lama dari umur ekonomis, tapi untuk keperluan penyusutan yang dipakai sebagai dasar adalah umur ekonomis.
4. Metode Penyusutan
Penentuan metode penyusutan berhubungan dengan pola pemakaian aktiva tetap suatu perusahaan harus mempertimbangkan suatu metode penyusutan yang cocok
dan sesuai dengan pola pendapatan yang bervariasi yang dihasilkan oleh suatu aktiva. Untuk menerapkan suatu metode penyusutan, diperlukan adanya
pertimbangan yang rasional dalam pemilihan salah satu metode. Penerapan suatu metode berhubungan dengan prinsip konsistensi, yaitu terus menerus dari suatu
periode ke periode selanjutnya. Dengan adanya konsistensi metode maka dapat diukur peningkatanpenurunan pendapatan operasi.
C. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK yang mengatur tentang aktiva tetap mencakup kerangka dasar penyusunan dan menyajikan laporan keuangan adalah
PSAK No. 16, sedangkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK yang mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan terdapat pada
PSAK No. 17 tentang akuntansi penyusutan. Tujuan PSAK tentang penyusutan ini adalah mengatur tentang pembebanan
penyusutan aktiva yang dapat disusutkan. Masalah utama dalam penyusutan suatu aktiva adalah menetukan jumlah yang dapat disusutkan, metode penyusutan, dan
penentuan masa manfaat keekonomian.
Universitas Sumatera Utara
Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan. Penyusutan yang terjadi karena hal ini dapat berpengaruh dalam
menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Jumlah yang dapat disusutkan depreciable suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis
sepanjang masa manfaatnya. Manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva tetap dipergunakan oleh perusahaan sepanjang masa manfaat. Tetapi faktor lain
seperti keusangan teknis dan aus serta rusak saat suatu aktiva menganggur juga dapat mengurangi manfaat keekonomian.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : 16.9, faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva adalah:
1. Penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan.
Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik.
2. Keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada operasional seperti
jumlah penggantian dari perusahaan, dan perawatan aktiva pada saat menganggur idle
3. Keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi, atau dan
perubahan permintaan pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan oleh aktiva, dan
4. Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti habisnya
waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan.
Tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi, walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah biasanya memiliki usia tidak
terbatas oleh karena itu tidak disusutkan, sedangkan bangunan memiliki usia terbatas, oleh karena itu disusutkan. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva ditentukan
setelah mengurangi nilai sisa.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi masa manfaat aktiva dengan berbagai metode. Metode manapun yang dipilih, konsistensi
dalam penggunaannya adalah perlu tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, sebagai penyedia daya banding hasil operasi perusahaan
dari periode ke periode. Walaupun prinsip konsistensi tidak melarang adanya perubahan metode penyusutan apabila adanya perubahan ke metode yang baru dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih wajar dan dapat diandalkan. Metode penyusutan yang lazim digunakan dalam praktek akuntansi seperti halnya
menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : 17.1 menyatakan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:
a Berdasarkan Waktu
i. Metode garis lurus straight line method ii. Metode pembebanan yang menurun
a Metode jumlah angka tahun sum-of-the-years-digit-method
b Metode saldo menurunsaldo menurun ganda decliningdouble
Declining method b
Berdasarkan penggunaannya. i. Metode jam-jasa service-hours method
ii. Metode jumlah unit produksi productive-output method
c Berdasarkan kriteria lainnya.
i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok group and composite method ii. Metode anuitas annuity method
iii. Metode persediaan inventory method
Universitas Sumatera Utara
Ad 1. Berdasarkan Waktu. Adapun metode penyusutan berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi 2 dua
yaitu: −
Metode Garis Lurus Straight Line Method Metode penyusutan aktiva ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling
umum dipakai. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa sebuah aktiva tetap menurun kegunaannya dengan tingkat yang konstan. Dalam metode garis lurus,
beban penyusutan setiap tahunnya merupakan fungsi dari lewatnya waktu dan bukan fungsi penggunaan aktiva. Juga dalam metode penyusutan ini, beban penyusutan
tiap periodenya adalah sama tanpa memperdulikan tingkat penggunaan aktiva yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan menurut metode garis
lurus adalah Beban penyusutan =
Atau
n n
, 100
= taksiran umur manfaat Contoh:
Tanggal 1 September 2005 perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga Rp 6.600.000,-. Diperkirakan nilai residu mesin ditaksir Rp 600.000,- dan taksiran
umur penggunaannya 5 tahun. Hitunglah penyusutan mesin tersebut. Diketahui :
Biaya akuisisi = Rp 6.600.000,-
Nilai residu = Rp 600.000,-
Biaya akuisisi – nilai residu Estimasi umur manfaat dalam tahun
Universitas Sumatera Utara
Umur aktiva n = 5 tahun, maka Beban penyusutan =
Tahun 6.600.000-600.000
5 = Rp 1.200.000,-
Atau 100: 5 = 20, maka tarif yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutannya adalah 20.
