-ide (Mowen dan Minor, 2002:6). Perilaku pembelian konsumen (consumer buyer behavior) menurut Kotler dan Amstrong (2008:158) mengacu pada pembelian konsumen akhir, perorangan, dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadiSemua konsumen akhir ini bergabung membentuk pasar konsumen (consumer market). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah faktor sosial, budaya, pribadi dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dikatakan mempunyai pengaruh yang paling luas dan dalam.


(32)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan atau keputusan konsumen sebagai individu atau kelompok untuk menentukan pilihannya atas penggunaan atau pembelian. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam memilih, membeli dan memakai barang dan jasa-jasa, semata-mata untuk memuaskan kebutuhannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah faktor sosial, budaya, pribadi dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dikatakan mempunyai pengaruh yang paling luas dan dalam.

Dari definisi diatas, kita mengetahui bahwa ada dua komponen kunci yang harus dilakukan perusahaan untuk memahami perilaku konsumen :

a. Perusahaan harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

b. Perusahaan mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak yang saling mentransfer sesuatu yang bernilai bagi orang lain.

2.1.4 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Menurut Setiadi (2003:416), keputusan pembelian merupakan perilaku konsumen dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya. Menurut Kotler dan Keller (2009:188) dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima subkeputusan: merek (merek A), penyalur (penyalur 2),


(33)

kuantitas (satu komputer), waktu (akhir minggu), dan metode pembayaran (kartu kredit).

a. Proses Pengambilan keputusan pembelian

Proses pembelian secara spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar adalah memahami pe rilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja pada tahap-tahap itu. (Setiadi, 2003: 16).

Secara umum proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Sumber: Setiadi (2003: 16)

Gambar 2.2

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa konsumen melewati kelima tahap tersebut pada setiap melakukan pembelian. Adapun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Seorang wanita yang membeli pasta gigi dari merek yang sudah biasa dipergunakanya akan mengenali kebutuhannya sehingga dia langsung pada keputusan pembelian. Model tersebut menunjukkan bahwa semua pertimbangan akan muncul ketika konsumen menghadapi situasi pembelian yang kompleks dan baru.

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Perilaku pasca pembelian Keputusan

membeli Evaluasi

alternatif Pencarian

informasi Mengenali


(34)

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh ransangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang atau ransangan eksternal seseorang.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya untuk melakukan pembelian akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:

a. Sumber Pribadi: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.

b. Sumber Komersil: iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran. c. Sumber Umum: media massa, organisasi konsumen.

d. Sumber Pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk. 3. Evaluasi Alternatif

Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.


(35)

4. Keputusan Membeli

Ada 2 faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut.

Faktor yang kedua adalah situasi yang tidak bisa diantisipasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi dan mengubah maksud pembelian tersebut. 5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian terhadap suatu produk dilakukan, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sebuah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik perhatian pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk dengan manfaat yang dirasakan dari produk tersebut. Jika manfaat produk tersebut dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan. Tetapi jika memenuhi harapan, maka


(36)

pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan maka pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.

b. Jenis-jenis perilaku keputusan pembelian

Tingkah laku membeli berbeda untuk setiap produk, semakin kompleks kebutuhan yang harus dibeli biasanya semakin banyak peserta pembelian dan semakin banyak pertimbangan untuk membeli. Jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek (Kotler dan Amstrong, 2008:177) yaitu:

1. Perilaku pembelian kompleks

Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks (complex buying behavior) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, berisiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri.

2. Perilaku pembelian pengurangan disonasi

Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing buying behavior) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. Contoh, konsumen yang membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena karpet adalah barang yang mahal dan memperlihatkan ekspresi diri. Tetapi pembeli mungkin menganggap sebagian besar merek karpet dalam kisaran harga tertentu adalah sama. Dalam kasus


(37)

ini, karena anggapan perbedaan mereka tidak besar, pembeli mungkin berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia, tetapi membeli dalam waktu relative singkat.

3. Perilaku pembelian kebiasan

Perilaku pembelian (habitual buying behavior) terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Contohnya, garam. Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama, hal ini merupakan lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat terhadap sebuah merek. Konsumen tampaknya memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli.

4. Perilaku pembelian keragaman

Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman (variety seeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus ini, konsumen sering melakukan banyak pertukaran merek.

