5.1.3. Hasil Analisis Nilai IRK Terhadap Jenis Histopatologi Karsinoma Ovarium Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
indeks resiko keganasan dengan jenis histopatologi jenis karsinoma serosum dan karsinoma musinosum. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Analisis IRK terhadap Jenis Histopatologi Karsinoma ovarium
IRK Karsinoma
Musinosum Karsinoma
Serosum Confident
Interval 95 Jumlah
n = 39 Persentase
Jumlah n=33
Persentase RP
p value
Lower - Upper
200 16
41 7
21,2 1,934
0,072 0,904 - 7,388
≥200 23
59 26
78,8
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan metode Chi Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 α=5, diperoleh nilai p p value sebesar 0,072
p0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara IRK dengan jenis histopatologi pada kejadian karsinoma ovarium.
5.2. Pembahasan
Dalam penelitian ini, diketahui rentang umur penderita karsinoma ovarium adalah 68 tahun, dengan umur terendah adalah 15 tahun dan umur tertinggi adalah
83 tahun. Penderita karsinoma ovarium terbanyak pada kelompok umur reproduksi yaitu sejumlah 34 kasus 47. Jumlah yang tidak jauh berbeda juga
didapati pada kelompok umur premenopause dan menopause jika digabungkan, dengan distribusi kasus adalah sejumlah 32 44,5. Hal ini sesuai dengan
penelitian Arania 2015 yang menemukan bahwa umur terbanyak penderita karsinoma ovarium adalah umur 31-40 dimana masa itu merupakan masa
reproduksi, kemudian diikuti dengan masa menopause. Penelitian sebelumnya juga mempunyai hasil yang tidak berbeda yaitu penelitian yang dilaksanakan dari
Januari 2009 hingga Desember 2011 di RSUP HAM dimana umur yang paling banyak menderita karsinoma ovarium adalah kelompok umur 35-50 tahun yaitu
sekitar 42,1 Johari 2011. Dalam Disaia 2007, karsinoma ovarium meningkat dengan cepat setelah umur 40 tahun, umur puncak adalah 50-60 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat distribusi umur penderita karsinoma ovarium menurut jenis histopatologinya, maka penderita karsinoma musinosum sebagian besar berasal
dari kelompok umur premenopause yaitu sejumlah 16 kasus 41. Untuk karsinoma jenis serosum, penderita sebagian besar berasal dari kelompok umur
reproduksi yaitu sejumlah 17 kasus 51,5. Hal ini tidak sesuai dengan Journal Clinical Oncology didapati bahwa umur rata-rata penderita karsinoma ovarium
jenis musinosum adalah 58 tahun rentang umur 32 tahun sampai 76 tahun dan kepustakaan memaparkan bahwa umur rata-rata penderita karsinoma musinosum
adalah 52 tahun. Hasil umur rata-rata penderita tidak berbeda jauh dengan karsinoma serosum yaitu 56 tahun Hoskins, 2005. Hal ini disebabkan ada
beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya karsinoma ovarium yaitu riwayat karsinoma ovarium dalam keluarga, nullipara, menopause yang
terlambat, kehamilan pertama setelah berumur lebih dari 30 tahun, dan sebagainya, sehingga terjadilah perbedaan umur yang didapat pada karsinoma
ovarium. Pada penelitian ini didapati penderita karsinoma ovarium terbanyak
terdapat pada kelompok nullipara yaitu sejumlah 32 kasus 44,4 sedangkan, kelompok kasus yang mempunyai paritas ≥3 dijumpai hasil dengan distribusinya
sejumlah 28 kasus 38,9. Hasil ini sejalan dengan penelitian Cannistra dkk 2008 yang menemukan bahwa nullipara merupakan suatu faktor risiko
terjadinya karsinoma ovarium. Pada penelitian Johari 2011 melaporkan bahwa insiden karsinoma ovarium paling banyak pada perempuan nullipara yaitu 91
orang 27. Hal ini bisa terjadi karena proses ovulasi yang berulang-ulang sehingga menimbulkan terjadinya iritasi kronis. Dalam ovulasi terjadi pelepasan
ovum dari ovarium sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk proliferasi sel epitel ovarium. Dalam penelitian Fachlevy dkk 2008 dikemukan hipotesis yang
mengungkapkan bahwa saat terjadinya ovulasi akan menyebabkan terjadi kerusakan pada epitel ovarium atau disebut sebagai hipotesis incessant ovulation.
Untuk proses perbaikan kerusakan epitel membutuhkan waktu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika penyembuhan belum tercapai secara
Universitas Sumatera Utara
sempurna, maka proses ini akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik.
Jika dilihat distribusi paritas penderita karsinoma ovarium berdasarkan jenis histopatologinya, maka penderita karsinoma musinosum sebagian besar
mempunyai paritas ≥3 yaitu sejumlah 20 kasus 51,3. Sedangkan, karsinoma serosum sebagian besar terdapat pada kelompok nullipara dengan distribusi
sejumlah 20 kasus 60,6. Hal ini sesuai dengan penelitian Damar 2004 yang menemukan bahwa multiparitas yang dapat menurunkan faktor resiko terjadinya
karsinoma ovarium lebih berpengaruh pada jenis karsinoma non-musinosum. Hasil yang sama juga ditemukan Purdie dkk 2000 yang meneliti tentang
perbedaan faktor resiko karsinoma musinosum dan karsinoma non-musinosum. Ada suatu hipotesis yang menduga bahwa karsinoma musinosum dan non
musinosum berkembang dengan mekanisme yang berbeda Risch dkk, 1996. Dari penelitian dapat dilihat bahwa penderita karsinoma ovarium
mayoritas memiliki nilai Ca 125 ≥35 Uml dengan distribusi sejumlah 66 kasus 91,7. Sedangkan, jumlah penderita karsinoma ovarium yang memiliki nilai Ca
125 35 Uml adalah sejumlah 6 kasus 8,3. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mulawardhana 2013 yang menyatakan bahwa nilai Ca 125 ini memiliki
sensitivitas yang tinggi pada karsinoma ovarium epitel dibandingkan dengan karsinoma ovarium non epitel dan tumor ovarium borderline. Hal ini disebabkan
karena Ca 125 adalah antigen yang mempunyai komponen glikoprotein dan dapat dikenali oleh antibodi mononuklonal murine OC 125 sebagai penanda dalam
karsinoma epitel. Penanda tumor Ca 125 diekspresikan oleh epitel coelomic dan amnion sewaktu perkembangan janin. Penanda tumor Ca 125 tidak diekspresikan
oleh epitel ovarium normal pada orang dewasa. Jika dilihat distribusi nilai Ca 125 berdasarkan jenis histopatologinya,
didapati tidak ada perbedaan jumlah yang bermakna antara jenis karsinoma musinosum dan karsinoma serosum. Dari data yang diperoleh, penderita
karsinoma musinosum yang memiliki nilai Ca 125 ≥35 Uml adalah sejumlah 35 orang 89,7. Untuk penderita karsinoma serosum yang memiliki nilai Ca 125
≥35 Uml adalah sejumlah 31 orang 93,9. Hal ini tidak sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
penelitian Malati 2007 menemukan bahwa nilai Ca 125 pada karsinoma serosum lebih meningkat dibandingkan karsinoma musinosum dan bahkan dalam
penelitian Tryanda dkk 2014 didapati kadar Ca 125 pada karsinoma musinosum normal 35 Uml. Hasil yang berbeda didapati kemungkinan disebabkan adanya
perbedaan umur, derajat differensiasi, ukuran tumor, adanya necrosis, dan invasi di luar ovarium Cambruzzi, 2014. Peningkatan serum Ca 125 juga dijumpai
berhubungan dengan kelainan yang bukan berasal dari ginekologi yaitu tuberkulosis, sirosis hepar, dan juga kondisi fisiologi yaitu kehamilan, dan
menstruasi Anastasi et al, 2013. Dari penelitian didapati penderita karsinoma ovarium terbanyak terdapat
pada kelompok premenopause yaitu sejumlah 51 kasus 70,8 sedangkan, pada kelompok menopause memiliki distribusi sejumlah 21 kasus 29,2. Hal ini
sesuai dengan penelitian Johari 2011 yang menemukan bahwa karsinoma ovarium banyak terjadi pada pasien yang belum menopause yaitu 202 kasus
59,9. Namun, penelitian Akturk 2011 menemukan bahwa karsinoma ovarium terbanyak pada pasien yang sudah menopause yaitu sejumlah 60. Hal
ini diduga karena adanya lonjakan hormon gonadotropin seperti FSH pada umur menopause yang dapat mengaktifkan jalur mitogenik dan merangsang proliferasi
sel epitel ovarium. Perbedaan pada penelitian kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang, dan status nutrisi
yang tidak seimbang yang menyebabkan mudahnya gen bermutasi yang memacu terjadinya keganasan.