Untuk melihat penyusutannya tiap tahun dapat dilihat dari table berikut.
Tabel 2.1: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus
Harga perolehan
Beban penyusutan Akumulasi
penyusutan Nilai buku
2005 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Rp 6.600.000
- 412x1.200.000 = 400.000
1212x1.200.000 = 1.200.000 1212x1.200.000 = 1.200.000
1212x1.200.000 = 1.200.000 1212x1.200.000 = 1.200.000
812x1.200.000 = 800.000 -
400.000 1.600.000
2.800.000 4.000.000
5.200.000 6.600.000
6.200.000 5.000.000
3.800.000 2.600.000
1.400.000 600.000
6.600.000 Sumber : Harahap 2002
− Metode Pembebanan Yang Menurun
Metode beban yang menurun seringkali disebut juga dengan metode penyusutan dipercepat untuk menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun
awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum ada metode beban menurun yang digunakan, yaitu:
- Metode jumlah angka tahun sum-of-the-years-digit-method
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan biaya awal – nilai sisa. Setiap
Universitas Sumatera Utara
pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, misalnya umur ekonomis 5 tahun maka 5+4+3+2+4=15 15 sebagai penyebut, atau n n + 12.
Dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang.
Contoh : Seperti pada kasus terdahulu, harga perolehan Rp 6.600.000,- Nilai sisa
Rp 600.000,-, dan umur penggunaan aktiva 5 tahun. Untuk menghitung penyusunan tiap tahunnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 2.2: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun
Tahun Harga
perolehan Beban penyusutan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku
2005 2005
2006 2007
2008 2009
2010 6.600.000,-
- 515x412x6.000.000 = 666.667
515x812x6.000.000+ 415x412x6.000.000 = 1.866.667
415x812x6.000.000+ 315x412x6.000.000 =1.466.667
315x812x6.000.000+ 215x412x6.000.000 =1.066.667
215x812x6.000.000+ 115x412x6.000.000 = 666.667
115x812x6.000.000 = 266.667 -
666.667 2.533.334
4.000.000 5.066.667
5.733.334 6.000.000
6.600.000 5.933.333
4.066.666 2.600.000
1.533.333 866.666
600.000
Sumber : Harahap 2002 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beban penyusutan pada periode awal taksiran umur
manfaat tinggi dan periode selanjutnya menurun. Pandangan yang dianut metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih
besar pada perusahaan sehingga penyusutannya pada awal pemakaiannya besar.
Universitas Sumatera Utara
- Metode saldo menurun declining-balance method
Metode ini sama halnya seperti metode jumlah angka tahun, dalam metode saldo menurun beban penyusutan secara periodik akan menurun selama taksiran umur
aktiva. Hanya saja beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan suatu tariff persentase tertentu dengan nilai buku aktiva, Persentase tarif penyusutan
dapat dihitung dengan rumus : C
S r
n −
Dimana : r ratio
= tarif penyusutan S solvage value
= nilai residu C cost
= harga perolehan aktiva n
= taksiran umur manfaat Contoh :
Seperti kasus terdahulu, dimana: C = Rp 6.600.000,-
S = Rp 600.000,- n = 5 tahun
Maka r =
5
000 .
600 .
6 000
. 600
1 −
=
5
910 .
1 −
= 1- 0,6191 = 38,09
Universitas Sumatera Utara
Beban penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat melalui table berikut :
Tabel 2.3: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun
Tahun Harga
perolehan Beban penyusutan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku 2005
2005 2006
2007 2008
2009 2010
6.600.000 -
38,09x412x6.600.000 = 837.980 38,09x812x6.600.000 = 1.675.960
38,09x412x4.086.060 = 518.793 38,09x812x4.086.060 = 1.037.587
38,09x412x2.529.680 = 321.185 38.09x812x2.529.680 = 642.370
38,09x412x1.566.125 = 198.846 38,09x812x1.566.125 = 397.691
38,09x412x 969.588 = 123.105 38,09x812x 969.588 = 246.211
- 837.980
2.513.940 3.032.733
4.070.320 4.391.505
5.033.875 5.232.721
5.630.412 5.753.517
6.000.000 6.600.000
5.762.020 4.086.060
3.567.267 2.529.680
2.208.495 1.566.125
1.367.279 969.588
846.483 600.000
Sumber : Harahap 2002
- Metode saldo menurun ganda double-declining-balance method
Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban penyusutan secara periodik semakin menurun sepanjang umur manfaat aktiva. Beban penyusutan diperoleh
dengan mengalikan tarif penyusutan yang tiap periodenya tetap dengan nilai buku aktiva yang semakin menurun. Sama seperti perhitungan untuk
menentukan beban penyusutan menurut metode saldo menurun, dalam metode ini nilai residu juga tidak diperhitungkan. Cara yang paling umum dan mudah
untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo menurun ganda adalah dengan melipatgandakan tarif penyusutan garis lurus.
