Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan

lama dari umur ekonomis, tapi untuk keperluan penyusutan yang dipakai sebagai dasar adalah umur ekonomis. 4. Metode Penyusutan Penentuan metode penyusutan berhubungan dengan pola pemakaian aktiva tetap suatu perusahaan harus mempertimbangkan suatu metode penyusutan yang cocok dan sesuai dengan pola pendapatan yang bervariasi yang dihasilkan oleh suatu aktiva. Untuk menerapkan suatu metode penyusutan, diperlukan adanya pertimbangan yang rasional dalam pemilihan salah satu metode. Penerapan suatu metode berhubungan dengan prinsip konsistensi, yaitu terus menerus dari suatu periode ke periode selanjutnya. Dengan adanya konsistensi metode maka dapat diukur peningkatanpenurunan pendapatan operasi.

C. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK yang mengatur tentang aktiva tetap mencakup kerangka dasar penyusunan dan menyajikan laporan keuangan adalah PSAK No. 16, sedangkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK yang mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan terdapat pada PSAK No. 17 tentang akuntansi penyusutan. Tujuan PSAK tentang penyusutan ini adalah mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan. Masalah utama dalam penyusutan suatu aktiva adalah menetukan jumlah yang dapat disusutkan, metode penyusutan, dan penentuan masa manfaat keekonomian. Universitas Sumatera Utara Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan. Penyusutan yang terjadi karena hal ini dapat berpengaruh dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Jumlah yang dapat disusutkan depreciable suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva tetap dipergunakan oleh perusahaan sepanjang masa manfaat. Tetapi faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusak saat suatu aktiva menganggur juga dapat mengurangi manfaat keekonomian. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : 16.9, faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva adalah: 1. Penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik. 2. Keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada operasional seperti jumlah penggantian dari perusahaan, dan perawatan aktiva pada saat menganggur idle 3. Keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi, atau dan perubahan permintaan pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan oleh aktiva, dan 4. Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan. Tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi, walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah biasanya memiliki usia tidak terbatas oleh karena itu tidak disusutkan, sedangkan bangunan memiliki usia terbatas, oleh karena itu disusutkan. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva ditentukan setelah mengurangi nilai sisa. Universitas Sumatera Utara Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi masa manfaat aktiva dengan berbagai metode. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, sebagai penyedia daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Walaupun prinsip konsistensi tidak melarang adanya perubahan metode penyusutan apabila adanya perubahan ke metode yang baru dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih wajar dan dapat diandalkan. Metode penyusutan yang lazim digunakan dalam praktek akuntansi seperti halnya menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : 17.1 menyatakan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: a Berdasarkan Waktu i. Metode garis lurus straight line method ii. Metode pembebanan yang menurun a Metode jumlah angka tahun sum-of-the-years-digit-method b Metode saldo menurunsaldo menurun ganda decliningdouble Declining method b Berdasarkan penggunaannya. i. Metode jam-jasa service-hours method ii. Metode jumlah unit produksi productive-output method c Berdasarkan kriteria lainnya. i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok group and composite method ii. Metode anuitas annuity method iii. Metode persediaan inventory method Universitas Sumatera Utara Ad 1. Berdasarkan Waktu. Adapun metode penyusutan berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu: − Metode Garis Lurus Straight Line Method Metode penyusutan aktiva ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling umum dipakai. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa sebuah aktiva tetap menurun kegunaannya dengan tingkat yang konstan. Dalam metode garis lurus, beban penyusutan setiap tahunnya merupakan fungsi dari lewatnya waktu dan bukan fungsi penggunaan aktiva. Juga dalam metode penyusutan ini, beban penyusutan tiap periodenya adalah sama tanpa memperdulikan tingkat penggunaan aktiva yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan menurut metode garis lurus adalah Beban penyusutan = Atau n n , 100 = taksiran umur manfaat Contoh: Tanggal 1 September 2005 perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga Rp 6.600.000,-. Diperkirakan nilai residu mesin ditaksir Rp 600.000,- dan taksiran umur penggunaannya 5 tahun. Hitunglah penyusutan mesin tersebut. Diketahui : Biaya akuisisi = Rp 6.600.000,- Nilai residu = Rp 600.000,- Biaya akuisisi – nilai residu Estimasi umur manfaat dalam tahun Universitas Sumatera Utara Umur aktiva n = 5 tahun, maka Beban penyusutan = Tahun 6.600.000-600.000 5 = Rp 1.200.000,- Atau 100: 5 = 20, maka tarif yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutannya adalah 20. Untuk melihat penyusutannya tiap tahun dapat dilihat dari table berikut. Tabel 2.1: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Harga perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rp 6.600.000 - 412x1.200.000 = 400.000 1212x1.200.000 = 1.200.000 1212x1.200.000 = 1.200.000 1212x1.200.000 = 1.200.000 1212x1.200.000 = 1.200.000 812x1.200.000 = 800.000 - 400.000 1.600.000 2.800.000 4.000.000 5.200.000 6.600.000 6.200.000 5.000.000 3.800.000 2.600.000 1.400.000 600.000 6.600.000 Sumber : Harahap 2002 − Metode Pembebanan Yang Menurun Metode beban yang menurun seringkali disebut juga dengan metode penyusutan dipercepat untuk menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum ada metode beban menurun yang digunakan, yaitu: - Metode jumlah angka tahun sum-of-the-years-digit-method Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan biaya awal – nilai sisa. Setiap Universitas Sumatera Utara pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, misalnya umur ekonomis 5 tahun maka 5+4+3+2+4=15 15 sebagai penyebut, atau n n + 12. Dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Contoh : Seperti pada kasus terdahulu, harga perolehan Rp 6.600.000,- Nilai sisa Rp 600.000,-, dan umur penggunaan aktiva 5 tahun. Untuk menghitung penyusunan tiap tahunnya dapat dilihat pada table berikut. Tabel 2.2: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun Tahun Harga perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6.600.000,- - 515x412x6.000.000 = 666.667 515x812x6.000.000+ 415x412x6.000.000 = 1.866.667 415x812x6.000.000+ 315x412x6.000.000 =1.466.667 315x812x6.000.000+ 215x412x6.000.000 =1.066.667 215x812x6.000.000+ 115x412x6.000.000 = 666.667 115x812x6.000.000 = 266.667 - 666.667 2.533.334 4.000.000 5.066.667 5.733.334 6.000.000 6.600.000 5.933.333 4.066.666 2.600.000 1.533.333 866.666 600.000 Sumber : Harahap 2002 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beban penyusutan pada periode awal taksiran umur manfaat tinggi dan periode selanjutnya menurun. Pandangan yang dianut metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga penyusutannya pada awal pemakaiannya besar. Universitas Sumatera Utara - Metode saldo menurun declining-balance method Metode ini sama halnya seperti metode jumlah angka tahun, dalam metode saldo menurun beban penyusutan secara periodik akan menurun selama taksiran umur aktiva. Hanya saja beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan suatu tariff persentase tertentu dengan nilai buku aktiva, Persentase tarif penyusutan dapat dihitung dengan rumus : C S r n − Dimana : r ratio = tarif penyusutan S solvage value = nilai residu C cost = harga perolehan aktiva n = taksiran umur manfaat Contoh : Seperti kasus terdahulu, dimana: C = Rp 6.600.000,- S = Rp 600.000,- n = 5 tahun Maka r = 5 000 . 