Masa pertumbuhan, aktivitas fisik yang berlebihan, kehamilan, dan laktasi meningkatkan kebutuhan terhadap energi dan nutrien esensial lain. Apabila tidak
dilakukan penyesuaian asupan nutrisi pada masa-masa tersebut, maka akan terjadi penurunan status nutrisi. Berbeda dengan hal tersebut, kebutuhan nutrisi
pada geriatri justru cenderung lebih kecil dibandingkan kelompok dewasa. b. Komposisi
diet Komposisi diet mempengaruhi availabilitas dan penggunaan nutrien. Sebagai
contoh, absorbsi besi mungkin akan terganggu oleh makanan kaya kalsium atau kadar asam askorbat yang rendah. Akibatnya, orang yang bersangkutan akan
mengalami defisiensi besi meskipun asupan besi adekuat.
2.1.4. Menilai Status Nutrisi
Beberapa fungsi penilaian status nutrisi menurut Dwyer 2005, yaitu. 1. skrining
malnutrisi 2.
menilai diet dan data-data lain untuk menentukan ada tidaknya malnutrisi serta mengidentifikasi penyebab malnutrisi
3. perencanaan terapi nutrisi
Menurut WHO, beberapa metode yang bisa dipakai untuk mengetahui keadaan gizi suatu kelompok, yaitu Bardosono, 2009.
1. Survei: digunakan untuk menentukan data dasar gizi danatau menentukan
status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan metode cross sectional
. 2.
Surveilans: dengan pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu. Data dikumpulkan, dianalisis, digunakan untuk jangka waktu yang panjang
sehingga dapat diketahui penyebab malnutrisi. 3. Penapisan:
untuk mengidentifikasi
individu malnutrisi yang memerlukan intervensi, dengan cara membandingkan hasil pengukuran individu berdasarkan
baku rujuk.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Metode langsung lebih terfokus kepada individu dan kriteria objektif sedangkan
metode tidak langsung cenderung dipakai di komunitas untuk merefleksikan keadaan nutrisi. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sementara itu, penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
Supariasa dkk., 2002. Antropometri meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan,
lingkar kepala pada bayi dan balita. Untuk mengukur status gizi secara adekuat, sejumlah penilaian spesifik juga diperlukan, misalnya Indeks Massa Tubuh IMT,
rasio Lingkar Pinggang Pinggul LPP, Berat Badan Relatif BBR. Pengukuran seperti lipatan triseps juga dapat dipakai guna mengkalkulasi lemak atau protein
tubuh Supariasa dkk., 2002. Metode biokimiawi atau biofisik digunakan untuk mengetahui terjadinya
defisiensi berupa pengurangan derajat penyimpanan zat gizi dalam jaringan atau cairan tubuh atau pengukuran fungsi fisiologis yang berkaitan dengan zat gizi
tertentu. Metode klinis digunakan untuk mendeteksi tanda klinis dan anatomis yang merupakan manifestasi dari malnutrisi. Metode ini bisa dilakukan dengan menilai
riwayat medis atau pemeriksaan fisik Supariasa dkk., 2002. Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data seperti ini berguna untuk memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, survei konsumsi
dibagi menjadi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Proses penimbangan dan recall
merupakan contoh dari metode kuantitatif sedangkan riwayat dan frekuensi makan merupakan contoh metode kualitatif Supariasa dkk., 2002.
Metode statistik vital mengidentifikasi hasil morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh defisiensi gizi berdasarkan statistik kesehatan. Sedangkan metode
Universitas Sumatera Utara
faktor ekologi mengidentifikasi faktor nongizi yang dapat mempengaruhi status gizi masyarakat, meliputi kondisi fisik, biologis, dan lingkungan budaya Supariasa dkk.,
2002.
2.2. Menarche 2.2.1. Defenisi Menarche