dikarenakan bentuk rumah tradisional Majapahit diteruskan di Bali oleh keturunan Majapahit yang pindah bermukim di Bali ketika kerajaan Majapahit runtuh.
4.1.2 Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dan melakukan dokumentasi terhadap objek penelitian.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di museum Trowulan Mojokerto, terdapat bentuk rumah tradisional Majapahit berukuran kecil yang terbuat dari batu bata
merah tua dan bahan yang mudah lapuk kayu ukel, Sedangkan bentuk rumah tradisional di Bali, dalam satu rumah terdapat bangunan kecil yang mempunyai
jarak dengan bangunan yang lain, setiap bangunan mempunyai fungsi masing masing. Bangunan ini dapat dilihat di desa Batuan Gianyar Bali, dimana rumah ini
merupakan rumah kuno Bali yang berusia ratusan tahun.
4.1.3 Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari objek penelitian yaitu museum Trowulan di kota Mojokerto, dimana trowulan merupakan pusat peninggalan Majapahit dan
rumah tradisional yang ada di desa Batuan Giannyar Bali. Berikut ini merupakan hasil yang di dapat dari dokumentasi berupa gambar atau foto yang diperoleh
peneliti.
Gambar 4.2 Hidup di Ibukota Majapahit
Sumber : Museum Nasional Jakarta, Acient History; Indonesian heritage volume 1, Archipelago press
Pada gambar 4.2 merupakan gamabaran ilustrasi suasana lingkungan rumah Majapahit. Masyarakat dizaman Majapahit tinggal di rumah yang terbuat
dari bahan kayu, bambu, dan tanah liat. Perabotan rumah tangga yang digunakan seperti piring, gentong, celengan. Replika rumah Majapahit dalam ukuran
sebenarnya pernah dibuat oleh Museum Nasional dalam pameran Majapahit pada tahun 2007. Replika ini dibuat berdasarkan temuan situs segaran V.
Gambar 4.3 Rumah Tradisional Majapahit
Sumber : Dokumen Peneliti
Pada gambar 4.3 adalah rumah Majapahit yang terdapat di museum Trowulan Mojokerto. Bentuk rumah ini merupakan replika seperti apa yang
dijelaskan pada gambar 4.2 dimana rumah ini berbahan dasar dari tanah liat, kayu. Berdasarkan hasil wawancara yang pernah ditanyakan peneliti kepada Tjaja
Tribinuka bangunan ini difungsikan untuk dapur.
Gambar 4.4 Rumah Tradisional Majapahit didesa Bejijong, Mojokerto
Sumber : www.foto.metrotvnews.com Pada gambar 4.4 merupakan suasana kampung bergaya arsitektur
Majapahit di Desa Bejijong, Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Sebanyak 296 rumah penduduk didesa Bejijong,
Sentonorejo, dan desa Jatipasar yang berada di Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan telah dipugar menyerupai bentuk bangunan rumah bergaya kuno pada
zaman Majapahit guna mewujudkan pembangunan kampung Majapahit. www.foto.metrotvnews.com
Gambar 4.5 Tempat Ibadah Sumber : Dokumen Peneliti
Pada gambar 4.5 merupakan tempat suci yang posisi peletakannya di bagian utamaning utama atau yang dekat dengan arah gunung dan matahari terbit,
peletakan ini dikeranakan bagunan suci dianggap sakral. Tempat suci ini digunakan untuk pemujaan kepada Tuhan atau roh leluhur yang telah disucikan.
Gambar 4.6 Bale Daja Sumber : Dokumen Peneliti
Pada gambar 4.6 merupakan bangunan yang bernama Bale Daja atau Umah Maten
yaitu bangunan untuk pemilik rumah atau kepala keluarga,
keberadaan bangunan ini sangat dihormati maka untuk penempatannya terletak pada utama ningmadya.
Menurut Dwijendra,
2008 :135 Bale Daja atau Sakutus diklasifi kasikan sebagai bangunan madia dengan fungsi tunggal untuk tempat tidur yang disebut
Bale Meten . Letaknya di bagian kaja menghadap kelod ke natah berhadapan
dengan Pamerajan.
Gambar 4.7 Bale Dangin Sumber : Ketut, Ngakan AD. 2008:129
Bale Dangin berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan kegiatan
upacara keagamaan terutama upacara manusia yadnya dan pitra yadnya. Pada saat tidak ada upacara, Bale Dangin dimanfaatkan sebagai tempat tidur untuk
anak laki-laki. Dengan fungsi yang demikian. Bale Dangin terletak pada zona utamaning madya
Dwijendra, 2008:128.
Gambar 4.8 Bale Dauh Sumber : Dokumen Peneliti
Gambar 4.8 merupakan Bale Dauh yang sering pula disebut dengan Bale Loji
. Fungsi Bale Dauh ini adalah untuk tempat tidur anak remaja atau anak muda. Jika ditinjau dari namanya, Penempatan Bale ini diperoleh berdasarkan
konsep Sanga Mandala, dimana Bale Dauh terletak pada zona madyaning nista. Jika ditinjau dari namanya, Bale Dauh terletak di sebelah Barat Kauh dan
menghadap ke Timur Kangin Dwijendra,
2008:156.
Gambar 4.9 Bale Delod
Sumber : Dokumen Peneliti Pada gambar 4.8 merupakan bangunan dengan nama Bale Delod atau bisa
disebut Sakanem tergolong sederhana bila bahan dan penyelesaiannya sederhana. Dapat pula digolongkan Madya bila ditinjau dari penyelesaiannya untuk Sakanem
yang dibangun dengan bahan dan penyelesaiannya Madya. Bentuk Sakanem segi empat panjang, dengan panjang sekitar tiga kali lebar. Luas bangunan sekitar 6 m
x 2 m Dwijendra,
2008 :135
Gambar 4.10 Jineng
Sumber : www.blissfulbali.com Pada gambar 4.8 merupakan bentuk bangunan Jineng atau lumbung yang
berfungsi untuk tempat menyimpan hasil kebun untuk cadangan makanan pemilik rumah.
Menurut Dwijendra 2008 :135 Jineng adalah b angunan penyimpanan
padi dengan denah persegi empat, memiliki 4 kolom, dengan atap pelana lengkung. Jineng jika dilihat dari struktur dan konstruksinya merupakan bangunan
bertingkat, dengan ruang penyimpanan padi di atas. Langki kepala tiang dengan lantai selasar berbatas sisi dalam atap lengkung, dan balai di bagian bawah untuk
tempat duduk, istirahat, atau tempat bekerja.
Gambar 4.11 Angkul-Angkul
Sumber : Dokumen peneliti Pada gambar 4.9 telah diperlihatkan bentuk dari Angkul-Angkul atau pintu
masuk rumah untuk memasuki komplek hunian. Angkul-Angkul berbentuk gapura yang diletakkan diposisi yang dekat dengan arah laut atau tidak sakral.
Angkul-Angkul merupakan satu unit pintu umah atau pintu perkarangan
untuk unit rumah tradisional di tumah tradisional Majapahit. Menurut Dwijendra 2008 :71 d
isebut angkul angkul karena terdapat atap yang mungukuli ungkul ungkul berada diatas kepala terhadap orang lewat.
4.1.4 Pembuatan Augmented Reality