2.1.5 Usaha Eceran

1. Pengertian usaha eceran

Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan


(38)

bisnis. Ritel juga merupakan perangkat sari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perorangan maupun keluarga (Utami,2006:4). Kegiatan yang dilakukan dalam usaha eceran adalah menjual berbagai produk, jasa dan keduanya kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat dan waktu yang diinginkan pelanggan. Karena itu usaha eceran memiliki peranan penting dalam proses pemenuhan konsumen, karena merupakan tahap akhir dari saluran distribusi yang menyampaikan produk langsung kepada konsumen akhir. Jalur distribusi adalah sekumpulan atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai konsumen akhir. Produsen menjual produknya kepada peritel besar (wholesaler). Hal ini akan membentuk suatu jalur distribusi, antara produsen ke konsumen akhir seperti yang ditunjuk Gambar 2.3 berikut:

Sumber: Utami (2006:5)

Gambar 2.3

Jalur distribusi barang dan dagangan pada usaha eceran 2. Jenis-Jenis Pengecer

Usaha eceran memiliki jenis yang berbeda didasarkan pada karakteristiknya. Terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu: Pertama, Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk

Pedagang besar


(39)

memuaskan kebutuhan konsumen. Kedua, pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan. Ketiga, pengelompokan berdasarkan kepemilikan (Utami, 2006:10). Pada umumya jenis pengecer dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu pengecer toko dan pengecer tanpa toko (Utami, 2006:11-13). Masing-masing pengecer diuraikan sebagai berikut:

a. Pengecer Toko (Store Retailing)

Pengecer toko adalah usaha eceran yang menggunakan toko sebagai saran untuk memasarkan produk yang dijual. Pada umumnya usaha eceran menggunakan toko yang disebut toko eceran. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Seiring perkembangan zaman semakin banyak toko eceran yang muncul dengan berbagai bentuk. Secara umum jenis-jenis toko pengecer dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Toko Khusus (Specialty Store)

Toko khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas dengan level layanan yang tinggi. Jenis toko ini dapat lebih khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual.

2) Department Store

Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan staff seperti layanan pelanggan dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada satu arena belanja.


(40)

3) Toko Konviniens (Convenience Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas dengan ukuran relatif kecil dan biasanya didefenisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk yang relatif tinggi. Toko ini ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian cepat.

4) Toko Super (Super Store)

Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang terdiri dari produk-produk makanan dan non makanan yang secara rutin dibeli oleh konsumen. Toko Kombinasi (Combination Store) Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.

5) Toko Kombinasi (Combination Store)

Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.

6) Pasar Hiper (Hypermarket)

Merupakan toko yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 meter persegi lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket

mengkombinasikan berbagai bentuk toko pengecer seperti: supermarket, toko diskon dan ware house. Toko ini menjual lebih banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan rumah tangga, furnitur, pakaian dan lain-lain.


(41)

7) Toko Diskon (Discount Store)

Toko dislon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk dengan menggunakan layanan yang terbatas dan harga murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri. 8) Pengecer Potongan Harga (Off-prices Retailers)

Ritel off-price dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang ebih murah dari grosir. Cenderung menjual barang dagangan yang berubah-ubah sering merupakan sisa, tidak laku dan cacat yang diperoleh dengan harga yang lebih murah dari produsen lainnya.

9) Ruang Pamer Katalog (Catalog showroom)

Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas produk dengan mark-up

yang tinggi merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog memperoleh uang dengan memotong biaya marjin untuk menyediakan harga yang rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi. b. Pengecer Tanpa Toko (Nonstore Retailing)

Selain jenis pengecer yang menggunakan toko sebagai sarana memasarkan produk, dalam pemasaran juga dikenal jenis pengecer yang tidak menggunakan toko. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1) Ritel Elektronik (Electronic Retailing)

Merupakan format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan dan penjualan melalui internet guna mencapai cakupan konsumen yang lebih luas.


(42)

2) Katalog dan Pemasaran Surat Langsung

Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog produk yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap yaitu keseluruhan lini barang dagangan atau dengan memilih barang dagangan yang akan menginformasikan secara terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus dan katalog bisnis. Biasanya berbentuk cetakan,cd, video, atau secara online.

3) Penjualan Langsung

Merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu.

4) Television Home Shopping

Merupakan format ritel melalui televisi. Pelanggan akan melihat program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan kemudian menyampaikan pesanan melalui telepon.