600 . 6 000 . 600 1 − = 5 910 . 1 − = 1- 0,6191 = 38,09 Universitas Sumatera Utara Beban penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat melalui table berikut : Tabel 2.3: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Tahun Harga perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6.600.000 - 38,09x412x6.600.000 = 837.980 38,09x812x6.600.000 = 1.675.960 38,09x412x4.086.060 = 518.793 38,09x812x4.086.060 = 1.037.587 38,09x412x2.529.680 = 321.185 38.09x812x2.529.680 = 642.370 38,09x412x1.566.125 = 198.846 38,09x812x1.566.125 = 397.691 38,09x412x 969.588 = 123.105 38,09x812x 969.588 = 246.211 - 837.980 2.513.940 3.032.733 4.070.320 4.391.505 5.033.875 5.232.721 5.630.412 5.753.517 6.000.000 6.600.000 5.762.020 4.086.060 3.567.267 2.529.680 2.208.495 1.566.125 1.367.279 969.588 846.483 600.000 Sumber : Harahap 2002 - Metode saldo menurun ganda double-declining-balance method Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban penyusutan secara periodik semakin menurun sepanjang umur manfaat aktiva. Beban penyusutan diperoleh dengan mengalikan tarif penyusutan yang tiap periodenya tetap dengan nilai buku aktiva yang semakin menurun. Sama seperti perhitungan untuk menentukan beban penyusutan menurut metode saldo menurun, dalam metode ini nilai residu juga tidak diperhitungkan. Cara yang paling umum dan mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo menurun ganda adalah dengan melipatgandakan tarif penyusutan garis lurus. Misalnya, umur aktiva ditaksir adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah 100 : 4 = 25. Maka tarif beban penyusutan metode saldo menurun ganda adalah : 2 x 25 = 50. Universitas Sumatera Utara Contoh: Seperti kasus terdahulu, maka depresiasi untuk hal diatas adalah: Depresiasi = 2x 100 n = 2x 100 Tahun = 40 5 Beban penyusutan tiap tahunnya dihitung melalui table berikut: Tabel 2.4: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda Harga perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010 6.600.000 - 40x412x6.600.000 = 880.000 40x812x6.600.000 = 1.760.000 40x412x3.960.000 = 528.000 40x812x3.960.000 = 1.056.000 40x412x2.376.000 = 316.800 40x812x2.376.000 = 633.000 40x412x1.425.600 = 190.080 40x812x1.425.600 = 380.160 40x412x 855.360 = 399.168 40x812x 855.360 = 228.096 - 880.000 2.640.000 3.168.000 4.224.000 4.540.800 5.174.400 5.364.480 5.744.640 6.143.808 6.371.904 6.600.000 5.720.000 3.960.000 3.432.000 2.376.000 2.059.200 1.425.600 1.235.520 855.360 456.192 228.096 Sumber : Harahap 2002 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai residunya tidak sama dengan yang diperkirakan yaitu Rp 600.000,-. Ini dapat dialihkan penggunaan metode saldo menurun ganda ke metode garis lurus atau metode jumlah angka tahun, karena jumlah nilai residualnya melebihi dari penyusutan yang dihitung. Tujuan diubahnya metode adalah untuk mencapai nilai residual yang sama seperti taksiran pada awal perolehan aktiva tetap bersangkutan. Perubahan metode ini tidak memerlukan jurnal koreksi. Universitas Sumatera Utara Ad 2. Berdasarkan Penggunaan. Metode yang digunakan atas dasar penggunaan lebih memandang faktor berlalunya waktu daripada faktor penggunaan sebagai dasar penyusutan. Metode penyusutan berdasarkan faktor penggunaan memandang faktor teknis aktiva yang sangat berhubungan dengan tingkat pemakaian aktiva tersebut. Penyusutan berdasarkan penggunaan dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu: i. Metode Jam Jasa Service-hours method Metode jam jasa didasarkan suatu anggapan bahwa pembelian aktiva tetap adalah merupan pembelian sejumlah jam pemakaianpenggunaan jam kerja aktiva dikalikan dengan tarif penyusutan. Harga perolehan dikurangi dengan nilai residu jika ada dibagi dengan taksiran jam kerja produktif seluruhnya adalah merupakan tarif penyusutan. Dalam rumus dapat ditulis: Penyusutan perjam = n s c − Dimana: C cost = harga perolehan aktiva S solvage value = nilai residu n = taksiran total jamkerja Contoh: Seperti kasus terdahulu, harga perolehan mesin adalah Rp 6.600.000,-, nilai residu Rp 600.000,- bila estimasi umur pemakaiannya adalah 25.000 jam, maka penyusutan per jam dapat dihitung sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Penyusutan per jam = jam 000 . 25 000 . 600 000 . 600 . 6 − = Rp 240, perjam Untuk penyusutan berdasarkan metode jam jasa dapat disajikan melalui table berikut: Tabel 2.5: Perhitungan Beban Penyusutan Berdasarkan Metode Jam Jasa. Tahun Jam Pemakaian Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Perhitungan Jumlah 2005 2005 2006 2007 2008 2009 - 4.000 5.000 6.000 3.000 7.000 - 4.000xRp240 5.000xRp240 6.000xRp240 3.000xRp240 7000xRp240 - Rp 960.000 Rp 1.200.000 Rp 1.440.000 Rp 720.000 Rp 1.680.000 - Rp 960.000 Rp 2.160.000 Rp 3.600.000 Rp 4.320.000 Rp 6.000.000 Rp 6.600.000 Rp 5.640.000 Rp 4.440.000 Rp 3.000.000 Rp 2.280.000 Rp 600.000 25.000 Rp 6.600.000 Sumber : Harahap 2002 ii. Metode Jumlah Unit Produksi Productive-Output Method Dengan metode ini beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang diproduksi dalam periode tersebut. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan membagi nilai perolehan dikurangi nilai residu jika ada dengan taksiran total unit yang diproduksi aktiva untuk periode tersebut. Rumus untuk menghitung penyusutan adalah : Penyusutan per unit = n S C − C = nilai perolehan aktiva S = nilai residu n = taksiran total unit produksi Universitas Sumatera Utara Jika dalam contoh kasus sebelumnya ditaksir bahwa mesin tersebut akan dapat menghasilkan 500.000 unit, maka penyusutan per unit produksi dihitung sebagai berikut: Penyusutan per unit = 000 . 500 000 . 600 000 . 600 . 6 − = Rp 12 Misalkan selama tahun pertama mesin tersebut diharapkan akan menghasilkan produksi 75.000 unit, tahun kedua 125.000 unit, tahun ketiga 100.000 unit, tahun keempat 150.000 unit dan tahun kelima 50.000 unit, maka daftar penyusutan untuk mesin tersebut dapat dilihat pada table berikut : Tabel 2.6 : Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi Tahun Harga Perolehan Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Tarif Peny Rp Nilai Barang yang Disusutkan Beban Penyusutan 2005 2005 2006 2007 2008 2009 6.600.000 12 x 75.000 = 900.000 12 x 125.000 = 1.500.000 12 x100.000 = 1.200.000 12 x150.000 = 1.800.000 12 x 50.000 = 600.000 900.000 2.400.000 3.600.000 5.400.000 6.000.000 6.600.000 5.700.000 4.200.000 3.000.000 1.200.000 600.000 500.000 6.000.000 Sumber : Harahap 2002 Metode jumlah unit produksi sebaiknya dipakai bila aktiva tetap tersebut kondisinya menjadi menurun karena banyaknya pemakaian dan bukannya karena untuk memproduksi suatu barang, semakin banyak barang yang dihasilkan, semakin besar penyusutan yang akan dibebankan. Universitas Sumatera Utara Ad 3. Metode Berdasarkan Kriteria Lainnya. Dalam menentukan beban penyusutan dengan metode ini dapat dibedakan atas: i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok Group And Compisite Method - Metode berdasarkan jenis group depreciation method Untuk menghitung penyusutannya terlebih dahulu harus ditentukan tarif rata- rata dari sekelompok aktiva tetap yang mempunyai jenis dan manfaat yang sama, sehingga biaya penyusutan adalah hasil kali antara tarif rata-rata tersebut dengan harga perolehan sekelompok aktiva tetap tersebut setelah dikurangi nilai sisanya. Contoh: Sepuluh buah peralatan sejenis mempunyai cost total Rp 15.000.000,- ditaksir mempunyai masa manfaat rata-rata 5 tahun. Tiga buah peralatan tersebut akan berhenti dari operasinya pada akhir tahun ke-4, dan empat buah pada akhir tahun ke-5, dan sisanya akhir tahun ke-6. Dengan menggunakan group depreciation method, berdasarkan rata-rata umur tersebut 20 dari cost akan dibebankan sebagai penyusutan, ikhtisar penyusutan dibuat pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.7: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Jenis Akhir tahun Biaya peny. 20 pertahun Harga perolehan Akumulasi penyusutan Nilai Buku Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo 1 2 3 4 5 6 400.000 400.000 400.000 400.000 280.000 120.000 2.000.000 600.000 800.000 600.