Asas persamaan Pemikiran Good Local Governance dalam Pelayanan Publik

commit to user dan hukum positif lainnya. Asas-asas umum pemerintahan Indonesia yang adil dan patut itu dirinci sebagai berikutSF Marbun : 1. Asas persamaan; 2. Asas keseimbangan, keserasian, keselarasan; 3. Asas menghormati dan memberikan haknya setiap orang; 4. Asas ganti-rugi karena kesalahan; 5. Asas kecermatan; 6. Asas kepastian hukum; 7. Asas kejujuran dan keterbukaan; 8. Asas larangan menyalahgunakan wewenang; 9. Asas larangan sewenang-wenang; 10. Asas kepercayaan atau pengharapan; 11. Asas motivasi; 12. Asas kepantasan atau kewajaran; 13. Asas pertanggung jawaban; 14. Asas kepekaan; 15. Asas penyelenggaraan kepentingan umum; 16. Asas kebijaksanaan; 17. Asas itikad baik; Untuk lebih jelasnya akan diuraikan secara lebih jelas lagi pengertian pada tiap- tiap asas, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Asas persamaan

Asas persamaan dijadikan salah satu arti dari keadilan dengan penafian terhadap pembedaan apapun. Hal ini perlu dijelaskan karena apabila dengan persamaan menjadi bentukbentuk beragam tidak terjaga untuk dimiliki dan mengharuskanmemandang setiap orang dengan pandangan yang sama, ini dapat berarti keadilan adalah kezaliman itu sendiri. Apabila suatu pemberian yang sama dipandang adil maka tidak memberikan sesuatu kepada semuanya berarti juga adil. Persamaan maksudnya adalah memelihara persamaan ketika hak memilikinya sama atau terhadap kejadian yang sama dan fakta yang sama, dilakukan hal yang sama pula. Asas persamaan menghendaki agar dalam commit to user menghadapi kasus atau fakta yang sama, badanpejabat tata usaha negara mengambil tindakan keputusan yang sama pula. Asas ini sepintas dapat menimbulkan kekaburan bilamana dihadapkan dengan pendapat asas kasuistis dalam melaksanakan tindakan di bidang administrasi negara. Artinya suatu peristiwa tertentu tidak dapat diberlakukan terhadap peristiwa lainnya. Dengan demikian prinsip kasuistis ini sesungguhnya menghendaki perbedaan tindakan atau keputusan tersendiri atas peristiwa tertentu sehingga keputusan itupun tidak berlaku umum. Kekaburan pengertian terhadap asas kasuistis ini dapat diatasi dengan berpegang pada sikap bahwa badanpejabat tata usaha negara tetap bertindak secara kasuistis terhadap berbagai fakta dalam menghadapi masalah-masalah pada bidangnya masing-masing, namun bersamaan dengan itu harus dijaga pula agar dalam menghadapi peristiwa dan fakta yang sama janganlah sampai badanpejabat tata usaha negara mengambil tindakankeputusan yang sifatnya saling bertentangan. Dalam menghadapi pemohon SIUP maka Pemerntah Kota Surakarta harus memperlakukan sama antara satu pemohon dengan pemohon yang lain.

2. Asas keseimbangan, keserasian, keselarasan