5 ) Vending Machine Retailing

Merupakan format non store yang menyimpan barang dan jasa pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan dimana pelanggan memasukkan uang tunai atau kartu kredit ke dalam mesin.


(43)

2.2Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini berkaitan dengan motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools). Tabel 2.1 menunjukkan beberapa penelitian terdahulu yang dipakai sebagai panduan dalam penelitian ini.

Tabel. 2.1

Daftar Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penulis Judul Tujuan Metode Hasil

Johannes Manurung (2013)

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Atribut Toko (Store Atributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

Mengetahui dan menganalisis pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan atribut toko (store attributes) terhadap keputusan pembelian pada Hypermart Sun Plaza Medan

purposive random sampling

1. Hasil uji koefisien determinasi (R2) diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan motif berbelanja

(shopping motives) (X1) atribut toko (store attributes) (X2)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) Hypermart Sun Plaza Medan.

2. Adjusted R Square = 0,266, berarti 26,6 % faktor-faktor keputusan pembelian dapat

dijelaskan oleh variabel bebas motif berbelanja (shoppingmotives) dan atribut toko (store attributes) sedangkan sisanya 73,4%

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini Cory Noviani Silaban (2012) pengaruh variabel atribut produk dan promosi terhadap keputusan pembelian shampoo Dove pada Mahasiswa FE USU

Mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel atribut produk dan promosi terhadap keputusan pembelian shampoo Dove pada

Accidental Sampling

1.menggunakan metode analisis linear

berganda, analisis deskriptif, uji F, uji t dan uji koefisien determinasi (R2)


(44)

Mahasiswa FE USU didapatkan hasil bahwa variabel bebas yaitu Atribut Produk dan Promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian shampoo Dove. 2.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel atribut poduk (X1) dan promosi (X2)

secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) shampoo Dove pada Mahasiswa FE USU dengan Adjusted R Square sebesar 50,7%.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sitensa tentang hubungan dari beberapa variabel yang diteliti, disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan (Sugiono,2005:49). Menurut Kotler dan Amstrong (2008:179) proses pengambilan keputusan konsumen dimulai sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam waktu yang lama setelah pembelian. Keputusan pembelian adalah keputusan tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan Amstong, 2008:181).

Keputusan pembelian dipengaruhi salah satunya oleh motif konsumen dalam berbelanja, motif berbelanja (Shopping Motives) adalah segala sesuatu yang mendorong seorang konsumen untuk berperilaku tertentu dan upayanya untuk mencapai kepuasan, baik secara rasional maupun emosional (Setiadi 2003:94). Menurut Bloemer dan Schroeder (2002) alat perlengkapan (attribute tools) adalah


(45)

stimuli (dorongan) yang meliputi rasa kenyamanan, rancangan fisik serta sosial yang dipandang sebagai bagian keseluruhan citra supermarket. alat perlengkapan (attribute tools) juga merupakan perlengkapan atau peralatan yang ada dalam toserba (supermarket). Kesan terhadap alat perlengkapan (attribute tools) dapat dibentuk pada saat konsumen memasuki atau baru saja memasuki area fasilitas toko. Sebuah toko yang memiliki atribute tools yang baik akan mendorong konsumen untuk tinggal lebih lama di dalam toko dan terdapat pada toko tersebut hingga akhirnya melakukan keputusan pembelian. Berdasarkan teori pendukung diatas, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual penelitian

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Kedua variabel ini diharapkan dapat mempengaruhi dan menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian pada Supermarket Carrefour.

Motif Berbelanja (Shopping Motives) (X1)

Alat Perlengkapan(Attribute Tools) (X2)


(46)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono,2005:306). Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh variabel motif berbelanja (Shopping Motives) dan alat perlengkapan (Attribute Tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi di Carrefour Plaza Medan Fair.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, fluktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang di selidiki (Nazir, 2011:54). Berdasarkan metode, penelitian ini memakai metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (sugiyono, 2009:14).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan direncanakan di Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara, Jln. Prof. T.M. Hanafiah, Kampus USU – Padang Bulan Medan. Penelitian ini akan direncanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan.


(48)

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada variabel sebagai berikut:

1. Variabel Independent (X) terdiri atas motif berbelanja (shopping motives) (X1)dan alat perlengkapan (attribute tools) (X2).