Jika dilihat dari distribusi status menopause penderita karsinoma ovarium berdasarkan jenis histopatologinya, maka penderita karsinoma musinosum
sebagian besar berasal dari kelompok premenstruasi yaitu sejumlah 28 kasus 71,8. Jumlah yang tidak jauh berbeda juga dijumpai pada penderita karsinoma
serosum yang berasal dari kelompok premenstruasi yaitu 23 kasus 69,7. Hal ini sesuai dengan penelitian Purdie dkk 2001 bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna dalam status menopause antara jenis histopatologinya. Dalam penelitian ini, Skor USG pada penderita karsinoma ovarium
terdistribusi secara merata. Hal ini dapat dilihat bahwa penderita karsinoma
Universitas Sumatera Utara
ovarium yang memiliki skor USG 1 adalah sejumlah 39 kasus 54,2. Jika dibandingkan skor USG penderita karsinoma ovarium berdasarkan jenis
histopatologinya, didapati penderita karsinoma musinosum yang memiliki skor USG 1 adalah sejumlah 21 kasus 53,8 sedangkan, pada penderita karsinoma
serosum yang memiliki skor USG 3 adalah sejumlah 18 kasus 54,5. Dalam Penelitian ini, penderita karsinoma ovarium terbanyak terdapat
pada kelompok yang memiliki nilai IRK ≥200 adalah sejumlah 49 kasus 68,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Meray 2010 yang menyimpulkan bahwa Indeks
resiko keganasan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi pada karsinoma ovarium epitel dibandingkan dengan karsinoma ovarium non epitel dan tumor ovarium
borderline. Jika nilai IRK penderita karsinoma ovarium dibandingkan berdasarkan jenis histopatologinya, dapat dilihat bahwa karsinoma musinosum
yang memiliki IRK ≥200 adalah sejumlah 23 kasus 59 dan pada karsinoma serosum yang memiliki IRK ≥200 adalah sejumlah 26 kasus 78,8. Hal ini
dipengaruhi oleh ketiga komponen IRK yaitu nilai Ca 125, status menopause, dan skor USG. Hal ini sesuai dengan penelitian Thakur 2003 yang menyimpulkan
bahwa konsentrasi Ca 125 pada karsinoma serosum lebih tinggi dibandingkan jenis karsinoma musinosum. Menurut Jacobs, 1989 dalam Marpaung, 2007
peningkatan Ca 125 dijumpai lebih dari 80 pada karsinoma epitel ovarium non musinosum dan serosum, endometrioid dan karsinoma clear cell dari ovarium.
Peningkatan nilai Ca 125 ini tentu mempengaruhi nilai Indeks resiko keganasan. Nilai Ca 125 mempunyai keterbatasan dalam mendeteksi tumor musinosum
sehingga memberi nilai IRK yang rendah juga pada musinosum Khongthip dan Chaisuriyapun, 2013. Namun, setelah dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan metode Chi Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 α=5,
diperoleh nilai p p value sebesar 0,072 p0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara IRK dengan jenis histopatologi pada kejadian karsinoma
ovarium. kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh banyak kasus yang tidak dapat dievaluasi karena jenis karsinoma tidak jelas antara karsinoma musinosum atau
karsinoma serosum.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN SARAN