Misalnya, umur aktiva ditaksir adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah 100 : 4 = 25. Maka tarif beban penyusutan metode saldo
menurun ganda adalah : 2 x 25 = 50.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: Seperti kasus terdahulu, maka depresiasi untuk hal diatas adalah:
Depresiasi = 2x 100 n
= 2x 100
Tahun = 40
5 Beban penyusutan tiap tahunnya dihitung melalui table berikut:
Tabel 2.4: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda
Harga perolehan
Beban penyusutan Akumulasi
penyusutan Nilai buku
2005 2005
2006 2007
2008 2009
2010 6.600.000
- 40x412x6.600.000
= 880.000 40x812x6.600.000
= 1.760.000 40x412x3.960.000
= 528.000 40x812x3.960.000
= 1.056.000 40x412x2.376.000
= 316.800 40x812x2.376.000
= 633.000 40x412x1.425.600
= 190.080 40x812x1.425.600
= 380.160 40x412x 855.360
= 399.168 40x812x 855.360
= 228.096 -
880.000 2.640.000
3.168.000 4.224.000
4.540.800 5.174.400
5.364.480 5.744.640
6.143.808 6.371.904
6.600.000 5.720.000
3.960.000 3.432.000
2.376.000 2.059.200
1.425.600 1.235.520
855.360 456.192
228.096
Sumber : Harahap 2002 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai residunya tidak sama dengan yang
diperkirakan yaitu Rp 600.000,-. Ini dapat dialihkan penggunaan metode saldo menurun ganda ke metode garis lurus atau metode jumlah angka tahun, karena jumlah nilai
residualnya melebihi dari penyusutan yang dihitung. Tujuan diubahnya metode adalah untuk mencapai nilai residual yang sama seperti taksiran pada awal perolehan aktiva
tetap bersangkutan. Perubahan metode ini tidak memerlukan jurnal koreksi.
Universitas Sumatera Utara
Ad 2. Berdasarkan Penggunaan. Metode yang digunakan atas dasar penggunaan lebih memandang faktor
berlalunya waktu daripada faktor penggunaan sebagai dasar penyusutan. Metode penyusutan berdasarkan faktor penggunaan memandang faktor teknis aktiva yang
sangat berhubungan dengan tingkat pemakaian aktiva tersebut. Penyusutan berdasarkan penggunaan dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu:
i. Metode Jam Jasa Service-hours method Metode jam jasa didasarkan suatu anggapan bahwa pembelian aktiva tetap adalah
merupan pembelian sejumlah jam pemakaianpenggunaan jam kerja aktiva dikalikan dengan tarif penyusutan. Harga perolehan dikurangi dengan nilai residu jika ada
dibagi dengan taksiran jam kerja produktif seluruhnya adalah merupakan tarif penyusutan. Dalam rumus dapat ditulis:
Penyusutan perjam =
n s
c −
Dimana: C cost
= harga perolehan aktiva S solvage value = nilai residu
n = taksiran total jamkerja
Contoh: Seperti kasus terdahulu, harga perolehan mesin adalah Rp 6.600.000,-, nilai residu
Rp 600.000,- bila estimasi umur pemakaiannya adalah 25.000 jam, maka penyusutan per jam dapat dihitung sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Penyusutan per jam = jam
000 .
25 000
. 600
000 .
600 .
6 −
= Rp 240, perjam Untuk penyusutan berdasarkan metode jam jasa dapat disajikan melalui table berikut:
Tabel 2.5: Perhitungan Beban Penyusutan Berdasarkan Metode Jam Jasa.
Tahun Jam
Pemakaian Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Perhitungan
Jumlah 2005
2005 2006
2007 2008
2009 -
4.000 5.000
6.000 3.000
7.000 -
4.000xRp240 5.000xRp240
6.000xRp240 3.000xRp240
7000xRp240 -
Rp 960.000 Rp 1.200.000
Rp 1.440.000 Rp 720.000
Rp 1.680.000 -
Rp 960.000 Rp 2.160.000
Rp 3.600.000 Rp 4.320.000
Rp 6.000.000 Rp 6.600.000
Rp 5.640.000 Rp 4.440.000
Rp 3.000.000 Rp 2.280.000
Rp 600.000
25.000 Rp 6.600.000
Sumber : Harahap 2002
ii. Metode Jumlah Unit Produksi Productive-Output Method Dengan metode ini beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang
diproduksi dalam periode tersebut. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan membagi nilai perolehan dikurangi nilai residu jika ada dengan taksiran total unit
yang diproduksi aktiva untuk periode tersebut. Rumus untuk menghitung penyusutan adalah :
Penyusutan per unit =
n S
C −
C = nilai perolehan aktiva S = nilai residu
n = taksiran total unit produksi
Universitas Sumatera Utara
Jika dalam contoh kasus sebelumnya ditaksir bahwa mesin tersebut akan dapat menghasilkan 500.000 unit, maka penyusutan per unit produksi dihitung sebagai
berikut: Penyusutan per unit =
000 .
500 000
. 600
000 .
600 .
6 −
= Rp 12 Misalkan selama tahun pertama mesin tersebut diharapkan akan menghasilkan
produksi 75.000 unit, tahun kedua 125.000 unit, tahun ketiga 100.000 unit, tahun keempat 150.000 unit dan tahun kelima 50.000 unit, maka daftar penyusutan
untuk mesin tersebut dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.6 : Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi
Tahun Harga
Perolehan Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
Tarif Peny
Rp Nilai
Barang yang
Disusutkan Beban
Penyusutan 2005
2005 2006
2007 2008
2009 6.600.000
12 x 75.000
= 900.000 12
x 125.000 = 1.500.000
12 x100.000
= 1.200.000 12
x150.000 = 1.800.000
12 x 50.000
= 600.000 900.000
2.400.000 3.600.000
5.400.000 6.000.000
6.600.000 5.700.000
4.200.000 3.000.000
1.200.000 600.000
500.000 6.000.000
Sumber : Harahap 2002
Metode jumlah unit produksi sebaiknya dipakai bila aktiva tetap tersebut kondisinya menjadi menurun karena banyaknya pemakaian dan bukannya karena untuk
memproduksi suatu barang, semakin banyak barang yang dihasilkan, semakin besar penyusutan yang akan dibebankan.
Universitas Sumatera Utara
Ad 3. Metode Berdasarkan Kriteria Lainnya. Dalam menentukan beban penyusutan dengan metode ini dapat dibedakan atas:
i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok Group And Compisite Method - Metode berdasarkan jenis group depreciation method
Untuk menghitung penyusutannya terlebih dahulu harus ditentukan tarif rata- rata dari sekelompok aktiva tetap yang mempunyai jenis dan manfaat yang
sama, sehingga biaya penyusutan adalah hasil kali antara tarif rata-rata tersebut dengan harga perolehan sekelompok aktiva tetap tersebut setelah
dikurangi nilai sisanya. Contoh:
Sepuluh buah peralatan sejenis mempunyai cost total Rp 15.000.000,- ditaksir mempunyai masa manfaat rata-rata 5 tahun. Tiga buah peralatan
tersebut akan berhenti dari operasinya pada akhir tahun ke-4, dan empat buah pada akhir tahun ke-5, dan sisanya akhir tahun ke-6. Dengan
menggunakan group depreciation method, berdasarkan rata-rata umur tersebut 20 dari cost akan dibebankan sebagai penyusutan, ikhtisar
penyusutan dibuat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Jenis
Akhir tahun
Biaya peny.
