C = Cawan
S = Sampel bahan
Metode pada serat kasar yaitu mencuci bersih alat-alat utama seperti labu erlenmeyer, beaker glass dan gelas ukur hingga bersih. Mengeringkan dalam oven
pada suhu 105 - 110 C selama 1 jam dan mendinginkannya dalam eksikator.
Menimbang sampel seberat 1gram dan memasukkannya kedalam labu erlenmeyer. Menambahkan 50 ml H
2
SO
4
0,3 N dan NaOH 1,5 N 25 ml memasak hingga mendidih dan menghitung selama 30 menit kedepan dalam lemari asam.
Menyaring dengan menggunakan kertas saring yang telah terpasang dalam corong buchner. Kertas saring dikeringkan terlebih dahulu dalam oven selama 1 jam pada
suhu 105 -110
C dan mendinginkannya dalam eksikator kemudian menimbang beratnya. Penyaringan dilakukan dalam labu hisap, kemudian berturut-turut dicuci
dengan 50 ml air panas, 50 ml H
2
SO
4
0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Kertas saring dan isinya memasukkan dalam crussibel porselin lalu mengeringkan
dalam oven pada suhu 105 - 110 C selama 1 jam. Kemudian mendinginkan
dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang beratnya. Kertas saring dan isinya yang ada dalam crussibel porselin memijarkan lagi dalam tanur listrik pada
suhu 400 C selama 4 jam, bersama dengan abu kemudian mendinginkan dalam
eksikator selama 15 menit dan menimbang beratnya. Menghitung kadar berat serat kasar dengan rumus:
4. Lemak Kasar
Persentase lemak kasar dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kadar Lemak = P B-A Berat sampel
X 100 Keterangan :
P = Faktor pengenceran = 105 = 2 A = Berat cawan porselin g
B = Berat akhir g
Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan Fermentasi Feses
Pembuatan fermentasi kotoran babi menggunakan bahan stater EM4 sebanyak 1 liter, gula 1 kg, air 10 liter dan dedak 2 kg. Sedangkan alat yang
digunakan adalah jerigen sebagai tempat fermentasi. Prosedur sebagai berikut: Dimasukkan stater EM4 efective microorganism 4 sebanyak 1 liter dengan
campuran gula 1 kg kedalam 10 liter air dan difermentasikan selama 5 jam
Siapkan semua limbah kotoran babi dalam keadaan segar
Hamparkan semua limbah kotoran babi dengan ketebalan penumpukan 40 cm dan sirami dengan dedak dan larutan fermentasi
Semua kotoran babi tersebut di balik-balikkan, ditutup dengan plastik dan tancapkan paralon sebagai lubang udara
Kotoran babi yang difermentasikan terhindar dari sinar matahari langsung dan air hujan dan tempat sebagai wadah fermentasi memiliki kemiringan
Setiap seminggu sekali dibalik dan diperhatikan, bila kering perlu ditambah air, caranya dengan memercikan air dari ember
Kompos akan panas dan semakin lama panas akan turun, kemudian kompos mendingin. Pada hari ke-40, kompos sudah selesai, namun jangan
dipergunakan terlebih dahulu. Tanda kompos sudah bisa dipakai adalah bila sudah tampak cacing atau mahkluk lain dalam kompos.
Universitas Sumatera Utara
Bahan kotoran ternak disiapkan dengan kelembaban sekitar 60. Bila bahan terlalu basah atau kelembaban lebih dari 60 maka kotoran ternak
didiamkan beberapa waktu hingga mencapai kelembaban yang diinginkan. Bila kotoran ternak terlalu kering, maka perlu disiram dengan air agar mencapai
kelembaban 60. Setelah kotoran ternak kelembabanmencapai 60, selanjutnya ditambah starter, lalu dicampur hingga rata.
Bahan kotoran ternak dibolak-balikkan. Pada saat pembalikan ini, dilakukan penambahan air cucian air beras. Proses yang berlangsung sekitar 2-3
minggu ini perlu dijaga kelembabanya dan suhunya dengan cara pembalikan. Bahan yang sudah dicampurkan diaduk secara merata, setelah itu ditutup dengan
terpal dan dibiarkan mengalami fermentasi hingga timbulnya mikroorgnisme yang hidup seperti cacing.
Bahan kompos akan mengalami penstabilan, bahan sudah berbentuk remah. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami
penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Kondisi ini menandakan bahwa
bahan kompos telah menjadi kompos pupuk organik, sehingga siap digunakan. Lingga 1986 menyatakan bahwa dalam pemberian pupuk kandang
diperhatikan kematangannya. Pupuk kandang yang sudah matang dicirikan oleh bentuk, warna, dan baunya yang sudah berubah dari bentuk aslinya dan bila
diremas sudah remah.
Universitas Sumatera Utara
2. Persiapan lahan