52
2. Penelitian ini hanya mengambil 2 variabel independen yaitu kualitas
audit yang diproksikan menjadi KAP big four dan KAP spesialisasi industri. Padahal kualitas audit masih dapat diukur dengan proksi yang
lainnya. Selain itu masih banyak variabel independen lain yang dapat mengurangi praktik manajemen laba.
3. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan pada periode tahun IPO nya,
dan tidak meneliti tahun sebelum dan sesudah IPO. Karena tingkat manajemen laba biasanya cenderung meningkat pada periode tahun
IPOnya.
5.3. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang diberikan agar penelitian selanjutnya berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan,
antara lain sebagai berikut. 1.
Menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan dalam periode yang lebih panjang.
2. Menggunakan atau menambah proksi yang lain dari kualitas audit,
misalnya independensi audit,dan juga menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, misalnya komite
audit. 3.
Penelitian sebaiknya juga meneliti periode sebelum dan sesudah IPO untuk melihat dan membandingkan pola manajemen laba yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
53
4. Para investor sebaiknya tidak terlalu terfokus pada informasi laba yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan, karena belum tentu informasi laba tersebut mencerminkan kinerja keuangan yang sebenarnya. Apalagi
KAP big four dan KAP spesialisasi industri belum mampu mengurangi praktik manajemen yang terjadi di perusahaan atas laporan keuangan
yang diauditnya. 5.
Para auditor seharusnya lebih meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya agar lebih mampu meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan perusahaan sehingga dapat mendeteksi manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory
Pada dasarnya teori agensi ini merupakan hubungan antara para pemegang saham dengan para manajemen. Teori keagenan dapat
didefinisikan sebagai “suatu kontrak dimana suatu pihak sebagai principal
menugaskan kepada pihak lainnya sebagai agent untuk melakukan pekerjaannya demi mencapai kepentingannya termasuk
mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agen” Jensen and Meckling, 1976:308. Namun terkadang baik pihak principal
maupun pihak agent hanya berusaha untuk mencapai kepentingan mereka masing-masing. Hal ini tentunya akan menyebabkan konflik kepentingan
diantara mereka. Konflik kepentingan yang terjadi memungkinkan akan terjadinya
asimetri informasi diantara mereka. Pihak manajemen yang bertindak sebagai agen yang secara langsung terlibat dengan aktivitas perusahaan
tentunya akan memiliki lebih banyak informasi mengenai kinerja perusahaan dibandingkan dengan para pemegang saham dan pihak luar
lainnya. Informasi yang tidak merata ini tentunya akan mendorong
Universitas Sumatera Utara
10
manajemen untuk berperilaku menyimpang dari biasanya, salah satunya dengan memanipulasi informasi untuk mencapai tujuannya.
Dye 1988 dan Trueman dan Titman 1988 dalam Chen et al. 2005:90 menyatakan bahwa
keberadaan asimetri informasi antara manajer dengan pemegang saham merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk melakukan
manajemen laba, karena para pemegang saham tidak mampu secara sempurna untuk mengamati kinerja perusahaan dan perkembangan
di lingkungan dimana mereka hanya memiliki sedikit informasi dibandingkan manajemen.
Keberadaan asimetri informasi yang tentunya akan menyebabkan kredibilitas dari laporan keuangan dari perusahaan tersebut diragukan.
Apalagi pernyataan Jensen dan Meckling 1976:308 bahwa “jika kedua pihak baik principal maupun agent adalah orang-orang yang berusaha
memaksimalkan utilitasnya masing-masing, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik
untuk kepentingan principal”. Dari pernyataan tersebut maka principal tidak dapat mempercayai sepenuhnya laporan keuangan yang disajikan
oleh pihak agen. Oleh karena itu para pemegang saham membutuhkan pihak ketiga yang mampu memberikan keyakinan mengenai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh agent. Mulyadi 2002:5 menyatakan bahwa “Pengambil keputusan
memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, mereka mencari jasa assurance
Universitas Sumatera Utara
11
untuk meningkatkan mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis keputusan yang akan mereka lakukan”. Dengan kata lain para pemegang
saham akan membutuhkan auditor independen untuk memperoleh informasi yang wajar, dengan harapan auditor independen tersebut dapat
menyediakan kualitas audit yang baik serta memahami konsep keagenan yang terjadi diantara mereka.