20 pertahun
Harga perolehan Akumulasi penyusutan
Nilai Buku
Debet Kredit
Saldo Debet
Kredit Saldo
1 2
3 4
5 6
400.000 400.000
400.000 400.000
280.000 120.000
2.000.000 600.000
800.000 600.000
2.000.000 2.000.000
2.000.000 2.000.000
1.400.000
600.000 -
600.000 800.000
600.000 400.000
400.000 400.000
400.000 280.000
120.000 400.000
800.000 1.200.000
1.000.000 480.000
- 2.000.000
1.600.000 1.200.000
800.000 400.000
120.000
-
Sumber : Harahap 2002
Maka pada akhir tahun ke-1, 2, 3, dan 4 dicatat penyusutan sebagai berikut: Beban penyusutan peralatan
Rp 400.000,- Akumulasi penyusutan peralatan
Rp 400.000,-
Pada akhir tahun ke-5 dan ke-6 akan dicatat biaya penyusutan masing-masing sebesar Rp 280.000,- dan Rp 120.000,-
- Metode berdasarkan kelompok Composite Depreciation Method Jika dalam metode jenis aktiva yang dikelompokkan adalah sejenis, maka dalam
metode ini aktiva yang dikelompokkan itu tidak sejenis, penyusutannya dihitung dengan cara mencari rate terlebih dahulu. Penyusutan harus dicatat dalam perkiraan
tersendiri untuk setiap aktiva. Jika terjadi penarikan salah satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkredit perkiraan aktiva itu dan mendebet
Universitas Sumatera Utara
perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu. Untuk menghitung tarif rate tersebut diperlihatkan melalui contoh berikut:
Tabel 2.8: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Kelompok
Peralatan Harga
Perolehan Nilai
Residu Jumlah
Dapat Disusutkan
Taksiran Umur
Penyusutan Pertahun
A B
C D
200.000 120.000
80.000 50.000
50.000 20.000
10.000
5.000 150.000
100.000 70.000
45.000 20
10 8
5 7.500
10.000 8.750
9.000 450.000
85.000 365.000
35.250 Sumber : Harahap 2002
Tarif penyusutan dihitung sebagai berikut: Tarif penyusutan =
100 arg
tan x
perolehan a
h total
penyusu biaya
total
=
100 000
. 450
000 .
365 x
= 81,11 Tarif penyusutan tersebut dikenakan terhadap total harga perolehan untuk memperoleh
biaya penyusutan setiap tahunnya yaitu: 81,11 x Rp 450.000,- = Rp 365.000,- Biaya penyusutan dicatat sebagai berikut:
Biaya penyusutan peralatan Rp 365.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan Rp 365.000,-
Universitas Sumatera Utara
ii. Metode Anuitas Anuity Method Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang memberikan kontribusi
selama umur teknisnya. Harga perolehanya dianggap sebagai present value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur
teknisnya. Dalam metode ini, penyusutan dianggap sebagai angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi
penyusutan. Rumus untuk mencari beban penyusutan dengan metode anuitas adalah: Penyusutan d =
ni
PVIF NS
C −
Dimana: C = harga perolehan
N = present value S = nilai residu
n = umur aktiva i = bunga
Contoh: Dalam contoh kasus sebelumnya, yaitu:
C = Rp 6.600.000,- S = Rp 600.000,-
n = 5 tahun i = 10
Maka penyusutannya adalah :
Universitas Sumatera Utara
10 :
5 10
: 5
000 .
600 000
. 600
. 6
PVIF x
PV d
− =
7908 ,
3 000
. 600
6209 .
000 .
600 .
6 x
d −
=
7908 ,
3 540
. 372
000 .
600 .
6 −
= d
782 .
642 .
1 .
Rp d
= Beban penyusutan pertahun adalah Rp 1.642.782,-. Angka tersebut akan didistribusikan
sebagai Implicit Interest Revenue dan penyusutan, Interest revenue adalah 10 dari nilai buku.
Tabel 2.9 : Perhitungan Beban Penyusutan Berdasarkan Metode Anuitas Tahun
Penyusutan Implicit
interest revenue
10 Akumulasi
penyusutan pertahun
Akumulasi penyusutan
Nilai buku
1 2
3 4
5 Rp 1.642.782
1.642.782 1.642.782
1.642.782 1.642.782
Rp 660.000 561.721
453.615 334.699
203.890 Rp 982.782
1.081.061 1.189.167
1.308.083 1.438.392
Rp 982.782 2.063.843
3.253.010 4.561.093
5.999.985 Rp 6.600.000
5.617.218 4.536.157
3.346.990 2.038.907
600.000 Rp 8.213.910
Rp2.213.925 Rp5.999.485 Sumber : Harahap 2002
iii. Sistem Persediaan Inventory System Sistem persediaan adalah tipe sistem yang digunakan dalam situasi dimana jumlah
aktiva itu besar dengan harga perolehan yang kecil-kecil, seperti peralatan untuk sebuah perusahaan industri atau perkakas untuk sebuah restauran. Metode ini
cukup mudah di pakai tetapi tidak sistematis dan rasional karena ada unsur
Universitas Sumatera Utara
penafsiran yang dilakukan dalam perhitungan penyusutan, disamping itu juga sulit untuk menentukan nilai aktiva tersebut pada akhir periode.
Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aktiva tetap yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan,
kemudian dikurangi dengan persediaan akhir aktiva tetap tersebut.
D. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan