Saran Penelitian Terdahulu Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia

52 2. Penelitian ini hanya mengambil 2 variabel independen yaitu kualitas audit yang diproksikan menjadi KAP big four dan KAP spesialisasi industri. Padahal kualitas audit masih dapat diukur dengan proksi yang lainnya. Selain itu masih banyak variabel independen lain yang dapat mengurangi praktik manajemen laba. 3. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan pada periode tahun IPO nya, dan tidak meneliti tahun sebelum dan sesudah IPO. Karena tingkat manajemen laba biasanya cenderung meningkat pada periode tahun IPOnya.

5.3. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang diberikan agar penelitian selanjutnya berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan, antara lain sebagai berikut. 1. Menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan dalam periode yang lebih panjang. 2. Menggunakan atau menambah proksi yang lain dari kualitas audit, misalnya independensi audit,dan juga menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, misalnya komite audit. 3. Penelitian sebaiknya juga meneliti periode sebelum dan sesudah IPO untuk melihat dan membandingkan pola manajemen laba yang terjadi. Universitas Sumatera Utara 53 4. Para investor sebaiknya tidak terlalu terfokus pada informasi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, karena belum tentu informasi laba tersebut mencerminkan kinerja keuangan yang sebenarnya. Apalagi KAP big four dan KAP spesialisasi industri belum mampu mengurangi praktik manajemen yang terjadi di perusahaan atas laporan keuangan yang diauditnya. 5. Para auditor seharusnya lebih meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya agar lebih mampu meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan sehingga dapat mendeteksi manajemen laba. Universitas Sumatera Utara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory

Pada dasarnya teori agensi ini merupakan hubungan antara para pemegang saham dengan para manajemen. Teori keagenan dapat didefinisikan sebagai “suatu kontrak dimana suatu pihak sebagai principal menugaskan kepada pihak lainnya sebagai agent untuk melakukan pekerjaannya demi mencapai kepentingannya termasuk mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agen” Jensen and Meckling, 1976:308. Namun terkadang baik pihak principal maupun pihak agent hanya berusaha untuk mencapai kepentingan mereka masing-masing. Hal ini tentunya akan menyebabkan konflik kepentingan diantara mereka. Konflik kepentingan yang terjadi memungkinkan akan terjadinya asimetri informasi diantara mereka. Pihak manajemen yang bertindak sebagai agen yang secara langsung terlibat dengan aktivitas perusahaan tentunya akan memiliki lebih banyak informasi mengenai kinerja perusahaan dibandingkan dengan para pemegang saham dan pihak luar lainnya. Informasi yang tidak merata ini tentunya akan mendorong Universitas Sumatera Utara 10 manajemen untuk berperilaku menyimpang dari biasanya, salah satunya dengan memanipulasi informasi untuk mencapai tujuannya. Dye 1988 dan Trueman dan Titman 1988 dalam Chen et al. 2005:90 menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba, karena para pemegang saham tidak mampu secara sempurna untuk mengamati kinerja perusahaan dan perkembangan di lingkungan dimana mereka hanya memiliki sedikit informasi dibandingkan manajemen. Keberadaan asimetri informasi yang tentunya akan menyebabkan kredibilitas dari laporan keuangan dari perusahaan tersebut diragukan. Apalagi pernyataan Jensen dan Meckling 1976:308 bahwa “jika kedua pihak baik principal maupun agent adalah orang-orang yang berusaha memaksimalkan utilitasnya masing-masing, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan principal”. Dari pernyataan tersebut maka principal tidak dapat mempercayai sepenuhnya laporan keuangan yang disajikan oleh pihak agen. Oleh karena itu para pemegang saham membutuhkan pihak ketiga yang mampu memberikan keyakinan mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh agent. Mulyadi 2002:5 menyatakan bahwa “Pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, mereka mencari jasa assurance Universitas Sumatera Utara 11 untuk meningkatkan mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis keputusan yang akan mereka lakukan”. Dengan kata lain para pemegang saham akan membutuhkan auditor independen untuk memperoleh informasi yang wajar, dengan harapan auditor independen tersebut dapat menyediakan kualitas audit yang baik serta memahami konsep keagenan yang terjadi diantara mereka.