2.1.2. Kualitas Audit
Kualitas audit yang baik diharapkan akan mengurangi risiko salah saji serta mampu menemukan kecurangan yang mungkin ada di dalam
laporan keuangan. Pada dasarnya audit dikatakan berkualitas jika audit tersebut telah memenuhi standar auditing yang berlaku. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh para ahli, ada banyak persepsi mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kualitas audit.
Turley Willeken 2008 dalam Suseno 2013:124 menyatakan “kualitas audit biasanya dihubungkan sebagai kemampuan auditor untuk
mengidentifikasi salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan dan kerelaan untuk mengeluarkan laporan yang sesuai dan tidak bias dari
hasil audit”. Salah satu penelitian awal tentang kualitas audit dilakukan oleh
DeAngelo 1981:186 mendefinisikan kualitas audit sebagai “suatu probabilitas tertentu dimana seorang auditor dapat menemukan dan
melaporkan adanya suatu kesalahan material di dalam laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
12
kliennya”. Penelitian DeAngelo 1981 juga menunjukkan adanya
hubungan positif antara kualitas audit dengan ukuran KAP. Jadi semakin besar ukuran KAP maka semakin baik kualitas audit yang akan dihasilkan.
Dalam penelitian Zhou dan Elder 2004, kualitas audit dapat diproksikan ke ukuran KAP dan spesialisasi industri yang dimiliki KAP.
Ukuran KAP yang diproksikan dengan KAP Big 5 memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big 5, sedangkan
auditor spesialisasi industri menurutnya dapat meminimalkan manajemen laba pada tahun perusahaan melakukan penawaran ekuitas. Penelitian
oleh Stein dan Cadman 2007 juga membuktikan bahwa auditor yang memiliki spesialisasi di bidang industri klien akan memberikan audit yang
berkualitas. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan Ukuran KAP dan Spesialisasi industri sebagai ukuran dari kualitas audit.
2.1.3. Manajemen Laba 2.1.3.1. Pengertian Manajemen Laba
Istilah manajemen laba mungkin tidak asing lagi di dalam dunia bisnis. Pada umumnya manajemen laba sering dikatakan
sebagai tindakan kecurangan suatu perusahaan untuk mengelabui pihak tertentu. Praktik manajemen laba mungkin harus muncul
akibat beberapa perusahaan ingin menjamin kelangsungan hidup perusahaannya dari dinamika dunia bisnis tidak menentu.
Manajemen laba menyebabkan informasi laba yang disajikan oleh
Universitas Sumatera Utara
13
suatu perusahaan belum tentu menunjukkan keadaan yang sesungguhnya dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Oleh
sebab itu pembahasan mengenai manajemen laba harus tetap dilakukan hingga saat ini.
Ada banyak definisi dari para ahli dalam penelitian- penelitian mengenai manajemen laba. Namun hingga saat ini
belum ada ketetapan umum yang ditetapkan sebagai pengertian dari manajemen laba. Berikut akan dikemukakan beberapa definisi
manajemen laba dari para ahli. Salah satu dari definisi awal yang muncul mengenai
earning management dikemukakan oleh Schipper 1989:92 yang menyatakan“Earning managements is disclosure management in
the sense of purposeful intervention in the external financial reporting process, with intent of obtaining some private gain”.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses
pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Menurut Fischer and Rosenzweig 1995 dalam Vadiei et al.
2012:124 menyatakan“Earning Managements is an actions by division managers which serve to increase or decrease current
reported earnings of a divisions without a corresponding increase
Universitas Sumatera Utara
14
or decrease in the long-term economic profitability of that division”.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh para manajer yang
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan profitabilitas
ekonomi jangka panjang dalam perusahaan. Sebuah definisi mengenai manajemen yang cukup populer
dan luas dikemukakan oleh Healy dan wallen 1999:6 menyatakan bahwa :
Earnings managements occurs when managers use judgement in financial reporting and in structuring
transations to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance
of the company or to influences contractual outcomes that depend on reported accounting numbers.
Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangan dalam
pelaporan keuangan dan dalam penyusunan transaksi-transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang disajikan, sehingga
menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi dari
perusahaan tersebut atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada pelaporan angka akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
15
Menurut definisi lainnya oleh Scott 2006:343 dalam
Purwanti et al. 2013:99 menyatakan “Earning Managements as given that manager can choose accounting policies from a set of
policies for example GAAP, it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility andor the
market value of the firm”. Dari definisi diatas dinyatakan bahwa manajemen laba
merupakan suatu pilihan bagi para manajer melalui kebijakan- kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik,
baik dengan memaksimalkan utilitasnya atau nilai perusahaannya. Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat kita simpulkan
bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk memanipulasi laba yang dilaporkan
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dapat meningkatkan nilai perusahaan serta dapat merugikan pihak yang
memperoleh informasi tersebut.
2.1.3.2. Motivasi Manajemen Laba Praktik manajemen laba tidak muncul dengan sendirinya di
dunia bisnis. Pada dasarnya pasti ada motivasi-motivasi tertentu yang melandasi suatu pihak untuk melakukan manajemen laba.
Menurut Stice et al. 2009:360-367 ada beberapa motivasi yang
Universitas Sumatera Utara
16
mendorong suatu pihak dalam melakukan manajemen laba, antara lain sebagai berikut:
1. Memenuhi Target Internal
Suatu pihak melakukan manajemen laba salah satunya untuk memenuhi target internal tertentu. Target internal ini
biasanya untuk mencapai laba atau pendapatan tertentu yang telah ditetapkan para manajer atau pemilik perusahaan. Target laba
internal pada awalnya bertujuan untuk mencapai laba maksimal dengan meningkatkan input dan output secara efektif dan efisien.
Namun untuk memenuhi target laba internal dalam angka tertentu, pihak manager berpotensi untuk melakukan manajemen laba
sehingga kinerja keuangan dapat sesuai dengan harapan perusahaan. Secara individu, pihak manajer juga di motivasi oleh
jumlah bonus yang diberikan jika pekerjaannya mampu memenuhi target internal dari perusahaannya.
2. Memenuhi Harapan Eksternal
Suatu pihak melakukan manajemen laba juga tidak dapat lepas dari lingkungan eksternalnya. Dalam hal ini stakeholders
eksternal tentunya memiliki kepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam memenuhi kepentingan ini pihak
perusahaan akan berpotensi untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepercayaan dari pihak eksternal
Universitas Sumatera Utara
17
tersebut. Manajemen laba tentunya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan suatu pihak melalui informasi laba.
3. Meratakan atau Memuluskan Laba Income Smoothing
Income smoothing merupakan salah satu penyebab utama
pihak manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba. Income smoothing merupakan suatu bentuk manajemen laba yang
dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba untuk meratakan laba setiap periode sehingga laba terlihat konsisten dan
stabil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari fluktuasi laba serta menarik perhatian investor dengan image kinerja
perusahaan yang baik dan stabil. Selain itu bertujuan untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar, biasanya dengan
mengubah laba lebih kecil dari yang seharusnya. 4.
Mempercantik Angka Laporan Keuangan Window Dressing untuk Penjualan saham perdana Initial Public Offering-IPO
atau pinjaman Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan
tentunya membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan akan mengatur laba sedemikian rupa untuk menarik
perhatian para investor dan kreditor. Dalam hal perusahaan yang melakukan IPO, tindakan ini bertujuan untuk memiliki nilai lebih
di pasar saham. Hal ini dilakukan dengan harapan harga saham akan meningkat seiring dengan kinerja keuangan yang dianggap
Universitas Sumatera Utara
18
baik, bercermin dari informasi laba dalam laporan keuangan yang disajikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan yang
melakukan IPO menjadi objek penting dalam penelitian ini.
2.1.3.3. Bentuk Manajemen Laba
Manajemen laba dapat dilakukan dalam beberapa bentuk tertentu. Menurut Wild et al. 2005:120-121 ada beberapa strategi
dalam melakukan manajemen laba, antara lain sebagai berikut. 1.
Meningkatkan laba Increase Income Strategi meningkatkan laba merupakan suatu bentuk
manajemen laba dengan mengakui pendapatan-pendapatan periode mendatang pada periode berjalan serta menunda biaya periode
berjalan ke periode mendatang sehingga laba periode berjalan akan meningkat dan lebih besar dari yang seharusnya. Hal ini biasanya
bertujuan untuk memperoleh bonus yang besar, meningkatkan keuntungan serta untuk memperoleh dana dari pihak luar. Pada
perusahaan yang melakukan IPO pastinya akan sangat menguntungkan dengan menarik perhatian para investor melalui
informasi laba tersebut. 2.
