40
Terbukti dari hasil observasi dan data yang ditemukan peneliti di Kantor Kelurahan Bantan.
4.2 Kondisi Sarana di Jalan Tirtosari Ujung
Jalan Tirtosari Ujung merupakan lokasi penelitian dalam skripsi ini. Jalan Tirtosari Ujung terletak di Lingkungan 14 tepatnya di pinggir jalur perlintasan
Kereta Api yang berbatasan dengan Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan dan Kelurahan Tegal Sari Mandala 2. Jalan Tirtosari Ujung di kepalai oleh seorang
kepala lingkungan bernama Bapak Wahidin. Beliau sudah menjabat selama 4 tahun.
Pola permukiman masyarakat di Jalan Tirtosari Ujung berjarak sangat dekat dengan rel kereta api yaitu sekitar 3 - 5 meter dari rel kereta api.
Berdasarkan observasi mayoritas penduduk yang tinggal di pinggiran rel kereta api tersebut adalah kaum migran yang bersuku batak toba. Dulunya rumah di
Jalan Tirtosari Ujung masih sedikit hanya terdapat beberapa rumah saja, selebihnya dipenuhi oleh tanaman lalang. Seperti yang diutarakan oleh salah satu
informan yang saya wawancarai yaitu Ibu Rosdiana Br Damanik Pr, 55 tahun yang mengatakan :
“Dulu jalan la aku kemari, tau dulu ini apa ini lalang, rumah dulu disini yang dekat rumah kami sana la ada 2 rumah papan. Baru rumah orang si Leo,
terus rumah orang ini, ah Cuma 5 rumah la. Itu pun berjarak – jarak la. Masih hutan la pokoknya.” Wawancara 28 Juli 2016
Saat ini di Jalan Tirtosari ujung keadaannya sudah jauh berbeda, sudah terdapat banyak rumah semi permanen di sepanjang pinggiran rel kereta api.
Rumah tersebut ada yang merupakan milik pribadi warga masyarakat jalan Tirtosari ada juga yang masih menyewa hanya saja status tanah di bawah
Universitas Sumatera Utara
41
bangunan yang mereka tempati statusnya milik PJKA sehingga jika sewaktu – waktu seperti yang terjadi saat ini ketika PJKA ingin menggusur mereka, mereka
sudah pasrah. Sebab mereka menyadari ini bukan haknya dan sudah bersyukur diberi kesempatan menumpang selama ini. Seperti yang di utarakan oleh Ibu R
Sirait : “Dulu ini nang rumah mertua ku, tapi karena suami ku meninggal
dikasihnya la ini sama kami gratis. Tapi tanahnya punya PJK, sama ini semua ini tanah PJK ini semua yang punya, jadi kalo pun mau digusur yang ga bisa
melawan la. Syukur udah dikasih nompang tanah selama ini ya kan.” Wawancara 27 Juli 2016
Dari sisi air bersih, air PDAM belum masuk ke Jalan Tirtosari Ujung hal ini dikarenakan bahwa status tanah yang ditempati oleh warga masyarakat bukan
milik mereka pribadi namun milik PJKA. Sehingga untuk kebutuhan sanitasi masyarakat di Jalan Tirtosari Ujung umumnya menggunakan air sumur dan
membeli air galon untuk kebutuhan konsumsi. Air galon yang dibeli oleh warga masyarakat seharga Rp 4.000,- per galonnya. Setiap galon bisa digunakan sekitar
2 sampai 3 hari. Namun tidak seluruhnya menerapkan hal tersebut ada sekitar 10 rumah tangga yang juga menggunakan air sumur untuk keperluan konsumsinya.
Sebab air sumur di rumahnya tidak keruh seperti air sumur warga lainnya dan layak konsumsi. Seperti yang diutarakan oleh salah satu informan yang saya
wawancarai yaitu Bapak Arlensius Haloho Lk, 55 tahun yang mengatakan : “Kalau masalah terbesar orang - orang sini ya itulah, ga ada air bersih
dari PDAM. Jadi untuk mandi, mencuci ya pake air sumur. Untuk makan minum beli air galonlah, yang naik becak becak isi ulang itu 4000 segalon harganya.
Syukurnya air sumur dirumah kami bersih, masih bisa diminum. Tapi sikit lah kek gitu disini, paling 10 rumah aja. Yang lainnya keruh airnya, harus disaring.”
wawancara 11 Agustus 2016
Universitas Sumatera Utara
42
Selain masalah air bersih, kondisi lingkungan sekitar Jalan Tirtosari Ujung cukup kotor. Oleh karena mayoritas pekerjaan masyarakatnya adalah pemulung
sehingga terdapat banyak tumpukan – tumpukan barang bekas serta makanan sisa hasil pungutan dari sampah – sampah kota yang terletak di halaman rumah
mereka masing - masing. Tak jarang terlihat tikus berkeliaran disana sini. Selain itu, ketika melintas di Jalan Tirtosari Ujung ini tak jarang pula tercium aroma
tidak sedap yang sangat menyengat. Namun meskipun demikian masyarakat menganggap itu adalah aroma “duit”. Seperti yang diutarakan oleh salah satu
informan bernama ibu R. Sirait Pr, 52tahun “Disini kerjaan orang rata - rata par botot, tengok nang banyakkan botot
botot orang di depan rumah. Itu dikumpulkan dulu terus nanti kalo udah banyak dijual. Kalo yang diember - ember itu itu buat makan babi nanti dikasih. Bauk
kali memang tapi kekmana la itunya makanan babi yang gratis ha ha haa” wawancara 28 Juli 2016
Kondisi listrik di Jalan Tirtosari Ujung sudah memadai. Berdasarkan observasi lapangan, terlihat setiap rumah sudah mempunyai meteran listrik
sendiri. Namun berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat, mereka belum mempunyai tiang listrik sendiri.
Kondisi jalan perhubungan di Jalan Tirtosari Ujung sudah baik. Meskipun hanya terdapat batu tadas saja sebagai penahan tanah agar tidak terlalu becek
ketika hujan, namun sudah cukup menolong masyarakat dalam melaksanakan aktifitas hariannya. Hanya saja perjalanan kereta api Medan - Kualanamu PP
yang melintasi Jalan Tirtosari Ujung setiap 15 menit sekali dianggap masyarakat mengganggu kenyamanan. Hal senada diutarakan oleh Ibu Rani Butar – butar Pr,
49 tahun yang mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
43
“Disini ga nyamannya ini la kek adek dengar sendiri, setiap 15 menit sekali lewat kereta api kualanamu. Bising kali rasanya, mulai terganggung
kenyamanan itu. Tapi ya mau gimana lagi, disini tempat tinggal awak.” wawancara 11 agustus 2016
4.3 Profil Infoman 4.3.1 Informan Kunci Masyarakat Pemulung yang tinggal di Jalan Tirtosari