2.1.2. Kualitas Audit

Kualitas audit yang baik diharapkan akan mengurangi risiko salah saji serta mampu menemukan kecurangan yang mungkin ada di dalam laporan keuangan. Pada dasarnya audit dikatakan berkualitas jika audit tersebut telah memenuhi standar auditing yang berlaku. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli, ada banyak persepsi mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kualitas audit. Turley Willeken 2008 dalam Suseno 2013:124 menyatakan “kualitas audit biasanya dihubungkan sebagai kemampuan auditor untuk mengidentifikasi salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan dan kerelaan untuk mengeluarkan laporan yang sesuai dan tidak bias dari hasil audit”. Salah satu penelitian awal tentang kualitas audit dilakukan oleh DeAngelo 1981:186 mendefinisikan kualitas audit sebagai “suatu probabilitas tertentu dimana seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan adanya suatu kesalahan material di dalam laporan keuangan Universitas Sumatera Utara 12 kliennya”. Penelitian DeAngelo 1981 juga menunjukkan adanya hubungan positif antara kualitas audit dengan ukuran KAP. Jadi semakin besar ukuran KAP maka semakin baik kualitas audit yang akan dihasilkan. Dalam penelitian Zhou dan Elder 2004, kualitas audit dapat diproksikan ke ukuran KAP dan spesialisasi industri yang dimiliki KAP. Ukuran KAP yang diproksikan dengan KAP Big 5 memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big 5, sedangkan auditor spesialisasi industri menurutnya dapat meminimalkan manajemen laba pada tahun perusahaan melakukan penawaran ekuitas. Penelitian oleh Stein dan Cadman 2007 juga membuktikan bahwa auditor yang memiliki spesialisasi di bidang industri klien akan memberikan audit yang berkualitas. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan Ukuran KAP dan Spesialisasi industri sebagai ukuran dari kualitas audit. 2.1.3. Manajemen Laba 2.1.3.1. Pengertian Manajemen Laba Istilah manajemen laba mungkin tidak asing lagi di dalam dunia bisnis. Pada umumnya manajemen laba sering dikatakan sebagai tindakan kecurangan suatu perusahaan untuk mengelabui pihak tertentu. Praktik manajemen laba mungkin harus muncul akibat beberapa perusahaan ingin menjamin kelangsungan hidup perusahaannya dari dinamika dunia bisnis tidak menentu. Manajemen laba menyebabkan informasi laba yang disajikan oleh Universitas Sumatera Utara 13 suatu perusahaan belum tentu menunjukkan keadaan yang sesungguhnya dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Oleh sebab itu pembahasan mengenai manajemen laba harus tetap dilakukan hingga saat ini. Ada banyak definisi dari para ahli dalam penelitian- penelitian mengenai manajemen laba. Namun hingga saat ini belum ada ketetapan umum yang ditetapkan sebagai pengertian dari manajemen laba. Berikut akan dikemukakan beberapa definisi manajemen laba dari para ahli. Salah satu dari definisi awal yang muncul mengenai earning management dikemukakan oleh Schipper 1989:92 yang menyatakan“Earning managements is disclosure management in the sense of purposeful intervention in the external financial reporting process, with intent of obtaining some private gain”. Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Menurut Fischer and Rosenzweig 1995 dalam Vadiei et al. 2012:124 menyatakan“Earning Managements is an actions by division managers which serve to increase or decrease current reported earnings of a divisions without a corresponding increase Universitas Sumatera Utara 14 or decrease in the long-term economic profitability of that division”. Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh para manajer yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang dalam perusahaan. Sebuah definisi mengenai manajemen yang cukup populer dan luas dikemukakan oleh Healy dan wallen 1999:6 menyatakan bahwa : Earnings managements occurs when managers use judgement in financial reporting and in structuring transations to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company or to influences contractual outcomes that depend on reported accounting numbers. Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan dalam penyusunan transaksi-transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang disajikan, sehingga menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi dari perusahaan tersebut atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada pelaporan angka akuntansi. Universitas Sumatera Utara 15 Menurut definisi lainnya oleh Scott 2006:343 dalam Purwanti et al. 2013:99 menyatakan “Earning Managements as given that manager can choose accounting policies from a set of policies for example GAAP, it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility andor the market value of the firm”. Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu pilihan bagi para manajer melalui kebijakan- kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik, baik dengan memaksimalkan utilitasnya atau nilai perusahaannya. Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk memanipulasi laba yang dilaporkan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dapat meningkatkan nilai perusahaan serta dapat merugikan pihak yang memperoleh informasi tersebut.

2.1.3.2. Motivasi Manajemen Laba Praktik manajemen laba tidak muncul dengan sendirinya di

dunia bisnis. Pada dasarnya pasti ada motivasi-motivasi tertentu yang melandasi suatu pihak untuk melakukan manajemen laba. Menurut Stice et al. 2009:360-367 ada beberapa motivasi yang Universitas Sumatera Utara 16 mendorong suatu pihak dalam melakukan manajemen laba, antara lain sebagai berikut: 1. Memenuhi Target Internal Suatu pihak melakukan manajemen laba salah satunya untuk memenuhi target internal tertentu. Target internal ini biasanya untuk mencapai laba atau pendapatan tertentu yang telah ditetapkan para manajer atau pemilik perusahaan. Target laba internal pada awalnya bertujuan untuk mencapai laba maksimal dengan meningkatkan input dan output secara efektif dan efisien. Namun untuk memenuhi target laba internal dalam angka tertentu, pihak manager berpotensi untuk melakukan manajemen laba sehingga kinerja keuangan dapat sesuai dengan harapan perusahaan. Secara individu, pihak manajer juga di motivasi oleh jumlah bonus yang diberikan jika pekerjaannya mampu memenuhi target internal dari perusahaannya. 2. Memenuhi Harapan Eksternal Suatu pihak melakukan manajemen laba juga tidak dapat lepas dari lingkungan eksternalnya. Dalam hal ini stakeholders eksternal tentunya memiliki kepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam memenuhi kepentingan ini pihak perusahaan akan berpotensi untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepercayaan dari pihak eksternal Universitas Sumatera Utara 17 tersebut. Manajemen laba tentunya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan suatu pihak melalui informasi laba. 3. Meratakan atau Memuluskan Laba Income Smoothing Income smoothing merupakan salah satu penyebab utama pihak manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba. Income smoothing merupakan suatu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba untuk meratakan laba setiap periode sehingga laba terlihat konsisten dan stabil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari fluktuasi laba serta menarik perhatian investor dengan image kinerja perusahaan yang baik dan stabil. Selain itu bertujuan untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar, biasanya dengan mengubah laba lebih kecil dari yang seharusnya. 4. Mempercantik Angka Laporan Keuangan Window Dressing untuk Penjualan saham perdana Initial Public Offering-IPO atau pinjaman Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan tentunya membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan akan mengatur laba sedemikian rupa untuk menarik perhatian para investor dan kreditor. Dalam hal perusahaan yang melakukan IPO, tindakan ini bertujuan untuk memiliki nilai lebih di pasar saham. Hal ini dilakukan dengan harapan harga saham akan meningkat seiring dengan kinerja keuangan yang dianggap Universitas Sumatera Utara 18 baik, bercermin dari informasi laba dalam laporan keuangan yang disajikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan yang melakukan IPO menjadi objek penting dalam penelitian ini.

2.1.3.3. Bentuk Manajemen Laba

Manajemen laba dapat dilakukan dalam beberapa bentuk tertentu. Menurut Wild et al. 2005:120-121 ada beberapa strategi dalam melakukan manajemen laba, antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatkan laba Increase Income Strategi meningkatkan laba merupakan suatu bentuk manajemen laba dengan mengakui pendapatan-pendapatan periode mendatang pada periode berjalan serta menunda biaya periode berjalan ke periode mendatang sehingga laba periode berjalan akan meningkat dan lebih besar dari yang seharusnya. Hal ini biasanya bertujuan untuk memperoleh bonus yang besar, meningkatkan keuntungan serta untuk memperoleh dana dari pihak luar. Pada perusahaan yang melakukan IPO pastinya akan sangat menguntungkan dengan menarik perhatian para investor melalui informasi laba tersebut. 2. Mandi Besar Big Bath Big Bath merupakan suatu bentuk manajemen laba dengan mengakui biaya-biaya pada periode mendatang pada periode berjalan sehingga laba pada periode berjalan lebih rendah dari yang seharusnya. Biasanya hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan Universitas Sumatera Utara 19 tertentu seperti pergantian CEO, menghindari pajak, dan lain-lain. Hal ini juga dapat menyebabkan laba pada periode berikutnya akan menjadi lebih tinggi karena biaya-biayanya telah diakui sebelumnya. 3. Perataan Laba Income Smoothing Income smoothing merupakan suatu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba untuk meratakan laba setiap periode sehingga laba terlihat konsisten dan stabil. Metode ini sederhananya campuran dari kedua teknik diatas, namun dilakukan sesuai kondisi yang ada pada setiap periodenya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari fluktuasi laba serta menarik perhatian investor dengan image kinerja perusahaan yang baik dan stabil.

2.1.3.4. Discreationary Accrual

Konsep dasar akrual merupakan suatu metode akuntansi di mana penerimaan dan pengeluaran diakui atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi tersebut diterima atau dibayarkan. Dengan demikian pencatatan dalam metode ini bebas dari pengaruh waktu kapan kas diterima dan kapan pengeluaran dilakukan Wikipedia-Indonesia. Konsep ini akan menyebabkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran diakui pada saat transaksi walaupun dalam penerimaan atau pengeluaran tersebut belum nyata dalam bentuk kas. Jadi Universitas Sumatera Utara 20 penerimaan dan pengeluaran yang dicatat belum tentu akan menjadi penerimaan atau pengeluaran. Transaksi tersebut tentunya menjadi suatu celah dalam melakukan manajemen laba. Wild et al. 2005:102 mengkritik bahwa “akuntansi akrual merupakan kombinasi dari aturan yang rumit dan tidak sempurna yang menghalangi tujuan laporan keuangan-yaitu informasi mengenai arus kas dan kapasitas untuk menghasilkan kas”. Akuntansi akrual bertentangan dengan analisis keuangan, yakni menghilangkan dasar akrual untuk memperoleh informasi berdasarkan aliran kas. Analisis keuangan ini diakibatkan akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas manipulasi. Kerentanan ini disebut manajemen laba Earnings Management. Oleh karena itu deteksi manajemen laba secara umum diteliti menggunakan pendekatan akrual. Pada dasarnya akuntansi akrual memiliki dua komponen yaitu terdiri dari discreationary accruals DA dan non dicreationary accruals NDA . Discreationary accruals merupakan komponen akrual yang dapat dimanipulasi oleh pihak manajemen. Sedangkan non discreationary akrual merupakan komponen akrual yang dipengaruhi oleh faktor-faktor luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak manajemen. Hal ini tentunya penggunaan discreationary accruals lebih tepat dalam mengukur manajemen laba. Oleh karena itu perlu adanya model tertentu yang Universitas Sumatera Utara 21 dapat mengukur manajemen laba dengan discreationary accruals. Dalam penelitian ini manajemen laba akan di proksikan dengan model Jones 1991 yang di modifikasi oleh Dechow et al. 1995:199-200.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian awal yang dilakukan oleh Zhou dan Elder 2004 dengan judul audit quality and earnings management by seasoned equity offering firms . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor size dan industry specialization mampu membatasi earnings management dalam offering year for SEO companies di USA. Chen et al 2005 dengan penelitian berjudul audit quality and earnings management for taiwan IPO firms . Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya menemukan bahwa kualitas audit yang tinggi diproksikan dalam auditor size dan industry specialization mampu menurunkan tingkat earnings management pada perusahaan IPO Taiwan. Penelitian selanjutnya Wimboweni 2007 dengan judul pengaruh kualitas audit dan motivasi manajemen laba terhadap praktik manajemen laba pada Initial Public Offering IPO . Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis motivasi laba yang terdiri atas hipotesis rencana bonus, hipotesis biaya politik dan hipotesis perjanjian hutang. Hipotesis rencana bonus dan hipotesis perjanjian hutang tidak memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan Universitas Sumatera Utara 22 hipotesis biaya politik memiliki pengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran auditor dan spesialisasi industri menunjukkan pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Luhgiatno 2008 dalam penelitiannya yang berjudul analisis pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba studi pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dari tiga peneliti diatas, yaitu kualitas audit yang diproksikan dalam ukuran auditor dan spesialisasi industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia. Penelitian selanjutnya oleh Rusmin 2010 dengan judul auditor quality and earnings management: Singaporean evidence . Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang negatif antara ukuran auditor dan spesialisasi industri terhadap perusahaan yang terdaftar di singapura. Ikhtisar penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat Analisis dan Unit Analisis Hasil Penelitian 1 Zhou dan Elder 2004 Audit Quality and Earnings Manageme nt by Seasoned Independent Variable : Auditor Quality : Auditor size and Industry specialization . Dependent Variable : Multiple Regression, SEO Firm in USA. Menunjukk an bahwa Auditor Big Five dan Auditor dengan Universitas Sumatera Utara 23 Equity Offering Firm . Earnings management . Spesialisasi industri mampu membatasi earnings manageme nt dalam offering year for SEO companies di USA. 2 Chen et al 2005 Audit Quality and Earnings Manageme nt for Taiwan IPO Firms . Independent Variable : Auditor Quality : Auditor size and Industry specialization . Dependent Variable : Earnings management . Multiple Regression, IPO firms. Menemuka n bahwa Auditor Big Five dan Auditor dengan spesialisasi industri mampu menurunka n tingkat manajemen laba pada perusahaan IPO Taiwan. 3 Wimbowe ni 2007 Pengaruh Kualitas Audit dan Motivasi Manajemen Laba terhadap Praktik Manajemen Laba pada Initial Public Offering IPO . Independent Variable : Kualitas Audit : Ukuran auditor dan Spesialisasi industri. Motivasi Manajemen Laba : Hipotesis rencana bonus, Hipotesis biaya politik dan Hipotesis perjanjian hutang Dependent Variable : Analisis Regresi Berganda, Perusahaan IPO di Indonesia. Menunjukk an bahwa Hipotesis rencana bonus dan hipotesis perjanjian hutang tidak memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan hipotesis Universitas Sumatera Utara 24 Manajemen Laba. biaya politik memiliki pengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran auditor dan spesialisasi industri menunjukk an pengaruh negatif terhadap manajemen laba. 4 Luhgiatno 2008 Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia. Independent Variable : Ukuran auditor dan Spesialisasi industri Dependent Variable : Manajemen laba. Analisis Regresi Berganda, Perusahaan IPO di Indonesia. Menunjukk an bahwa KAP big four dan KAP spesialis industri tidak berpengaru h secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia. 5 Rusmin 2010 Auditor Quality and Independent Variable : Auditor size and Multiple Regression, Listed menunjukk an pengaruh Universitas Sumatera Utara 25 Earnings Manageme nt: Singaporea n evidence. industry Specialization Dependent Variable : Earnings management. Companies in Singapore. yang negatif oleh Auditor Big four dan Auditor Spesialis terhadap perusahaan yang terdaftar di singapura. Sumber: Diolah oleh penulis 2014

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

0 74 8

Pengaruh Return on Asset, Reputasi Auditor, dan Ukuran Perusahaan terhadap Initial Return (Studi Empiris pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di BEI tahun 2005-2012)

0 7 142

ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN MOTIVASI MANAJEMEN TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI INDONESIA)

2 22 57

Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia

0 0 12

Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia

0 0 8

Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia

0 0 20

Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia

0 0 1

Pengaruh variabel keuangan terhadap underpricing pada penawaran umum perdana [Initial Public Offering] di Bursa Efek Indonesia : studi empiris pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering [IPO] tahun - USD Repository

0 0 103

Manajemen laba sebelum Initial Public Offering (IPO) : studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia - USD Repository

0 0 99