Mandi Besar Big Bath Big Bath
merupakan suatu bentuk manajemen laba dengan mengakui biaya-biaya pada periode mendatang pada periode
berjalan sehingga laba pada periode berjalan lebih rendah dari yang seharusnya. Biasanya hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
19
tertentu seperti pergantian CEO, menghindari pajak, dan lain-lain. Hal ini juga dapat menyebabkan laba pada periode berikutnya akan
menjadi lebih tinggi karena biaya-biayanya telah diakui sebelumnya.
3. Perataan Laba Income Smoothing
Income smoothing merupakan suatu bentuk manajemen
laba yang dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba untuk meratakan laba setiap periode sehingga laba terlihat
konsisten dan stabil. Metode ini sederhananya campuran dari kedua teknik diatas, namun dilakukan sesuai kondisi yang ada pada setiap
periodenya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari fluktuasi laba serta menarik perhatian investor dengan image
kinerja perusahaan yang baik dan stabil.
2.1.3.4. Discreationary Accrual
Konsep dasar akrual merupakan suatu metode akuntansi di mana penerimaan dan pengeluaran diakui atau dicatat ketika
transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi tersebut diterima atau dibayarkan. Dengan demikian pencatatan
dalam metode ini bebas dari pengaruh waktu kapan kas diterima dan kapan pengeluaran dilakukan Wikipedia-Indonesia. Konsep
ini akan menyebabkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran diakui pada saat transaksi walaupun dalam penerimaan atau
pengeluaran tersebut belum nyata dalam bentuk kas. Jadi
Universitas Sumatera Utara
20
penerimaan dan pengeluaran yang dicatat belum tentu akan menjadi penerimaan atau pengeluaran. Transaksi tersebut tentunya
menjadi suatu celah dalam melakukan manajemen laba. Wild et al. 2005:102 mengkritik bahwa “akuntansi akrual
merupakan kombinasi dari aturan yang rumit dan tidak sempurna yang menghalangi tujuan laporan keuangan-yaitu
informasi mengenai arus kas dan kapasitas untuk menghasilkan kas”. Akuntansi akrual bertentangan dengan analisis keuangan,
yakni menghilangkan dasar akrual untuk memperoleh informasi berdasarkan aliran kas. Analisis keuangan ini diakibatkan
akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas manipulasi. Kerentanan ini disebut manajemen laba Earnings Management.
Oleh karena itu deteksi manajemen laba secara umum diteliti menggunakan pendekatan akrual.
Pada dasarnya akuntansi akrual memiliki dua komponen yaitu terdiri dari discreationary accruals DA dan non
dicreationary accruals NDA . Discreationary accruals merupakan
komponen akrual yang dapat dimanipulasi oleh pihak manajemen. Sedangkan non discreationary akrual merupakan komponen akrual
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak manajemen. Hal ini tentunya
penggunaan discreationary accruals lebih tepat dalam mengukur manajemen laba. Oleh karena itu perlu adanya model tertentu yang
Universitas Sumatera Utara
21
dapat mengukur manajemen laba dengan discreationary accruals. Dalam penelitian ini manajemen laba akan di proksikan dengan
model Jones 1991 yang di modifikasi oleh Dechow et al. 1995:199-200.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian awal yang dilakukan oleh Zhou dan Elder 2004 dengan judul audit quality and earnings management by seasoned equity offering firms
. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor size dan industry specialization mampu
membatasi earnings management dalam offering year for SEO companies di USA.
