17 Keluarga yakin halusinasi yang dialami -
37 2
- akan sembuh
94.9 5.1 18 Keluarga bingung terhadap gangguan
- 35
4 -
perilakubicara-bicara sendiri yang sering 89.7 10.3
dilakukan pasien 19 Keluarga takut terjadi pengerusakan diri,
- 36
3 -
orang lain, lingkungan akibat halusinasi 92.3 7.7
pasien 20 keluarga merasa ragu atas kesembuhan
1 11
27 -
pasien yang mengalami halusinasi 2.6 28.2 69.2
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa 32 keluarga 82,1 setuju dengan pernyataan keluarga mengalami kesulitan dalam merawat pasien yang mengalami
halusinasi, 20
keluarga 51,3
setuju dengan
pernyataan lama
rawatanpengobatan yang berulang membutuhkan banyak biaya, 31 keluarga 79,5 setuju dengan pernyataan merawat anggota keluarga yang mengalami
halusinasi menyita waktu kerja, 32 keluarga 82,1 setuju dengan merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi membuat kelelahan anggota
keluarga, 36 keluarga 92,3 setuju dengan pernyataan keluarga merasa sedih memiliki anggota keluarga yang mengalami halusinasi, 36 keluarga 92,3
setuju dengan pernyataan keluarga takut terjadi pengerusakan diri, orang lain, lingkungan akibat halusinasi pasien.
5.2. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan didapatkan
beban keluarga di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan yaitu sedang 82,1. Hal ini sesuai dengan penelitian Suwardiman 2011 mengenai hubungan antara
dukungan keluarga dengan beban keluarga untuk mengikuti regimen terapeutik pada keluarga klien halusinasi di RSUD Serang. Penelitian Suwardiman 2011,
beban keluarga berada pada kondisi sedang dengan rata-rata penghasilan keluarga Rp.1.605.316,46,-. Bila dikaitkan dengan data demografi sebagian besar
responden berpenghasilan dibawah Upah Minimum Kabupaten Tapaktuan Rp.1.900.000,- 64,1, tentu ini akan membuat beban keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit akan lebih dirasakan. Hal ini juga didukung Penelitian oleh Gururaj, Bada, Reddy dan Chandrashkar 2008 menemukan
bahwa dari enam dimensi beban keluarga dengan skizofrenia, skor finansial memiliki rata-rata yang paling tinggi. Peneliti berasumsi bahwa faktor ekonomi
bisa menjadi penyebab kekambuhan karena keluarga tidak sanggup mematuhi regimen terapeutik klien halusinasi untuk tetap mendapat perawatan
kesehatannya, oleh karena itu, apabila keluarga tidak memiliki sumber dana yang cukup atau jaminan kesehatan, maka hal ini akan menjadi beban yang berat bagi
keluarga. Namun saat ini pemerintah telah menyelenggarakan program Jaminan Kesahatan Nasional tentu akan sedikit membatu keluarga dalam biaya
pengobatan. Dari data demografi juga didapatkan bahwa sebagian besar lama sakit anggota keluarga ≥ 1 tahun 61,5, dimana hal ini akan sedikit meringankan
beban keluarga dimana keluarga sudah mempunyai pengalaman dan dapat menerima segala stigma selama merawat pasien halusinasi sehingga beban yang
dirasakan keluarga sedang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO 2003, secara umum dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota keluarga mengalami halusinasi adalah tingginya beban
ekonomi, beban emosi keluarga, stress terhadap perilaku pasien yang terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan
keterbatasan melakukan aktivitas sosial. Selain itu juga muncul beban keluarga karena stigma sosial terhadap penderita halusinasi tersebut, beban yang muncul
bisa berupa psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 keluarga 51,3 menyatakan setuju bahwa lama rawatanpengobatan yang berulang membutuhkan
banyak biaya. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Ngadiran 2010 mengenai studi fenomenologi pengalaman keluarga tentang beban dan sumber dukungan
keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi di Cimahi dan Bandung, menyatakan bahwa beban yang di hadapi oleh partisipan dalam merawat anggota
keluarganya dengan halusinasi adalah beban psikologi, beban finansial dan masalah dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian diperkuat dengan
Friedman, 1998 mengemukakan bahwa beban keluarga obyektif meliputi beban keluarga dalam pelaksanaan merawat salah satu anggota keluarga yang
mengalami halusinasi, termasuk dalam beban keluarga obyektif ini adalah beban biaya finansial, untuk perawatan dan pengobatan, tempat tinggal, makanan, dan
transportasi. Dukungan instrumental keluarga merupakan fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
Universitas Sumatera Utara
Gangguan jiwa dapat berdampak negatif pada keluarga. Stuart Laraia, 2001, dalam Suwardiman, 2011 dampak yang terjadi meliputi ; meningkatnya
konflik dan stress keluarga, saling menyalahkan satu sama lain, kesulitan untuk mengerti dan menerima keluarganya yang sakit, meningkatnya emosi ketika
berkumpul dan kehilangan energi, waktu, uang untuk merawat anggota keluarganya.
Hasil penelitian menunjukkan 36 keluarga 92,3 menyatakan setuju bahwa keluarga merasa sedih memiliki anggota keluarga yang mengalami
halusinasi, 32 keluarga 82,1 menyatakan setuju keluarga merasa cemas akan keadaan penyakit yang dialami. Hal ini diperkuat pendapat Mohr 2006 bahwa
beban subyektif yang di rasakan oleh keluarga sebagai respon terhadap anggota keluarga yang gangguan mengalami jiwa adalah masalah rasa kehilangan, rasa
takut, merasa bersalah, rasa marah dan perasaan negatif lainnya yang dialami. Hasil penelitian menunjukkan 36 keluarga 92,3, keluarga menyatakan
setuju bahwa keluarga takut terjadi pengerusakan diri, orang lain, lingkungan akibat halusinasi pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiran
2010 mengenai studi fenomenologi pengalaman keluarga tentang beban dan sumber dukungan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi di Cimahi dan
Bandung yang menyatakan bahwa beban psikologi yang dirasakan partisipan selama merawat anggota keluarganya dengan perilaku halusinasi, adalah rasa
kecewa terhadap klien karena ketidak patuhan dalam minum obat, putus asa dalam menghadapai proses penyakit klien , marah terhadap perilaku klien, rasa
takut terhadap perilaku klien. Hal ini dikarenakan mayoritas responden 23 orang
Universitas Sumatera Utara
59,3 adalah perempuan. dimana beban akan lebih dirasakan dalam merawat pasien. Komar dan Muhanti 2007 yang menemukan bahwa jenis kelamin
memiliki pengaruh yang besar terhadap beban keluarga dalam mendukung keluarga dengan skizofrenia, dimana perempuan memiliki beban yang lebih berat
jika dibandingkan dengan laki-laki.
Perilaku klien dengan halusinasi di atas menimbulkan beban bagi keluarganya, karena keluarga harus lebih sabar, perhatian , menyediakan waktu
yang khusus, klien tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, selain itu masih banyak keluarga yang merasakan beban atau kesulitan dalam
merawat anggota keluarganya dengan halusinasi, keluarga sangat membutuhkan sumber-sumber dukungan seperti apa yang dapat mendukung keluarga tersebut
dalam merawat anggota keluarganya yang mengalamihalusinasi Ngadiran, 2010. Hasil penelitian menunjukkan 35 keluarga 89,7 , menyatakan setuju bahwa
keluarga bingung terhadap gangguan perilakubicara-bicara sendiri yang sering dilakukan pasien. Hal ini dikarenakan mayoritas 28 keluarga 74,4 memiliki
hubungan dengan pasien adalah anak. Hasil penelitian Sari 2009 dan Saunders 2003 bahwa beban keluarga akan dirasakan lebih berat pada individu yang
mempunyai hubungan langsung dengan klien. Keluarga menghadapi situasi penuh stres dan ketegangan karena memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Situasi penuh stres ini diperberat dengan tuntutan ekonomi akan perawatan anggota keluarga yang
mengalami halusinasi tersebut dalam jangka waktu yang tidak singkat dalam perawatan, kesabaran tinggi dalam menghadapi emosi, kekhawatiran akan
Universitas Sumatera Utara
perilaku maladaptif dan masa depannya. Situasi-situasi tersebut menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak mendapatkan intervensi secara
optimal dapat mengantarkan keluarga ke dalam krisis psikologis.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan dapat
disimpulkan bahwa Beban keluarga dalam merawat pasien halusinasi di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.
Yuluddin Away Tapaktuan yaitu sedang dengan sebagian besar responden berusia 41-50 tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama islam, berpendidikan SMA,
suku aceh, pekerjaan keluarga sebagai petani, penghasilan keluarga Rp.1.900.000,-,
hubungan dengan pasien adalah anak, lama sakit ≥ 1 tahun.
6.2. Saran 6.2.1. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Mahasiswa dan bahan tambahan informasi dalam pembelajaran keperawatan jiwa komunitas yang
berorientasi pada pasien dan keluarga yang menderita gangguan jiwa, sehingga informasi ini juga dapat dikembangkan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara