yang mudah dan tepat dalam penanggulangan kejahatan pada umumnya serta penyalahgunaan informasi pada khususnya. Dalam pembentukan kebijakan
hukum pidana tersebut haruslah memperhatikan dengan baik karakteristik dari cybercrime
Dengan langkah awal kriminalisasi, maka penentuan yurisdiksi, subjek dan objek tindak pidana, perumusan tindak pidana, perumusan
pertanggungjawaban pidana, perumusan sanksi pidana, dan perumusan sistem pemidanaan harus dilakukan dengan tetap sasaran. Mengingat kejahatan dunia
maya tidak bisa dilawan dengan cara dunia nyata. Orientasi dari formulasi kebijakan pidana yang baru juga harus jauh ke depan memikirkan kemungkinan
besar dampak buruk bentuk kejahatan baru. tidak semata-mata hanya memikirkan untuk melahirkan aturan baru memang. Tetapi juga harus dimaksimalkan upaya
penanggulangan dan pencegahan dengan instrumen hukum yang ada saat ini. Memaksimalkan faktanya kejahatan tradisonal yang sekarang menjadi
konvensional ternyata mampu melahirkan kejahatan dunia maya yang memerlukan cara baru dalam penanggulangannya. Dengan adanya kejahatan
dunia maya saat ini, dimungkinkan akan lahir bentuk kejahatan lain diluar jangkauan manusia dalam beberapa waktu ke depannya.
yang berbasis pada teknologi informasi yang terjadi di dunia maya dan bersifat transnasional.
B. Dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik berfungsi sebagai pedoman, norma dan kontrol terhadap perilaku para pengguna internet. Hal ini bertujuan untuk merevensi, mendeteksi
atau mereduksi kejahatan internet, kecurangan dan perilaku pengguna internet yang tidak etis, yang dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi.
Pedoman, norma dan fungsi kontrol tercermin pada ketentuan yang terdapat dalam bab dan pasal-pasal Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Ketentuan ini mengacu pada upaya regulator untuk mengarahkan dan mengendalikan perilaku para pengguna internet serta
meningkatkan kepatuhan para pengguna terhadap Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peningkatan kepatuhan
para pengguna internet diharapkan mampu mereduksi terjadinya kejahatan internet cybercrime dan perilaku negatif para pengguna internet.
Perlakuan hukum pelaku cybercrime fraud
jika dijerat menggunakan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, maka pasal yang dikenakan adalah Pasal 28 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.” Ancaman pidana dari pasal tersebut
adalah penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp1 miliar Pasal 45 ayat [2] UU ITE.
Untuk pembuktiannya, aparat penegak hukum bisa menggunakan bukti elektronik danatau hasil cetaknya sebagai perluasan bukti sebagaimana Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, di samping bukti konvensional lainnya sesuai dengan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana KUHAP.
Pasal 5 1 Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah. 2 Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia
Sebagai catatan, beberapa negara maju mengkategorikan secara terpisah delik penipuan yang dilakukan secara online computer related fraud dalam
ketentuan khusus cybercrime. Berdasarkan ruang lingkupnya pengaturan tindak pidana cyber dapat di
bagi menjadi dua bagian, yakni : 1.
Pengaturan Tindak Pidana Cyber Materil di Indonesia. Berdasarkan instrumen Persatuan Bangsa-Bangsa PBB, maka
pengaturan tindak pidana cyber di Indonesia juga dapat dilihat dalam arti luas dan arti sempit. Secara luas, tindak pidana cyber ialah semua tindak pidana yang
menggunakan sarana atau dengan bantuan sistem elektronik. Itu artinya semua tindak pidana konvensional dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
sepanjang dengan menggunakan bantuan atau sarana Sistem Elektronik seperti pembunuhan, perdagangan orang, dapat termasuk dalam kategori tindak pidana
cyber dalam arti luas. Demikian juga tindak pidana dalam
Universitas Sumatera Utara
Cybercrimes , Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik juga tidak memberikan definisi juga mengenai cybercrimes, tetapi membanginya menjadi beberapa pengelompokkan yang mengacu pada
Convention on Cybercrimes. a.
