c. Fungsi mempengaruhi, media massa mampu mempengaruhi khalayak sesuai
dengan apa yang diinginkan media. Secara implisit terdapat dalam tajuk, iklan, artikel dan sebagainya.
d. Fungsi proses pengembangan mental, media massa mampu menambah wawasan
khalayak sehingga intelektualitas khalayak akan berkembang. Berbagai pemberitaan mengenai peristiwa yang disampaikan media juga makin menambah
pengalaman dan ketergantungan khalayak dalam pengembangan mentalnya. e.
Fungsi adaptasi lingkungan, proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan memerlukan penyesuaian agar tetap tercipta tujuan komunikasi berupa
kesamaan makna diantara pelaku komunikasi. f.
Fungsi memanipulasi lingkungan, komunikasi massa merupakan alat kontrol utama dan pengatur lingkungan.
Adapun fungsi komunikasi massa secara khusus menurut De Vito dalam Ardianto dan Komala 2004:23, yakni untuk meyakinkan khalayak, menganugrahkan
status sehingga prestasi meningkat, membius, menciptakan rasa kebersatuan, privatisasi kecenderungan penarikan diri serta hubungan sosial.
2.2. Film sebagai komunikasi massa
Gambar bergerak film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan
film video laser setiap minggunya Agee, et all dalam Ardianto dan Komala, 2004: 134.
Sedangkan menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 7 tahun 1994 Pasal 1 ayat 2 tentang definisi film. Film adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi.
Film direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan bahan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran
melalui peroses kimiawi, peroses elektronik, atau peroses lainnya, dengan atau
Universitas Sumatera Utara
tanpa suara yang ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya. www.kompasiana.com.
Film juga sebagai salah satu bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari cerita yang ditayangkan. Unsur intrinsik dan
ekstrinsik dari filmlah yang mampu menarik perhatian khalayak untuk menonton film tersebut.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah film yang terdiri dari: Tema, plot alur, latar cerita, penokohan, sudut pandang yang
digunakan, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrerinsik yang ada dalam film tidak terlepas dari latar
belakang pengarang, entah itu dari segi budaya yang dipegang, kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya www.scribd.com.
Seperti halnya siaran televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah untuk memperoleh hiburan, akan tetapi dalam film dapat pula terkandung
fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal inipun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979,
bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character
building Effendy dalam Ardianto dan Komala, 2004:136. Berbagai fungsi termasuk fungsi edukatif dapat tercipta apabila film
nasional memperoduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
Berdasarkan pengertian dan fungsi dari film, maka sejumlah faktor yang dapat menunjukkan karakteristik suatu film menurut Ardianto dan Komala
2004:136 , yaitu : a.
Layar yang luas atau lebar, layar jenis ini memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan film. Bahkan dengan kemajuan
teknologi, layar film sudah ada yang berbentuk tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata real dan menimbulkan kesan tidak berjarak.
b. Pengambilan gambar, shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh
atau exrem long shot dan paranomic shot, yakni pengambilan pemandangan
Universitas Sumatera Utara
menyeluruh. Sehingga terkesan artistik dalam suasana yang sesungguhnya dan menjadikan film semakin menarik.
c. Konsentrasi penuh, penciptaan suasana melalui dari ditutupnya pintu-pintu hingga
lampu yang dimatikan menimbulkan kesan bahwa penonton terbebas dari hiruk- pikuk suara dari luar biasanya kedap suara dan pada akhirnya penonton dapat
berkonsentrasi penuh saat menonton film. d.
Identifikasi psikologis, suasana di bioskop membuat fikiran dan perasaan khlayak larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan yang amat mendalam,
secara tidak sadar seseorang mengidentifikasi diri sebagai salah satu pemeran dalam film tersebut.
Sebagai seorang komunikator, penting untuk mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai karakteristiknya. Adapun menurut
Ardianto dan Komala 2004:138, terdapat pengelompokkan film, antara lain : a.
Film ceita, jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai
barang dagangan. b.
Film berita, film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi, terdapat nilai berita yang penting dan menarik bagi khalayak.
c. Film dokumenter, karya cipta mengenai kenyataan, hasil interpretasi pembuatnya
mengenai kenyataan dari film tersebut. d.
Film kartun, film animasi yang sasaran utamanya adalah anak-anak, namun semua kalangan juga menyukainya, dikarenakan sisi kelucuannya yang biasa hadir dalam
setiap penayangannya.
2.3. Semiotika Film