2. Variabel Dependen (Y) adalah keputusan pembelian 3.4Definisi Operasional Variabel

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel-variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Defenisi variabel-variabel memberikan dan menuntun arah penelitian bagaimana cara mengukur suatu variabel.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi

Operasional

Indikator Skala

Pengukuran Motif

Berbelanja (shopping motives) (X1)

Segala sesuatu yang mendorong seseorang konsumen untuk berperilaku tertentu dan upayanya untuk mencapai kepuasan baik secara rasional maupun emosional 1. Ketersediaan produk kebutuhan sehari-hari

2. Variasi produk 3. Harga produk 4. Pelayanan yang

diberikan pramuniaga 5. Kebersihan

6. Rasa nyaman dalam berbelanja

7. Sering melakukan diskon

Skala Likert

Alat

Perlengkapan

(attribute tools)

(X2)

Perlengkapan atau alat apa saja yang dilihat konsumen dalam berbelanja

1. Tinggi pajangan 2. Pencahayaan

pajangan 3. Susunan barang 4. Ruang toko luas 5. Mudah menemukan

barang yang ada ditoko(produk, keranjang belanja,


(49)

6. torlly)

Alunan musik enak didengar Keputusan

Pembelian (Y)

Saat konsumen membeli suatu produk pada waktu tertentu

1. Memilih Carrefour Plaza Medan Fair sebagai tempat melakukan keputusan pembelian 2. Citra perusahaan

yang baik dimata konsumen

3. Mencari informasi 4. Faktor keunggulan 5. Tindakan memilih 6. Faktor kepuasan 7. Faktor situasional

Skala Likert

3.5Skala Pengukuran

Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi yang dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen dengan menghadapkan responden terhadap pernyataan kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor (Sugiyono, 2005:86). Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat berbentuk seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2.


(50)

Tabel 3.2 Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor 1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono (2005:86)

3.6Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:72) populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang melakukan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair.

3.6.2 Sampel

Menurut Kuncoro (2003: 103) sampel adalah himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang dijadikan sebagai sumber data dalam melakukan penelitian. Karena mahasiswa Fakultas ekonomi USU yang melakukan pembelian di Carrefour tidak diketahui, maka penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Supramono, 2003:62), yaitu :

2 2 ) ( ) ( ) ( d q p Z


(51)

Dimana:

n = Jumlah Sampel

Zα = Nilai standart normal yang basarnya tergantung α Bila α = 0,01 Zα = 1,67

Bila α = 0,05 Zα = 1,96 p = estimasi proporsi populasi q = 1 - p

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (10%)

Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan terhadap konsumen yang melakukan pembelian di Carrefour plaza Medan Fair terdapat 30 orang, 16 orang yang melakukan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair. Hal ini berarti estimasi proporsi populasi (p) dalam penelitian ini adalah sebesar 53% dan q adalah sebesar 47% maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 2 2 ) 1 , 0 ( ) 47 , 0 ).( 53 , 0 .( ) 96 , 1 ( = n

= 95,69 dibulatkan menjadi 96 orang

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Accidental Sampel yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005:77). Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang melakukan


(52)

adalah pengunjung yang pernah dan melakukan pembelian minimal telah 2 kali berbelanja dalam sebulan dan telah berusia 17 tahun.

3.7Jenis Data dan Sumber 3.7.1 Data Primer

Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan internet yang dapat menjadi referensi dalam mendukung penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.8.1 Kuesioner (daftar pernyataan)

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pernyataan kepada responden untuk dijawab.

3.8.2 Wawancara

Yaitu wawancara secara langsung dengan responden dan pihak-pihak yang berhak dan berwenang dari Carrefour Plaza Medan Fair, untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini.


(53)

3.8.3 Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari literatur, buku, akses internet, yang berhubungan dengan penelitian.

3.9Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 responden diluar sampel penelitian, tetapi memiliki karakeristik yang sama dengan responden penelitian. Nilai r tabel dengan ketentuan df = 30 dan tingkat signifikansi 5 % adalah 0,361.


(54)

Tabel 3.3 Uji Validitas Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 72.9667 53.344 .552 .883

VAR00002 73.0667 55.789 .489 .886

VAR00003 73.1333 56.395 .452 .887

VAR00004 73.1000 54.645 .454 .886

VAR00005 73.3667 52.654 .481 .886

VAR00006 73.4000 52.248 .476 .887

VAR00007 73.3333 54.989 .411 .887

VAR00008 73.4000 54.938 .554 .884

VAR00009 73.6000 53.421 .553 .883

VAR00010 73.4333 53.978 .573 .883

VAR00011 73.3667 54.240 .368 .890

VAR00012 73.8000 52.993 .456 .887

VAR00013 73.6333 54.585 .524 .884

VAR00014 73.8667 50.878 .649 .880

VAR00015 73.3333 54.437 .532 .884

VAR00016 73.4333 53.978 .573 .883

VAR00017 73.3667 52.930 .689 .880

VAR00018 73.8333 51.592 .666 .879

VAR00019 73.3667 54.654 .389 .888

VAR00020 73.9000 50.507 .557 .884

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0 ( 2013)

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan valid karena nilai

Corrected Item-Total Correlation di atas 0,361. Dengan demikian, kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.


(55)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali dan Kuncoro (dalam Ginting dan Situmorang, 2008:179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut: 1. Menurut Ghozali jika nilai Cronbach's Alpha > 0.60 maka pertanyaan

reliabel.

2. Menurut Kuncoro jika nilai Cronbach's Alpha > 0.80 maka pertanyaan reliabel.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.890 20

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0 ( 2013)

Pada 20 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha (Cronbach's Alpha) adalah sebesar 0.890, ini berarti 0.890 > 0.60 dan 0.890 > 0.80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

3.10 Teknis Analisis

3.10.1 Analisis Deskripstif Statistik

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan dalam menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat


(56)

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Ginting dan Situmorang, 2008:187).

3.10.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed)

diatas, nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang dan Muslich, 2012:100).

b. Uji Heterokedatisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. (Situmorang dan Muslich, 2012:108).

c. Uji Multikolinearitas

Variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Nilai umum yang


(57)

biasa dipakai adalah nilai Tolerance>1, atau nilai VIF<5, maka tidak terjadi multikolinieritas (Situmorang dan Muslich, 2012:133).

3.10.3 Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas [motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools)] terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Untuk memperoleh hasil analisis data peneliti menggunakan program SPSS 17.0. Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005:211):

Y= a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Keputusan pembelian a = Konstanta

X1= Motif berbelanja (shopping motives)

X2= Alat perlengkapan (atribute tools)

b1,2= Koefisien regresi

e = Standart error 1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti


(58)

variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini

berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

2. Uji simultan ( UJi-F )

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = 0

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X1, X2,) yaitu berupa variabel motif berbelanja (shopping

motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Ha : b1≠ b2≠ 0

Artinya secara bersama–sama terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel motif berbelanja (shopping

motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Kriteria keputusan pembelian :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 %

Ha, ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %


(59)

Uji - t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Ho: b1 = b2 = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu, berupa variabel motif berbelanja (shopping

motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Ha : b1,≠ b2 ≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel motif berbelanja (shopping motives)

dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Kriteria keputusan pembelian :

H0 diterima jika thitung < ttabel, pada α = 5 %


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Perusahaan Carrefour International 1. Sejarah

Perusahaan dagang Carrefour di bentuk pada tahun 1959 oleh keluarga Fournier dan Defforey, disusul dengan pembukaan supermarket Carrefour setahun kemudian di kota Annecy, wilayah sebelah timur Perancis. Penemuan konsep swalayan baru ‘hypermarket’ oleh perusahaan ini pada tahun 1963 direalisasikan dengan pembukaan hypermarket Carrefour di Sainte-Genevieve-des-Bois, suatu kawasan di kota Paris, dengan menempati lahan seluas 2500m2 yang memuat 400 buah areal parkir dan 12 jalur kasa pembayaran. Tahun 1973, Carrefour membuka cabang pertama di luar negeri, yaitu di Spanyol. Dilanjutkan dengan pembukaan cabang di Brazil pada tahun 1975, Argentina pada tahun 1982, Italia pada tahun 1993. Pembukaan cabang Carrefour untuk kawasan Asia pertama kali dilakukan di Taiwan pada tahun 1989, kemudian di Malaysia pada tahun 1994, Cina pada tahun 1995, Singapura pada tahun 1997, Indonesia pada tahun 1998, dan Jepang pada tahun 2000.

Pada penghujung tahun 1999, Carrefour dan Promodes4 (induk perusahaan Continent, merk dagang paserba Perancis) sepakat untuk melakukan penggabungan atas semua usahanya di dunia. Penggabungan ini membentuk suatu grup usaha ritel terbesar kedua di dunia dengan nama Carrefour. Kartu Belanja Carrefour ‘la carte Pass’ diperkenalkan pada tahun 1981, diikuti


(61)

dengan peluncuran program asuransi Carrefour pada tahun 1984, dan peluncuran produk-produk menggunakan merk dari Carrefour sendiri.