kesusilaan Pasal 27
1 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusiakan danatau
mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
Ancaman pidana pasal 45 1 KUHP. Pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Diatur
pula dalam KUHP pasal 282 mengenai kejahatan terhadap kesusilaan. b.
perjudian Pasal 27
2 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau
mentramisikan danatau mebuat dapat diaksesenya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.
c. penghinaan atau pencemaran nama baik
Pasal 27 3
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentramisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
Universitas Sumatera Utara
dandokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik
d. pemerasan atau pengancaman
Pasal 27 4
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentramisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau
dokumen elektronik yang memiliki muatan pemerasan danatau pengancaman. e.
berita bohong yang menyesatkan dan merugikan konsumen Pasal28
1 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
f. menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA
Pasal 28 2
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau prmusuhan individu
danatau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku. agama, ras, dan antar
golongan SARA. g.
mengirimkan informasi yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi
Pasal 29 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menggrimkan informasi elektronik
danatau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
Universitas Sumatera Utara
yang ditujukan secara pribadi Cyber Stalking. Ancaman pidana pasal 45 3 Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
dipidana dengan penjara paling lama 12 dua belas tahun danatau denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00.
h. dengan cara apapun melakukan akses ilegal
Pasal 30 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
komputer dan atau sistem elektronik dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol system pengamanan cracking, hacking,
ilegal access . Ancaman pidana pasal 46 ayat 3 setiap orang yang memebuhi
unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 delapan danatau denda paling banyak Rp 800.000.000,00
delapan ratus juta rupiah i.
intersepsi illegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik
Pasal 31 1
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik danatau
Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer danatau Sistem Elektronik tertentu milik orang lain.
2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam
Universitas Sumatera Utara
suatu Komputer danatau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan
adanya perubahan, penghilangan, danatau penghentian Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.
3 Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2,
intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, danatau institusi penegak hukum lainya yang
ditetapkan berdasarkan undang-undang. 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah
j. tindak pidana yang berhubungan dengan gangguan interferensi, yaitu:
1. Gangguan terhadap Informasi atau Dokumen Elektronik data
interference Pasal 32
1 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, tranmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyebunyikan suatu informasi elektronik danatau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.
2 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentrasfer informasi elektronik danatau dokumen
elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak. 3 Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang mengakibatkan
terbukanya suatu informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana semestinya.
k. gangguan terhadap Sistem Elektronik system interference
Pasal 33 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melawan hukum melakukan tindakan
apa pun yang berakibat terganggunya system elektronik danatau mengakibatkan system elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.
l. tindak pidana memfasilitasi perbuatan yang dilarang
Pasal 34 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melawan memproduksi, menjual,
mengadakan untuk untuk digunakan mengimpor, mendistribusikan, menyediakan atau memiliki.
m. tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik
Pasal 35 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik danatau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik
danatau dokumen elektronik tersebut seolah-olah data yang autentik phising= penipuan situs
n. tindak pidana tambahan accessoir
Pasal 36
Universitas Sumatera Utara
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melawan hukum dengan melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan pasal 34 yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain. o.
penyelesain sengketa Pasal 38
1 Setiap Orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang
menyelengarakan Sitem Elektronik danatau menggunakan Tekhnologi
Informasi yang menimbulkan kerugian.
2 Masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan terhadap pihak
yang menyelengarakan Sistem Elektronik danatau menggunakan Teknologi Informasi yang berakibat merugikan masyarakat, sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 39 1
Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
2 Selain penyelesaian gugatan perdata sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. p.
peran pemerintah dan peran masyarakat Pasal 40
1 Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
2 Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan
sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang menggangu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan. 3
Pemerintah menetapkan instansi atau institusi yang memiliki data elektronik strategis yang wajib dilindungi.