Chen et al 2005 dengan penelitian berjudul audit quality and earnings management for taiwan IPO firms
. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya menemukan bahwa kualitas audit yang tinggi diproksikan
dalam auditor size dan industry specialization mampu menurunkan tingkat earnings management
pada perusahaan IPO Taiwan. Penelitian selanjutnya Wimboweni 2007 dengan judul pengaruh kualitas
audit dan motivasi manajemen laba terhadap praktik manajemen laba pada Initial Public Offering IPO
. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis motivasi laba yang terdiri atas hipotesis rencana bonus, hipotesis biaya politik dan
hipotesis perjanjian hutang. Hipotesis rencana bonus dan hipotesis perjanjian hutang tidak memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
22
hipotesis biaya politik memiliki pengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran auditor dan spesialisasi
industri menunjukkan pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Luhgiatno 2008 dalam penelitiannya yang berjudul analisis pengaruh
kualitas audit terhadap manajemen laba studi pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dari tiga
peneliti diatas, yaitu kualitas audit yang diproksikan dalam ukuran auditor dan spesialisasi industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang melakukan IPO di indonesia. Penelitian selanjutnya oleh Rusmin 2010 dengan judul auditor quality
and earnings management: Singaporean evidence . Hasil penelitian tersebut
menunjukkan pengaruh yang negatif antara ukuran auditor dan spesialisasi industri terhadap perusahaan yang terdaftar di singapura. Ikhtisar penelitian
terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Alat Analisis
dan Unit Analisis
Hasil Penelitian
1 Zhou dan
Elder 2004
Audit Quality
and Earnings
Manageme nt by
Seasoned Independent Variable :
Auditor Quality : Auditor size and
Industry specialization
.
Dependent Variable :
Multiple Regression,
SEO Firm in USA.
Menunjukk an bahwa
Auditor Big Five
dan Auditor
dengan
Universitas Sumatera Utara
23
Equity Offering
Firm .
Earnings management . Spesialisasi
industri mampu
membatasi earnings
manageme nt dalam
offering year for
SEO companies
di USA. 2
Chen et al 2005
Audit Quality
and Earnings
Manageme nt for
Taiwan IPO Firms
.
Independent Variable : Auditor Quality :
Auditor size and Industry specialization
.
Dependent Variable : Earnings management
. Multiple
Regression, IPO firms.
Menemuka n bahwa
Auditor Big Five
dan Auditor
dengan spesialisasi
industri mampu
menurunka n tingkat
manajemen laba pada
perusahaan IPO
Taiwan.
3 Wimbowe ni 2007
Pengaruh Kualitas
Audit dan Motivasi
Manajemen Laba
terhadap Praktik
Manajemen Laba pada
Initial Public
Offering IPO
.
Independent Variable : Kualitas Audit :
Ukuran auditor dan Spesialisasi industri.
Motivasi Manajemen Laba :
Hipotesis rencana bonus, Hipotesis biaya
politik dan Hipotesis perjanjian hutang
Dependent Variable : Analisis
Regresi Berganda,
Perusahaan IPO di
Indonesia. Menunjukk
an bahwa Hipotesis
rencana bonus dan
hipotesis perjanjian
hutang tidak
memiliki pengaruh
terhadap praktik
manajemen laba,
sedangkan hipotesis
Universitas Sumatera Utara
24
Manajemen Laba. biaya
politik memiliki
pengaruh positif
terhadap praktik
manajemen laba.
Kualitas audit yang
diproksikan dengan
ukuran auditor dan
spesialisasi industri
menunjukk an
pengaruh negatif
terhadap manajemen
laba.
4 Luhgiatno 2008
Analisis Pengaruh
Kualitas Audit
terhadap Manajemen
Laba Studi pada
Perusahaan yang
Melakukan IPO di
Indonesia.
Independent Variable : Ukuran auditor dan
Spesialisasi industri Dependent Variable :
Manajemen laba. Analisis
Regresi Berganda,
Perusahaan IPO di
Indonesia. Menunjukk
an bahwa KAP
big four
dan KAP
spesialis industri
tidak berpengaru
h secara signifikan
terhadap manajemen
laba pada perusahaan
yang melakukan
IPO di indonesia.
5 Rusmin 2010
Auditor Quality
and Independent Variable :
Auditor size and Multiple
Regression, Listed
menunjukk an
pengaruh
Universitas Sumatera Utara
25
Earnings Manageme
nt: Singaporea
n evidence. industry Specialization
Dependent Variable : Earnings management.
Companies in
Singapore. yang
negatif oleh
Auditor Big four
dan Auditor
Spesialis terhadap
perusahaan yang
terdaftar di singapura.
Sumber: Diolah oleh penulis 2014
2.3. Kerangka Konseptual