rangkaian bunyi yang bertolak dari pola bagi…dan demi…… diisi oleh kata yang lain yang mengikutinya, disusun Pitaloka secara berurutan dalam setiap baris
kata-kata yang mengikuti kata bagi dan demi. Apabila kata-kata yang mendampingi pola bagi…dan demi… disusun, maka keadaannya dapat dilihat
sebagai berikut: bagi langit
bagi air bagi bumi
demi derita demi tangis
demi nestapa demi mereka
Legian, Kuta, hlm. 81-82 Bait ke-8 merupakan pengulangan kata hm. Bait ke-9 merupakan
pengulangan kata om dan santi. Bait ke-10 ada rangkaian bunyi yang bertolak dari pola damai…… diisi oleh kata yang lain yang mengikutinya, disusun Pitaloka
secara berurutan dalam setiap baris. Apabila kata-kata yang mendampingi pola damai… disusun, maka keadaannya dapat dilihat sebagai berikut:
damai di dunia damai di hati
damai selamanya
Legian, Kuta, hlm. 82 Bait ke-11 merupakan pengulangan kata om dan santi. Puisi ini mempunyai
bunyi-bunyi yang dominan adalah vokal bersuara berat a dan konsonan bersuara berat yang digunakan sebagai lambang rasa sedih.
2. Lapis Arti Units of Meaning
Dalam sebuah puisi terdapat satuan terkecil berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata-kata kemudian bergabung menjadi kelompok
Universitas Sumatera Utara
kata, kalimat, alinea, bait, bab, dan seluruh cerita. Itu semua merupakan satuan arti Pradopo, 1999.
Bait pertama, ke-2, ke-4, ke-6, ke-8, ke-9, dan ke-11 merupakan pemujaan kepada dewa agama Hindu. Bait ke-3 adalah gambara suatu kengerian
yang menyebabkan manusia terluka, hangus, dan terbakar di tanah Dewata Bali. Bait ke-5 merupakan pendoaan para korban pengeboman tersebut serta adanya
kesedihan yang sangat mendalam bagi para korban yang ditinggalkan. Bait ke-7 merupakan gambaran masyarakat Bali yang meminta berkat kepada Dewa. Bait
ke-10 berarti bahwa masyarakat Bali mengharapkan kedamaian di bumi ini terutama di Bali.
3. Lapis Objek
Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, yaitu objek-objek yang dikemukakan, seperti latar, pelaku, dan dunia pengarang Pradopo, 2002:69.
Objek-objek yang dikemukakan dalam puisi ini adalah angin, tanah, duri, jantung, hati, dada, batin, raga, nyawa, dewa, dewi, kamboja, doa, bayu,
airmata, sesaji, dupa, banyu, roh, jiwa, langit, air, bumi, tangis, dan dunia. Pelaku atau tokoh adalah si aku. Latar tempat di Legian, Kuta. Latar waktu pada tanggal
12 Oktober 2002 yaitu pada saat terjadinya bom Bali satu.
4. Lapis “Dunia”
Lapis “dunia” yaitu makna yang harus dilihat dari sudut pandang tetentu yang terkadang di dalam puisi dinyatakan secara tersirat Pradopo,
2002:70.
Universitas Sumatera Utara
“Legian, Kuta 121002” hal ini berarti gambaran kejadian pada saat pengeboman di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 yang menewaskan banyak
manusia dan menghancurkan kota Bali yang dikenal begitu indah bahkan sampai ke mancanegara yang digambarkan Pitaloka dengan tanah Dewata. Tanah Dewata
berarti tanah yang sangat indah seperti di kayangan surga tempat para Dewa dan Dewi tinggal.
5. Lapis Metafisis
Lapis metafisis adalah lapis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi atau merenungkan apa yang dikemukakan dalam puisi Pradopo,
2002: 70. Yang menyebabkan pembaca berkontemplasi pada bait pertama, ke-2,
ke-4, ke-6, ke-8, ke-9, dan ke-11 merupakan sesuatu yang suci yaitu penyembahan kepada Dewa agama Hindu. Bait ke-3 dan bait ke-5 juga menyebabkan pembaca
berkontemplasi yaitu dengan adanya suatu kengerian yang menimpa masyarakat Bali pada tahun 2002 yang lalu, yaitu tewasnya beratus-ratus nyawa dan
hancurnya kota Bali yang sangat indah itu.
4.1.9 Mengapa Aku Sayang padamu