Pasal 41 1
Masyarakat dapat berperan meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi melalui penggunaan dan penyelengaraan Sistem Elektronik dan Transaksi
Elektronik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. q.
penyidikan
Pasal 42
Penyidikan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana dan ketentuan
dalam Undang-undang ini. Pasal 43
1 Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
diberi wewenag khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk melakukan Penyidikan tindak
pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 44
Universitas Sumatera Utara
Alat bukti penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan menurut ketentuan Undang-Undang ini adalah sebagai berikut:
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Perundang-undangan;
b. alat bukti lain berupa Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 dan angka 4 serta Pasal 5 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3.
r. ketentuan pidana
Pasal 45 1
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1, ayat 2 ayat 3, atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
2 Setiap Orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
s. terhadap ancaman pidana
Pasal 52 1
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1 menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan
pemberatan sepertiga dari pidana pokok 2
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 sampai dengan pasal 37 ditujukan terhadap komputer danatau sistem elektronik serta
informasi elektronik danatau dokumen elektronik milik pemerintah danatau digunakan untuk layanan publik dipidana dengan pidana dengan pidana
pokok ditambah sepertiga.
Universitas Sumatera Utara
3 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan
Pasal 37 ditujukan terhadap komputer danatau sistem elektronik serta informasi elektronik danatau milik pemerintah danatau badan strategis
termasuk dan tidak terbatas pada lembaga pertahanan, bank sentral, perbankan, keuangan, lembaga internasional, otoritas penerbangan diancam
dengan pidana maksimal ancaman pidana pokok masing-masing pasal ditambah dua pertiga.
4 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 37 dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.
t. ketentuan peralihan
Pasal 53 Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan
dan kelembagaan yang berhubungan dengan pemanfaatan Teknologi Informasi yang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku.
u. ketentuan penutup
Pasal 54 1
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 2
Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapakan paling lama 2 dua tahun setelah diundangkanya Undang-Undang ini.
2. Pengaturan Tindak Pidana Cyber Formil di Indonesia
Selain mengatur tindak pidana cyber materil, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur tindak pidana
Universitas Sumatera Utara
cyber formil, khususnya dalam bidang penyidikan. Pasal 42 Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur bahwa penyidikan terhadap tindak pidana dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana KUHAP dan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Artinya, ketentuan penyidikan dalam KUHAP tetap berlaku sepanjang tidak diatur lain dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Kekhususan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam penyidikan antara lain:
a. Penyidik yang menangani tindak pidana cyber ialah dari instansi Kepolisian
Negara RI atau Kementerian Komunikasi dan Informatika. b.
Penyidikan dilakukan dengan memperhatikan perlindungan terhadap privasi, kerahasiaan, kelancaran layanan publik, integritas data, atau keutuhan
data. c.
Penggeledahan dan atan penyitaan terhadap Sistem Elektronik yang terkait dengan dugaan tindak pidana harus dilakukan atas izin ketua pengadilan negeri
setempat. d.
Dalam melakukan penggeledahan danatau penyitaan Sistem Elektronik, penyidik wajib menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum.
Ketentuan penyidikan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berlaku pula terhadap penyidikan
Universitas Sumatera Utara
tindak pidana cyber dalam arti luas. Sebagai contoh, dalam tindak pidana perpajakan, sebelum dilakukan penggeledahan atau penyitaan terhadap server
bank, penyidik harus memperhatikan kelancaran layanan publik, dan menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Apabila dengan mematikan server bank akan mengganggu pelayanan publik,
tindakan tersebut tidak boleh dilakukan. Selain UU ITE, peraturan yang landasan dalam penanganan kasus cyber
crime di Indonesia ialah peraturan pelaksana UU ITE dan juga peraturan teknis
dalam penyidikan di masing-masing instansi penyidik.
C. Dalam Undang-Undang Hukum Positif Lainya