2. Produk-Produk Carrefour

Produk-produk yang dijual di Carrefour dilakukan secara swalayan (self service), mencakup beraneka jenis produk untuk memenuhi selera konsumen yang berbeda-beda, mulai produk makanan, barang-barang kebutuhan pribadi, alat-alat telekomunikasi, sarana penunjang hiburan, sampai produk perlengkapan dan peralatan rumah tangga. Produk-produk tersebut terdiri dari berbagai merek antara lain menggunakan merek dagang Carrefour itu sendiri untuk alat-alat optic, maupun merek turunan dari Carrefour, seperti escapades Gourmandes untuk produk makanan, Carrefour Bio untuk produk asli alam bersertifikat (sayursayuran, buah-buahan dan makanan beku), Tex untuk produk tekstil dan pakaian jadi pria, wanita dan anak-anak, Raflets de France untuk produk obat-obatan dan kecantikan. Merek-merek turunan lainnya adalah Destinations saveurs, Topbike dan Greencut. Selain itu, Carrefour juga membuka produk layanan jasa seperti asuransi, perbankan, otomotif, penjualan tiket dan pulsa, alat-alat optic dan pemeriksaan mata, pemesanan karangan bunga.

3. Publikasi

Kegiatan mempromosikan produk serta menjalin komunikasi dengan para pelanggan, Carrefour menggunakan semua jenis media komunikasi tradisional, yaitu menerbitkan catalog, menyiarkan iklan di radio serta menempelkan dan menyebarluaskan poster atau pamphlet. Carrefour juga menerbitkan jurnal yang ditujukan untuk kalangan budayawan dengan nama Carrefour savoirs, untuk


(62)

kalangan umum dengan nama le journal de Carrefour, serta majalah anak-anak berlabel junior.

4. Susunan Kepengurusan

Komite eksekutif pada Carrefour dipimpin oleh Daniel Bernard, yang menjabat sebagai Presiden Direktur dan merupakan posisi tertinggi di perusahaan Carrefour. Jabatan yang sama untuk kawasan Eropa dipegang oleh Joel Saveuse. Dikawasan Asia terdapat sembilan Presiden Direktur yang masing-masing memimpin perusahaan Carrefour di Malaysia, Cina, Singapura, Taiwan, Thailand, Korea Selatan, Jepang dan Indonesia. Di Indonesia, jabatan ini dipegang oleh Herve Clec’h. Selain komite eksekutif terdapat Dewan Administrasi yang beranggotakan sebelas orang, dimana empat diantaranya berasal dari luar Prancis, yaitu Belgia, Inggris, dan Spanyol. Dewan ini bertugas menentukan kebijakan perusahaan dalam hal pembagian tugas masing-masing jabatan, manajemen perusahaan dan pandangan global perusahaan. Para anggota dewan bukan pegawai, pemimpin maupun Presiden Direktur dari salah satu anak perusahaan Carrefour, melainkan mereka adalah salah satu dari pemegang minimal 600 saham Carrefour untuk masa jabatannya yang berlangsung selama empat tahun.

5. Tenaga Kerja Carrefour

Pembukaan gerai Carrefour yang terdiri dari 40 hipermarket, 75 supermarket dan 300 toko diskon Carrefour setiap tahunnya, telah menciptakan sebanyak 15 ribu lapangan kerja. Jumlah ini bertambah tiga kali lipat dalam empat tahun terakhir. Dari jumlah itu, sebanyak 69% tenaga kerja terdapat di Eropa, 21% di Amerika bagian Utara dan Selatan, dan 10% di Asia. Setiap harinya sebanyak


(63)

382 ribu tenaga kerja Carrefour bekerja di 9000 paserba Carrefour untuk memuaskan 2,5 juta pembeli. Tenaga kerja Carrefour bekerja antara lain pada bidang pemasaran, pembelian, penjualan, pemasaran, logistik, pengelolaan laba, manajemen cabang, pramuniaga, informatika, manajemen sumber daya manusia, hukum, akuntansi, dan teknis pemeliharaan serta perawatan.

4.1.2 Perusahaan Carrefour Indonesia

Carrefour Indonesia dibuka pertama kali pada bulan Oktober 1998 di kawasan Cempaka Putih. Kemudian pembukaan cabang lainnya yaitu dikawasan Puri Indah, Jakarta Barat, pada tanggal 12 Juni 2002, dengan menempati lahan seluas 8100m2 yang memuat 500 buah areal parker, 21 buah toko dan mempekerjakan sebanyak 480 pegawai. Hingga kini Carrefour memiliki 17 toserba yang terbesar di Jakarta, termasuk diantaranya di kawasan Cempaka Putih Puri Indah, Mega Mal Pluit, ITC Cempaka Mas Mega Grosir, Ratu Plaza, Duta Merlin, Lebak Bulus, ITC Kuningan dan satu cabang di kota Bandung. Carrefour Indonesia memiliki 17 store yang tersebar di Jakarta yang didukung oleh 7500 karyawan professional yang siap untuk melayani para konsumen. Fokus terhadap konsumen ini diterjemahkan dalam 3 pilar utama Carrefour, yang diyakini akan membuat Carrefour menjadi pilihan tempat berbelanja pagi para konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah sebagai berikut:

a. Harga yang bersaing b. Pilihan yang lengkap


(64)

Strategi positioning Carrefour sebagai Hypermarket dengan harga yang paling murah diterjemahkan kedalam tagline ”Ada yang Lebih Murah, Kami Ganti Selisihnya”. Lewat statement positioning ini, Carrefour berani menjamin tidak ada ritel lain yang harganya lebih murah dari Carrefour. Strategi ini berhasil mengantarkan Carrefour menjadi peritel paling digemari di seluruh Indonesia sehingga Carrefour bisa mencapai omset Rp 1 miliar per hari per outlet. Riset ACNielsen menunjukkan di Jakarta pada dua tahun lalu Carrefour memiliki Store Equity Index (SEI) tertinggi 2,4. Angka SEI menunjukkan tingkat preferensi konsumen terhadap toko yang bersangkutan. Index SEI berkisar antara 1-10. Angka 1 menunjukkan tingkat prefensi rendah. Survey ACNielsen tahun 2009 menunjukkan bahwa secara umum Carrefour dipersepsikan sebagai toko yang menyediakan aneka kebutuhan dengan harga paling murah diikuti oleh Alfamart dan Indomart dan tahun 2010, Carrefour masih menjadi Leader dalam format hypermarket.

Konsep paserba merupakan konsep perdagangan eceran yang diciptakan oleh Carrefour yang dirancang untuk memuaskan para konsumen. Carrefour menjual produk-produk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konsumen yaitu produk makanan, barang-barang kebutuhan pribadi, alat-alat telekomunikasi, sarana penunjang hiburan, sampai produk perlengkapan dan peralatan rumah tangga. Produk yang dijual di tiap gerai Carrefour berasal dari berbagai pemasok atau distributor dari berbagai perusahaan yang dikemas dalam lima bagian yaitu Grocery, Bazaar, Appliances, Textiles, dan produk Carrefour (Nomor 1). Pemasok


(65)

terbesar adalah perusahaan P & G (Protect & Gamble). Produk-produk yang ditawarkan berasal dari dua jenis sumber yaitu:

1. Produk Carrefour Indonesia yaitu produk yang disediakan oleh perusahaan sendiri dengan Private Label (PL) : Nomor 1 Paling Murah” 2. Produk Konsinyasi yaitu produk yang berasal dari pemasok ataupun

distributor-distributor yang menyewa gerai Carrefour untuk menjual produk mereka dengan sistem bagi hasil. Jika dalam jangka waktu yang telah disepakati produk tidak terjual maka pemasok harus memberikan diskon sampai tingkat tertentu.

Pengadaan fasilitas-fasilitas pelengkap seperti snack corner, food court, parkir gratis di paserba-paserba tertentu, dan juga garansi harga dangaransi kualitas, menjadikan paserba Carrefour benar-benar merupakan tempat belanja keluarga. Carrefour adalah pilihan belanja masa kini dan masa depan bagi konsumen di Indonesia dan di dunia.

4.1.3 Visi Perusahaan Carrefour Indonesia

Visi perusahaan Carrefour Indonesia adalah menjadi ritel nomor satu di Indonesia. Visi ini menunjukkan bahwa Carrefour berusaha untuk menjadi Top Leader dalam bisnis ritel di Indonesia dengan memberikan fasilitas dan suasana yang berbeda dari peritel lain. Visi ini timbul karena semakin maraknya bisnis ritel di Indonesia baik peritel lokal maupun peritel dari luar sehingga persaingan semakin kompetitif dalam merebut, menarik dan mempertahankan konsumen.


(66)

4.1.4 Perusahaan Carrefour Plaza Medan Fair

Carrefour Plaza Medan Fair berada di Plaza Medan Fair Jln. Gatot Subroto No. 30 Medan. Gerai Carrefour ini dibuka pada tanggal 23 September 2004 seiring dengan pembukaan Plaza Medan Fair. Toko ini bergerak dalam bidang usaha eceran yang menjual berbagai kebutuhan konsumen dari barang-barang fashion, kebutuhan sehari-hari seperti makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, produk kecantikan dan obat-obatan sampai produk perlengkapan/ perabot rumah tangga dan alat-alat elektronik. Dengan memiliki luas 11.000m2 maka Carrefour Plaza Medan Fair dapat menyediakan segala produk yang dibutuhkan oleh masyarakat Medan sebagai konsumen Carrefour. Bangunan Carefour terdiri dari dua lantai dimana lantai pertama khusus menjual segala kebutuhan sehari-hari seperti sembako (sembilan bahan pokok) dan berbagai jenis makanan dan minuman ringan. Sedangkan bangunan lantai dua menjual alat-alat elektronik, produk fashion, alat-alat kosmetik, obat-obatan, perlengkapan mandi, perlengkapan bayi, perabot rumah tangga dan semua produk-produk pelengkap.

Carrefour Plaza Medan Fair memiliki segmen pasar yang luas yaitu mencakup semua lapisan masyarakat dari konsumen yang berpendapatan rendah, menengah sampai atas. Hal ini memang sesuai dengan strategi yang dijalankan oleh Carrefour yaitu menjual produk dengan harga paling murah. Dan karena harga yang paling murah inilah membuat konsumen Carrefour didominasi oleh kaum ibu-ibu rumah tangga. Harga yang paling murah didukung dengan fasilitas dan suasana yang nyaman saat berbelanja menjadikan Carrefour sebagai pusat perbelanjaan bagi masyarakat kota Medan. Dengan jumlah karyawan sebanyak


(1)

LAMPIRAN 3


(2)

1. Uji Asumsi Klasik 1.1 Uji Normalitas


(3)

b. Normal Probability Plots

c. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 96

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.08267669

Most Extreme Differences

Absolute .067

Positive .041

Negative -.067

Kolmogorov-Smirnov Z .655

Asymp. Sig. (2-tailed) .785

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

1.2 Uji Heteroskedastisitas a. Grafik Scatterplot

b. Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .332 2.127 .156 .876

MotifBerbelanj a

-.010 .069 -.017 -.151 .880

AttributeTools .107 .081 .148 1.323 .189


(5)

1.3 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 5.233 3.837 1.364 .176

MotifBerbelanja .306 .124 .241 2.468 .015 .844 1.184

AttributeTools .528 .146 .354 3.622 .000 .844 1.184

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

2. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.233 3.837 1.364 .176

MotifBerbelanja .306 .124 .241 2.468 .015

AttributeTools .528 .146 .354 3.622 .000

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian

2.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .501a .251 .234 3.11565

a. Predictors: (Constant), AttributeTools, MotifBerbelanja b. Dependent Variable: KeputusanPembelian


(6)

2.2 Uji Silmutan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 301.850 2 150.925 15.548 .000a

Residual 902.775 93 9.707

Total 1204.625 95

a. Predictors: (Constant), AttributeTools, MotifBerbelanja b. Dependent Variable: KeputusanPembelian

2.3 Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.233 3.837 1.364 .176

MotifBerbelanja .306 .124 .241 2.468 .015

AttributeTools .528 .146 .354 3.622 .000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

8 75 112

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Carrefour Plaza Medan Fair Medan

3 36 105

Pengaruh Persepsi Nilai Konsumen Terhadap Perilaku Pembelian Private Label Carrefour Plaza Medan Fair

10 48 189

Pengaruh Fasilitas dan Suasana Pusat Perbelanjaan Carrefour Plaza Medan Fair terbadap Keputusan Pembelian

0 30 90

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang 2.1.1 Motif Berbelanja (shopping motives) - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan

0 0 23

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

0 0 14

I. Data Responden - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) Dan Atribut Toko (Store Attributes) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Hypermart Sun Plaza Medan

0 3 9