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 1.400.000 600.000 - 600.000 800.000 600.000 400.000 400.000 400.000 400.000 280.000 120.000 400.000 800.000 1.200.000 1.000.000 480.000 - 2.000.000 1.600.000 1.200.000 800.000 400.000 120.000 - Sumber : Harahap 2002 Maka pada akhir tahun ke-1, 2, 3, dan 4 dicatat penyusutan sebagai berikut: Beban penyusutan peralatan Rp 400.000,- Akumulasi penyusutan peralatan Rp 400.000,- Pada akhir tahun ke-5 dan ke-6 akan dicatat biaya penyusutan masing-masing sebesar Rp 280.000,- dan Rp 120.000,- - Metode berdasarkan kelompok Composite Depreciation Method Jika dalam metode jenis aktiva yang dikelompokkan adalah sejenis, maka dalam metode ini aktiva yang dikelompokkan itu tidak sejenis, penyusutannya dihitung dengan cara mencari rate terlebih dahulu. Penyusutan harus dicatat dalam perkiraan tersendiri untuk setiap aktiva. Jika terjadi penarikan salah satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkredit perkiraan aktiva itu dan mendebet Universitas Sumatera Utara perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu. Untuk menghitung tarif rate tersebut diperlihatkan melalui contoh berikut: Tabel 2.8: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Kelompok Peralatan Harga Perolehan Nilai Residu Jumlah Dapat Disusutkan Taksiran Umur Penyusutan Pertahun A B C D 200.000 120.000 80.000 50.000 50.000 20.000 10.000 5.000 150.000 100.000 70.000 45.000 20 10 8 5 7.500 10.000 8.750 9.000 450.000 85.000 365.000 35.250 Sumber : Harahap 2002 Tarif penyusutan dihitung sebagai berikut: Tarif penyusutan = 100 arg tan x perolehan a h total penyusu biaya total = 100 000 . 450 000 . 365 x = 81,11 Tarif penyusutan tersebut dikenakan terhadap total harga perolehan untuk memperoleh biaya penyusutan setiap tahunnya yaitu: 81,11 x Rp 450.000,- = Rp 365.000,- Biaya penyusutan dicatat sebagai berikut: Biaya penyusutan peralatan Rp 365.000,- Akumulasi penyusutan peralatan Rp 365.000,- Universitas Sumatera Utara ii. Metode Anuitas Anuity Method Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehanya dianggap sebagai present value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Dalam metode ini, penyusutan dianggap sebagai angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Rumus untuk mencari beban penyusutan dengan metode anuitas adalah: Penyusutan d = ni PVIF NS C − Dimana: C = harga perolehan N = present value S = nilai residu n = umur aktiva i = bunga Contoh: Dalam contoh kasus sebelumnya, yaitu: C = Rp 6.600.000,- S = Rp 600.000,- n = 5 tahun i = 10 Maka penyusutannya adalah : Universitas Sumatera Utara 10 : 5 10 : 5 000 . 600 000 . 600 . 6 PVIF x PV d − = 7908 , 3 000 . 600 6209 . 000 . 600 . 6 x d − = 7908 , 3 540 . 372 000 . 600 . 6 − = d 782 . 642 . 1 . Rp d = Beban penyusutan pertahun adalah Rp 1.642.782,-. Angka tersebut akan didistribusikan sebagai Implicit Interest Revenue dan penyusutan, Interest revenue adalah 10 dari nilai buku. Tabel 2.9 : Perhitungan Beban Penyusutan Berdasarkan Metode Anuitas Tahun Penyusutan Implicit interest revenue 10 Akumulasi penyusutan pertahun Akumulasi penyusutan Nilai buku 1 2 3 4 5 Rp 1.642.782 1.642.782 1.642.782 1.642.782 1.642.782 Rp 660.000 561.721 453.615 334.699 203.890 Rp 982.782 1.081.061 1.189.167 1.308.083 1.438.392 Rp 982.782 2.063.843 3.253.010 4.561.093 5.999.985 Rp 6.600.000 5.617.218 4.536.157 3.346.990 2.038.907 600.000 Rp 8.213.910 Rp2.213.925 Rp5.999.485 Sumber : Harahap 2002 iii. Sistem Persediaan Inventory System Sistem persediaan adalah tipe sistem yang digunakan dalam situasi dimana jumlah aktiva itu besar dengan harga perolehan yang kecil-kecil, seperti peralatan untuk sebuah perusahaan industri atau perkakas untuk sebuah restauran. Metode ini cukup mudah di pakai tetapi tidak sistematis dan rasional karena ada unsur Universitas Sumatera Utara penafsiran yang dilakukan dalam perhitungan penyusutan, disamping itu juga sulit untuk menentukan nilai aktiva tersebut pada akhir periode. Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aktiva tetap yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi dengan persediaan akhir aktiva tetap tersebut.

D. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan