Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pada APBD Di Pemerintahan Kota Di Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH

KABUPATEN DI SUMATERA UATARA TAHUN 2008-2010

OLEH

Yuzli Hasibuan 100522020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pada APBD Di Pemerintahan Kota Di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

Yuzli Hasibuan NIM : 100522020


(3)

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah terhadap pengalokasian belanja modal. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di provinsi Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variable independen dan belanja modal sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.

Kata Kunci : pajak daerah, retribusi daerah dan belanja modal


(4)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province. And so far is the influence to local taxes and retributions receipt.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable.

The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.

Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure. .


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daeraha dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak.

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Iskandar Muda, M.Si, Ak selaku Pembaca Penilai yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi.

6. Kepada Abah dan Ummi serta keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang, didikan, perhatian, doa, serta dukungan moril dan materil kepada penulis, serta terimakasih kepada teman-teman saya yang telah membantu mulai dari pemilihan judul hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Juli 2012 Penulis,

Yuzli Hasibuan NIM : 100522020


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan Asli Daerah ... 7

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 7

2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah ... 7

B. Belanja Modal ... 16

1. Pengertian Belanja Modal ... 16

2. Klasifikasi Belanja Modal ... 18

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

D. Kerangka Konseptual ... 21


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Jenis Dan Sumber Data ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 26

F. Metode Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 33

B. Hasil Penelitian ... 35

1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35

2 Pengujian Asumsi Klasik ... 36

2.1 Uji Normalitas ... 36

2.2 Uji Multikolinearitas ... 40

2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41

2.4 Uji Autokorelasi ... 43

2.5 Uji Regresi ... 44

C. Pengujian Hipotesis ... 45

3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-T) ... 45

3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 46

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50


(9)

C. Keterbatasan Penelitian ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN ... 54


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20 Tabel 3.2 Daftar Kabupaten di Sumatera Utara ... 24 Tabel 3.5 Defenisi Operasional Variabel ... 27


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Data Sampel Penelitian ... 54

Lampiran ii Waktu Penelitian ... 59

Lampiran ix Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 37

Lampiran x Hasil Uji Normalitas Data ... 39

Lampiran xi Hasil Uji Multikolinearitas ... 42

Lampiran xii Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 44

Lampiran xiii Hasil Uji Autokorelasi ... 45

Lampiran xiv Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46

Lampiran xv Hasil Uji-F ... 47


(12)

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah terhadap pengalokasian belanja modal. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di provinsi Sumatera Utara.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variable independen dan belanja modal sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.

Kata Kunci : pajak daerah, retribusi daerah dan belanja modal


(13)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province. And so far is the influence to local taxes and retributions receipt.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable.

The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.

Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure. .


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belanja modal yang sebagai perubahan yang fundamental di dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) telah mulai dilakukan pasca reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah. Sebelumnya di dalam APBD, pengaokasian untuk jenis belanja berupa investasi, diklasifikasikan ke dalam belanja pembangunan. Layaknya belanja pembangunan, belanja modal dilakukan oleh pemerintah daerah untuk pengadaan asset daerah sebagai investasi, dalam rangka membiayai pelaksanaan otonomi daerah yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alokasi belanja modal disesuaikan dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana untuk kelancaran aktivitas kegiatan pemerintah daerah tersebut.

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi pedoman dalam melakukan pelayanan publik selama satu periode. Anggaran daerah disebut juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam penyusunan APBD, eksekutif dan legislatif melakukan kesepakatan mengenai Kebijakan Umum APBD dan Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja. Eksekutif akan membuat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBD), kemudian diberikan kepada legislatif untuk dibahas dan ditetapkan menjadi sebuah Peraturan Daerah (Perda). Dalam


(15)

pelaksanaannya, legislatif akan bertindak sebagai pengawas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja tersebut.

Dana yang dibutuhkan dalam pemenuhan anggaran belanja yang telah dibuat berasal dari beberapa sumber. Yang pertama adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan sumber penerimaan yang bergantung pada kemampuan daerah untuk mengolah sumber-sumber ekonomi asli daerah. Pengolahan tersebut yang akan dimanfaatkan dalam proses untuk mewujudkan pembangunan daerah yang berkelanjutan. Dalam proses inilah yang sering disalahgunakan oleh pihak eksekutif maupun legislatif untuk melakukan keputusan pengalokasian sesuai dengan kepentingan pribadinya.

Keberhasilan peningkatan PAD hendaknya tidak hanya diukur dari jumlah yang diterima, tetapi juga diukur dengan perannya untuk mengatur perekonomian masyarakat agar dapat lebih berkembang, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan landasan yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.


(16)

Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah ini berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah. Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.

Untuk dapat memenuhi pengeluaran belanja modal pemerintah, maka sumber-sumber pendapatan yang ada harus dapat dioptimalkan. Penerimaan pajak kendaraaan bermotor, retribusi, pendapatan transfer dan pendapatan lain-lain. Dengan melakukan optimalisasi pendapatan tersebut, maka pemerintah dapat memenuhi semua pengeluaran belanja rutin dalam periode tertentu

Pendapatan Asli Daerah itu sendiri terdiri dari 4 Bagian yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada penelitian ini peneliti membatasi objek penelitian dengan hanya melingkupi pajak daerah dan retribusi daerah saja. Hal ini dikarenakan 2 komponen penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar adalah Pajak daerah dan Retribusi daerah sehingga kedua


(17)

komponen tersebut diharapkan telah mewakili komponen Pendapatan Asli Daerah.

Sebagaimana yang diketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negara. Dari pajak tersebut yang akhirnya akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, Pajak daerah juga berperan serta dalam membiayai pembangunan daerah. Tanpa adanya pajak daerah maka kebutuhan akan dana pembangunan akan sulit untuk dipenuhi karena telah diketahui bahwa sebagian besar pendapatan negara kita adalah berasal dari pajak. Oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini harus ditangani secara tepat agar iuran pajak ataupun retribusi daerah dapat dimanfaatkan dengan baik.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah sejak otonomi daerah setiap daerah berusaha menggali potensi keuangannya melalui Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian seharusnya Pendapatan Asli Daerah memiliki kontribusi terbesar dalam penerimaan daerah namun pada praktiknya, Dana Alokasi Umum (DAU) lebih mendominasi dalam keuangan daerah dimana kedua dana tersebut digunakan sebagai dana utama untuk membiayai belanja daerah. Berdasarkan pengumpulan data awal terdapat gambaran adanya kesenjangan antara komposisi Pendapatan

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja


(18)

pemerintah daerah yang dikenal dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.

Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan ini diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, dari berbagai jenis anggaran belanja daerah Pemerintah Daerah mengalokasikan dana berbentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik .

Terkait dengan hal ini, Irma Syahfitri (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara. Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan penelitian dimana variable independen yang digunakan kurang spesifik dan sampel


(19)

hanya berjumlah 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Selain itu penelitian ini juga hanya dilakukan pada periode 2004-2006. Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, saya selaku peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian replikasi yang berjudul Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk menguji pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utar”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten di Sumatera Utara”.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendapatan Asli Daerah

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi hasil pajak dan bukan pajak.

2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari pajak daerah dan pajak provinsi.

1) Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.


(21)

Menurut Siahaan (2005:7)

“pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan pembangunan”.

Menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang dimaksud pajak daerah adalah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dari pengertian pajak daerah tersebut d iatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.

Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. a) Pajak Provinsi


(22)

2000, yakni :

(1) pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, (2) bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,

(3) pajak bahan bakar kendaraan bermotor,

(4) pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

b) Pajak Kabupaten / Kota

Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain : (1) pajak hotel,

(2) pajak restoran, (3) pajak hiburan, (4) pajak reklame,

(5) pajak penerangan jalan,

(6) pajak pengambilan bahan galian golongan C, (7) pajak parkir.

2) Retribusi Daerah

Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan

Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang


(23)

berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

a) bagian laba perusahaan milik daerah, b) bagian laba lembaga keuangan daerah, c) bagian laba lembaga keuangan non bank, d) bagian laba atas penyertaan modal/investasi. 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

a) hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, b) penerimaan jasa giro,

c) penerimaan bunga deposito,

d) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,

e) penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah.

2. Pajak Daerah a. Pajak Provinsi

1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air yaitu semua kendaraan beroda dua atau lebih


(24)

beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas bahan baker yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan baker yang digunakan untuk kendaraan diatas air.

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan untuk orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.


(25)

Tarif Pajak Provinsi adalah :

1) pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%, 2) bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10%,

3) pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%,

4) pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah 20%.

b.Pajak kabupaten/Kota

1) Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yaitu bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau beristirahat, memperoleh pelayanan dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

2) Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran, yaitu tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai kopi , kedai mie, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiskotik dan berkaraoke, usaha jasa katering dan usaha jasa boga.


(26)

3) Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelengaraan hiburan, yaitu semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran tidak termasuk pengangguran fasilitas untuk berolahraga.

4) Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

5) Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C

Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan


(27)

perundangundangan yang berlaku. 7) Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.

Tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah : 1) pajak hotel 10%,

2) pajak restoran 10%, 3) pajak hiburan 35%, 4) pajak reklame 25%,

5) pajak penerangan jalan 10%,

6) pajak pengambilan bahan galian golongan C 20%, 7) pajak parkir 20%.

3. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usahadan


(28)

retribusi perizinan tertentu

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum :

1) pelayanan Kesehatan,

2) pelayaran Persampahan/Kebersihan,

3) penggantian Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil, 4) pelayanan pemakaman dan penguburan mayat.

5) Pelayanan Parkir di tepi jalan 6) Pelayanan Pasar

7) Pengujian Kendaraan Bermotor 8) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran 9) Penggantian biaya cetak peta

10) Pengujian Kapal Perikanan

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan swasta karena pada dasarnya dapat pula disediakan pihak swasta.


(29)

Jenis Retribusi Jasa Usaha : 1) pemakaian kekayaan daerah, 2) pasar grosir/pertokoan, 3) tempat pelelangan, 4) terminal,

5) tempat khusus parkir,

6) tempat penginapan/pesanggerahan/villa, 7) penyedotan kakus,

8) rumah potong hewan.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana ataupun fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu : 1) izin mendirikan bangunan,

2) izin tempat penjualan minuman beralkohol, 3) izin gangguan,


(30)

B. Belanja Modal

1. Pengertian Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja modal dibagi menjadi belanja publik dan belanja modal.

a) Belanja publik

Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian mobil ambulans,

b) Belanja operator

Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas,

Menurut Halim (2004:73) belanja modal merupakan “belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan kata lain belanja


(31)

modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

2. Klasifikasi Belanja Modal

Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu belanja modal tanah, belanja modal peralatan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan irigasi dan jaringan, dan belanja modal fisik lainnya.

a) Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah

pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/penambahan/pernggantian/ dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan dan sampai peralatan dan mesin


(32)

dimaksud dalam kondisi siap pakai.

c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah

pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

d) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

e) Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan / pembangunan / pembuatan / serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan


(33)

bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.3

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Hasil

Syahfitri (2008) Indepen : 1.Pertumbuhan Ekonomi 2.Pendapatan Asli Daerah (PAD) 3.Dana Alokasi Umum (DAU) Dependen : 1.Belanja Modal

1. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal sedangkan Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh signifikan negative terhadap Belanja Modal. 2. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,, Pendapatan Asli Daerah

(PAD), dan Dana

Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Handoko (2009) Independen : 1.Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dependen : 1.Belanja Modal Pertumbuhan PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal


(34)

Syukriy (2006)

Independen

1.Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dependen :

1.Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah.

1. Pada penelitian ini memiliki dua variabel baru yaitu Pajak daerah dan Retribusi Daerah yang juga merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah. Disini peneliti ingin menguji apakah variabel ini juga berpengaruh terhadap Belanja Modal.

2. Sampel penelitian pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya, sampel yang digunakan sebanyak 12 kabupaten/kota, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 19 kabupaten/kota.

D. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam menggali sumber keuangan sendiri dalam membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Sumber penerimaan keuangan yang mmemberikan kontribusi terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah yaitu : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah itu sendiri bersumber dari


(35)

masyarakat dan sudah selayaknya Pemerintah Daerah mengalokasikannya dalam bentuk belanja modal untuk mendukung kegiatan pemerintah, memfasilitasi, kegiatan perekonomian masyarakat dalam bentuk sarana maupun prasarana untuk pelayanan public lainnya sebagai tujuan meningkatkan kualitas layanan publik.

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas maka Pajak Daerah

(X1)

Retribusi Daerah (X2)

Belanja Modal (Y) H1

H3


(36)

hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.

H2 : Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.

H3 ; Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat. Menurut Umar (2003:30) “Desain kausal berguna untuk mengukur hubunganhubungan antara variabel riset, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Rochaety (2009:63) “ Populasi : sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten terdapat di Sumatera Utara pada tahun 2008-2010. Jumlah populasi adalah 25 Kabupaten yang ada di Sumatera Utara.

Tabel 3.2

Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Sumatera Utara

Nomor Pemerintah Kabupaten

1 Kabupaten Asahan

2 Kabupaten Batubara 3 Kabupaten Dairi

4 Kabupaten Deli Serdang

5 Kabupaten Humbang Hasundutan

6 Kabupaten Karo

7 Kabupaten Labuhan Batu

8 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 9 Kabupaten Labuhan Batu Utara 10 Kabupaten Langkat

11 Kabupaten Mandailing Natal 12 Kabupaten Nias

13 Kabupaten Nias Barat 14 Kabupaten Nias Selatan


(38)

16 Kabupaten Padang Lawas 17 Kabupaten Padang Lawas Utara 18 Kabupaten Pakpak Barat

19 Kabupaten Samosir

20 Kabupaten Serdang Bedagai 21 Kabupaten Simalungun 22 Kabupaten Tapanuli Selatan 23 Kabupaten Tapanuli Tengah 24 Kabupaten Tapanuli Utara 25 Kabupaten Toba Samosir 26 Kabupaten Gunung Sitoli

Sumber :

Menurut Rochaety (2009:63) “Sampel : sebagian dari unit-unit populasi yang diperoleh melalui sampling tertentu”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel karena memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan keuangannya secara konsisten dari tahun 2008-2010,

2. Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah pemekaran selama tahun 2008-2010.

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Menurut Umar (2003:60) “Data sekunder


(39)

merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data time series. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa internal waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data-data dari Laporan Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota sejak tahun 2005-2008 dengan bersumber dari laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable independen dan Variabel dependen.

1. Variabel independen atau bebas (X)

Menurut Umar (2003:50), “Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain”.

2. Variabel dependen atau terikat (Y)


(40)

variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen”.

Tabel 3.5

Defenisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Nama

Variabel

Defenisi

Independen (X1)

Pajak Daerah Pajak Daerah

adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/ kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan

asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD. Independen (X2) Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau


(41)

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau

diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.

Dependen (Y) Belanja Modal Belanja Modal

adalah pengeluaran

anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan bantuan program Software SPSS for windows 18.0. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengujian asumsi klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Untuk


(42)

itu sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati data normal. Jika terdapat data yang terdistribusi secara tidak normal maka uji statistik t dan F tidak dapat diterapkan. Pengujian tentang normal atau tidaknya suatu data dilakukan dengan 2 cara yaitu : dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik untuk melihat distribusi normal dapat dilihat dengan grafik histogram dan grafik normal Probability-Plot. Sedangkan dengan uji statistik dapat dilakukan dengan uji non parametric Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Jika variable bebas (independen) saling berkolerasi, maka variabel-variabel tidak orthogonal.


(43)

Variabel Orthogonal adalah adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam suatu model regresi adalah sebagai berikut.

1) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas VIF =1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10=0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolonieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antarvariabel independen sehingga terjadi multikolonieritas.

3) Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-square diatas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dimodel terkena multikolonieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke


(44)

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastistas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedasitas (Homoskedastisitas). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas.

1) melihat Grafik Plot, 2) uji Park,

3) uji Glejser, 4) uji White.

Kebanyakan data crosssection mengandung situasi Heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual


(45)

(kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke obsertvasi berikutnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (timeseries) karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi seorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. 2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana (single regression) dan analisis regresi berganda

(multiple regressions). Hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan model regresi linear sederhana untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yaitu pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal secara terpisah sedangkan Hipotesis ketiga dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat pengaruh seluruh variabel secara serentak. Hipotesis ini juga dapat dianalisis dengan melakukan uji:

a. Uji statistik “t” atau uji signifikan parameter individual, untuk menunjukkan seberapah jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen.

Pengujian hipotesis pertama (H1) dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap belanja modal secara parsial.

b. Uji statistik “F” atau uji signifikansi simultan ; untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai


(46)

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen. Pengujian hipotesis ketiga dianalisis dengan regresi berganda untuk melihat pengaruh varibel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap belanja modal


(47)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Pulau Sumatera yang berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut.

Utara : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Selat Malaka,

Selatan : berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Samudera Indonesia,

Barat : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Samudera Indonesia,

Timur : berbatasan dengan Selat Malaka.

Berbatasan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 k elompok wilayah yaitu :

1. Pantai barat ( Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias), 2. Daratan tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi),

3. Pantai timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu).

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di Kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatera sesaat


(48)

Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km2 dibagi kepada 25 kabupaten, 8

kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan berbagai aliran keperayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 2000, penduduk Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia) dengan pertumbuhan 1,20 % per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk.

Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten yang telah ditentukan sebagai sampel. Adapun kabupaten yang terpilih menjadi sampel penelitian berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebanyak 19 sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran (i).


(49)

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_BM 31 11.30 27.28 20.4710 6.72757

LN_RD 30 7.85 23.05 17.0264 6.63140

LN_PD 30 7.63 23.61 17.1604 6.55121

Valid N (listwise) 28

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran iv)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa (dalam ribuan rupiah) : a. Rata-rata dari belanja modal adalah 20.4710 dengan

standard deviasi 6.72757 dan jumlah data yang ada adalah 30. Nilai belanja modal (Y) tertinggi adalah 27.28 dan nilai belanja modal terendah adalah 11.30

b Rata-rata dari pajak daerah adalah 17.0246 dengan standard deviasi 6.63140 dan jumlah data yang ada adalah 30. Nilai pajak daerah (X1) tertinggi adalah 23.05 dan nilai pajak daerah terendah adalah 7.85


(50)

c. Rata-rata dari retribusi daerah adalah 17.0264 dengan standard deviasi 6.63140 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai retribusi daerah (X2) tertinggi adalah adalah 23.61 dan nilai retribusi daerah terendah adalah 7.63.

2. Pengujian Asumsi Klasik a) Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabelyang akan digunakan dalam penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapatdideteksi melalui dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik.

1) Analisis Grafik

Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, ditunjukkan sebagai berikut :


(51)

Gambar 4.1

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran x)

Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram terebut memberikan pola distribusi data megikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut adalah normal.


(52)

Gambar 4.2

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran xi)

Berdasarkan pada gambar 4.2, Ghozali (2005) menyatakan bahwa “jika distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya”. Dari hasil uji normalitas diatas, dengan menggunakan grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

2) Uji statistik

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :


(53)

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

H0: Diterima apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, sedangkan

H0: Ditolak jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test transformasi data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 28

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .96225045 Most Extreme Differences Absolute .118

Positive .118

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .622

Asymp. Sig. (2-tailed) .834

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran xii)

Hasil analisis metode one Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,62 dan tidak signifikan pada 0,05

(karena Asymp. Sig (2 tailed) 0.834 > dari 0,05) jadi kita tidak dapat menolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistibusi

secara normal atau dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.


(54)

b) Uji Multikolonieritas

Uji multikoloniearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Menurut Ghozali (2005) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearitas.


(55)

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18(lampiran viii)

Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka Tolerance pajak daerah (PD), retribusi daerah (RD) > 0,10 dan VIF nya > 10. Hasil Pengujian ini mengindikasikan bahwa terjadi multikolonieritas diantara variabel independen dalam penelitian. Tindakan perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan salah satu dari beberapa cara yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel penelitian ke dalam fungsi Logaritma Natural (LN), sehingga data pajak daerah dan retribusi daerah menjadi LN_pajak daerah atau LN(PD) dan LN_retribusi daerah atau LN(RD).

c) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 3.231 .396 8.163 .000

LN_RD 1.370 .331 1.351 4.141 .036 .110 9.066

LN_PD -.369 .337 -.357 -1.095 .523 .110 9.066


(56)

heteroskedastisitas. Grafik scatterplot digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadiheterokedastisitas. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heterokedastisitas. Metode pengambilan keputusan dengan uji heteroskedastisitas dengan melihat scatterplots yaitu dengan melihat jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan dibawah 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah pada heteroskidastisitas pada model regresi. Dari table 4.5 dapat disimpulkan bahwa titk-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah sumbu 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi masalah heteroskidastisitas.Hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :

Gambar 4.5


(57)

Gambar scatterplot diatas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar scatterplot ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen (belanjamodal) berdasarkan masukan variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah.

d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu (t) dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(58)

Tabel 4.6 Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .995a .990 .989 .71809 1.810

a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD b. Dependent Variable: LN_BM

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18(Lampiran x)

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Prof.Singgih sebagai berikut :

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W diantara -2 sampai +2 , berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif,

Pada bagian model summary, hasil pengujian diatas terlihat bahwa angka D-W sebesar +1.810 (-2<1.810<+2) karena angka D-W diantara -2 sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi.

e) Analisis Regresi


(59)

independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) terhadap LN_Y (belanja modal). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 2 621.017 26.830 .099a

Residual 25 .516

Total 27

a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD b. Dependent Variable: LN_BM

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (lampiran xi)

Hasil Analisis Regresi

a. Dependent Variable: Ln_BM

Berdasarkan nilai-nilai koefisien diatas, persamaan regresi yang dapat disusun untuk variabel pajak daerah dan retribusi daerah adalah (dalam ribuan rupiah) Dari tabel 4.7 ANNOVA terlihat bahwa kolom

significance secara keseluruhan untuk tahun 2008 s/d 2010 adalah 0,099 lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima, kesimpulannya yaitu PD dan RD

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap BM.

C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel berikut :


(60)

Tabel 4.8 Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 3.231 .396 8.163 000

LN_RD 1.370 .331 1.351 2.295 025

LN_PD -.369 .337 -.357 .250 803

a. Dependent Variable: LN_BM

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18 (Lampiran xii)

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Pajak daerah (LN_PD) mempunyai nilai signifikansi 0.025 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung

2.295 > t tabel 1,992997. {ttabel = (α,0.05 ; df, 73 = 1,992997)}.

Berdasarkan kedua nilai tersebut disimpulkan bahwa H0 ditolak, ini

menunjukkan bahwa secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal, retribusi daerah (LN_RD) mempunyai nilai signifikansi 0.803 yang jauh lebih besar dari 0.05, dan nilai t hitung 0.250 < t tabel 1,992997 {t-tabel = (α,0.05 ; df, 73 =

1,992997). Dapat disimpulkan bahwa variabel retribusi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.

2. Uji Simultan (Uji F)

Menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama terhadap belanja modal digunakan uji statistik F, yang


(61)

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Uji Statistik F

ANOVAb ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 12.329 2 621.017 14.144 .000a

Residual 31.817 25 .516

Total 44.146 27

a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD b. Dependent Variable: LN_BM

Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18 (Lampiran xiii)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, bahwa nilai F hitung adalah 14.144, dengan tingkat signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen, LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap LN_Y (belanja modal). Hasil analisis ini diperkuat dengan membandingkan antara nilai F hitung 14.144 yang jauh lebih besar dari F tabel 3,122103, dimana F tabel dihitung dengan menggunakan fungsi FINV pada microsoft office excel

{(α=0,05:2:73)=3.122103}.

D. Pembahasan hasil analisis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji F


(62)

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dapat berpengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen belanja modal, yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi F (0.000) < 0.05 dan F hitung 14.144 > F tabel 3,122103.

Hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa variabel independen, yaitu pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen yaitu belanja modal. Hal ini sesuai dengan nilai signifikansi t untuk variabel pajak daerah yang lebih kecil dari 0.05 . Nilai signifikansi ini didukung dengan nilai t hitung 2.295 > t tabel 1,992997. Variabel retribusi daerahberpengaruh tetapi tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan nilai signifikansi untuk retribusi daerah yang lebih besar dari 0.05.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif, seperti belanja barang dan jasa aparatur daerah, serta belanja pemeliharaan.

Saragih (2003) menyatakan bahwa “pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk


(63)

melakukan aktivitas pembangunan”. Penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak digunakan untuk program-program pelayanan publik, hal ini menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja pemerintah daerah untuk berbagai kepentingan publik. Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan ini pada gilirannya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan pengujian regresi berganda dapat diperoleh:

1. Bahwa Pajak Daerah mempunyai pengaruh terhadap Belanja Modal, sementara Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap Belanja Modal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap Belanja Modal.

2. Secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Modal. 3. Angka R square atau koefisien determinasi adalah 0.315. Hal ini berarti bahwa 27,90% variasi atau perubahan dari Pajak Daerah dan Retribusi daerah, sedangkan sisanya sebesar 72,10 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.


(65)

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini bagi pemerintah, dan bagi peneliti selanjutnya.

1. Bagi Pemerintah

a. Semakin efektif dalam mengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sehingga realisasi Belanja Modal semakin meningkat yang kemudia akan meningkatkan Pengalokasian Belanja Modal

b. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan profesionalisme aparatur publik dan lembaga-lembaga publik di daerah dalam mengelola sumber daya daerah serta meningkatkan kualitas pelayanan umum

2. Penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperbanyak jumlah variable, periode, dan sampel yang akan digunakan, sehingga akan diperoleh sampel yang banyak dan hasil yang lebih akurat. Selain memperbanyak sampel kabupaten di luar Sumatera Utara, peneliti juga menyarankan untuk mengambil jangka waktu yang lebih lama untuk diteliti.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Anis Chariri dan Imam Gozali, 2003. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Darsono, Azhari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan,Andi, Yogyakarta.

Evy Melinda S. 2010. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor barang konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”,Skripsi, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Finacial Accounting Standards Board (FASB), 1978, Statement of Financial Accounting Concepts No.1: Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, Stamfort, Connecticut.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hartono, 2008. SPSS 16,0 Analisis Data Statistika dan Penelitian, Edisi 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Indonesia Stock Exchange, 2012. http://www.idx.co.id/laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuangan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan (per 1 September 2007), Salemba Empat, Jakarta.

Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ningsih, Widya. 2010. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Rochaety, Ety, Ratih Tresnati dan H. A. Madjid Latief, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan aplikasi SPSS, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.


(67)

Saleem, Qasim. dan Ramiz Ur Rehman, 2011, “Impacts of Liquidity Ratios on Profitability”, Journal of Research in Business, Volume 1 Nomor 7, Hal 95-98.

Simamora, Henry, 2000. Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan, Jilid Dua, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I, Cetakan Pertama, USU Press, Medan. Stice, Earl K, James D, Stice dan K. Fred Skousen, 2004. Akuntansi Intermediate,

Buku Satu, Edisi Kelima Belas, Alih Bahasa Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Alfabeta, Bandung.

Takarini, Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia”, Ventura, Vol. 6 No. 3.

Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.


(68)

Waktu Penelitian Tahapan

Penelitian

Bulan

Agustus Septem

ber

oktober Novemb

er

Desember

Pengajuan Judul

Perbaikan Judul

Penyelesai an Proposal

Pengumpu

lan dan Pengolahan

Data

Bimbinga n Skripsi

Penyelesai an Skripsi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_BM 31 11.30 27.28 20.4710 6.72757

LN_RD 30 7.85 23.05 17.0264 6.63140

LN_PD 30 7.63 23.61 17.1604 6.55121


(69)

(70)

Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 28

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .96225045 Most Extreme Differences Absolute .118

Positive .118

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .622

Asymp. Sig. (2-tailed) .834

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(71)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.231 .396 8.163 .000

LN_RD 1.370 .331 1.351 4.141 .036 .110 9.066 LN_PD -.369 .337 -.357 -1.095 .523 .110 9.066 a. Dependent Variable: LN_BM


(72)

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .995a .990 .989 .71809 1.810

a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD b. Dependent Variable: LN_BM

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2 621.017 26.830 .099a

Residual 25 .516

Total 27

a. Predictors: (Constant), LN_PD, LN_RD b. Dependent Variable: LN_BM


(73)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.231 .396 8.163 000 LN_RD 1.370 .331 1.351 2.295 025

LN_PD -.369 .337 -.357 .250 803

a. Dependent Variable: LN_BM

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc e VIF 1 (Constan

t)

-,263 3,004 -,088 ,931

CR -,217 ,253 -,241 -,858 ,398 ,321 3,113 DAR 3,452 4,173 ,273 ,827 ,415 ,232 4,302 TATO -1,146 1,144 -,229 -1,002 ,324 ,482 2,076 ROA 10,730 5,264 ,564 2,038 ,050 ,330 3,028 a. Dependent Variable: GP


(74)

Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations

Unstandardize

d Residual CR DAR TATO ROA

Spe

arm

an'

s rho

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient 1,000 ,111 -,066 -,006 ,004

Sig. (2-tailed) . ,520 ,702 ,972 ,982

N 36 36 36 36 36

CR Correlation Coefficient ,111 1,000 -,838** ,004 ,423*

Sig. (2-tailed) ,520 . ,000 ,981 ,010

N 36 36 36 36 36

DAR Correlation Coefficient -,066 -,838** 1,000 -,161 -,581**

Sig. (2-tailed) ,702 ,000 . ,349 ,000

N 36 36 36 36 36

TATO Correlation Coefficient -,006 ,004 -,161 1,000 ,552**

Sig. (2-tailed) ,972 ,981 ,349 . ,000

N 36 36 36 36 36

ROA Correlation Coefficient ,004 ,423* -,581** ,552** 1,000

Sig. (2-tailed) ,982 ,010 ,000 ,000 .

N 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(75)

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

0

1 ,465a ,216 ,115 2,01000 ,216 2,140 4 31 ,099 1,910 a. Predictors: (Constant), ROA, CR, TATO, DAR

b. Dependent Variable: GP

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,465a ,216 ,115 2,01000

Hasil Uji-F ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 34,583 4 8,646 2,140 ,099a

Residual 125,243 31 4,040 Total 159,826 35

a. Predictors: (Constant), ROA, CR, TATO, DAR b. Dependent Variable: GP


(76)

Hasil Uji-T

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,263 3,004 -,088 ,931 CR -,217 ,253 -,241 -,858 ,398 DAR 3,452 4,173 ,273 ,827 ,415 TATO -1,146 1,144 -,229 -1,002 ,324 ROA 10,730 5,264 ,564 2,038 ,050


(77)

Lampiran i

Realisasi APBD Tahun 2008 (Dalam Ribuan)

No. Nama Daerah Pendapatan Pendapatan Pajak Daerah

Pendapatan Retribusi

Daerah Belanja modal

1 Prov. Sumatera Utara 3,225,853,317,436.80 2,181,311,593,607.20 2,002,004,604,678.00 29,409,174,123.20

2 Kab. Asahan 605,016,762,577.93 22,642,870,153.93 6,902,929,381.00 5,148,871,448.20

3 Kab. Dairi 466,825,993,880.37 11,441,646,646.51 2,652,398,597.55 4,442,663,495.00

4 Kab. Deli Serdang 1,180,106,429,577.00 97,895,194,309.94 65,732,178,201.46 21,113,986,423.86 5 Kab. Tanah Karo 520,328,602,379.49 28,239,536,389.82 7,277,361,390.00 9,482,718,125.00 6 Kab. Labuhan Batu 851,494,200,694.53 39,735,349,026.46 9,095,537,813.77 12,760,766,822.50

7 Kab. Langkat 830,885,012,396.28 25,056,750,444.84 9,853,627,105.00 4,892,039,469.00

8 Kab. Mandailing Natal 575,050,272,871.01 12,166,308,691.73 3,845,415,036.30 3,097,475,346.00

9 Kab. Nias 541,048,930,635.26 26,360,852,481.13 7,679,565,050.00 9,737,261,454.53

10 Kab. Simalungun 0.00 0.00 0.00 0.00

11 Kab. Tapanuli Selatan 763,157,528,445.07 23,425,463,332.69 6,266,331,299.59 3,606,755,107.37 12 Kab. Tapanuli Tengah 422,362,861,528.44 11,231,152,196.05 3,225,835,604.30 1,813,334,063.00 13 Kab. Tapanuli Utara 491,706,101,787.30 9,546,230,440.29 2,723,692,756.00 1,979,091,716.60 14 Kab. Toba Samosir 381,343,896,527.21 10,527,967,669.13 3,075,269,246.00 1,859,392,396.00 15 Kab. Pakpak Barat 237,871,049,019.70 5,389,136,545.20 495,405,476.00 1,435,871,561.00

16 Kab. Nias Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00

17

Kab. Humbang

Hasundutan 366,232,458,749.30 9,014,473,998.29 2,616,789,420.59 3,009,364,497.00

18 Kab. Serdang Bedagai 533,475,546,540.95 21,604,182,816.95 14,745,244,304.00 4,980,158,563.00

19 Kab. Samosir 327,480,413,975.89 9,311,000,940.21 1,130,670,920.00 2,473,230,483.00

20 Kab. Batu Bara 245,085,452,780.09 3,043,410,357.00 209,256,176.00 1,880,390,283.00


(1)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Correlations Unstandardize

d Residual CR DAR TATO ROA

Spe

arm

an'

s rho

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient 1,000 ,111 -,066 -,006 ,004

Sig. (2-tailed) . ,520 ,702 ,972 ,982

N 36 36 36 36 36

CR Correlation Coefficient ,111 1,000 -,838** ,004 ,423*

Sig. (2-tailed) ,520 . ,000 ,981 ,010

N 36 36 36 36 36

DAR Correlation Coefficient -,066 -,838** 1,000 -,161 -,581**

Sig. (2-tailed) ,702 ,000 . ,349 ,000

N 36 36 36 36 36

TATO Correlation Coefficient -,006 ,004 -,161 1,000 ,552**

Sig. (2-tailed) ,972 ,981 ,349 . ,000

N 36 36 36 36 36

ROA Correlation Coefficient ,004 ,423* -,581** ,552** 1,000

Sig. (2-tailed) ,982 ,010 ,000 ,000 .

N 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R

Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

0

1 ,465a ,216 ,115 2,01000 ,216 2,140 4 31 ,099 1,910

a. Predictors: (Constant), ROA, CR, TATO, DAR b. Dependent Variable: GP

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,465a ,216 ,115 2,01000

Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 34,583 4 8,646 2,140 ,099a

Residual 125,243 31 4,040

Total 159,826 35

a. Predictors: (Constant), ROA, CR, TATO, DAR b. Dependent Variable: GP


(3)

Hasil Uji-T

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -,263 3,004 -,088 ,931

CR -,217 ,253 -,241 -,858 ,398

DAR 3,452 4,173 ,273 ,827 ,415

TATO -1,146 1,144 -,229 -1,002 ,324


(4)

Lampiran i Realisasi APBD Tahun 2008

(Dalam Ribuan)

No. Nama Daerah Pendapatan Pendapatan Pajak Daerah

Pendapatan Retribusi

Daerah Belanja modal

1 Prov. Sumatera Utara 3,225,853,317,436.80 2,181,311,593,607.20 2,002,004,604,678.00 29,409,174,123.20

2 Kab. Asahan 605,016,762,577.93 22,642,870,153.93 6,902,929,381.00 5,148,871,448.20

3 Kab. Dairi 466,825,993,880.37 11,441,646,646.51 2,652,398,597.55 4,442,663,495.00

4 Kab. Deli Serdang 1,180,106,429,577.00 97,895,194,309.94 65,732,178,201.46 21,113,986,423.86

5 Kab. Tanah Karo 520,328,602,379.49 28,239,536,389.82 7,277,361,390.00 9,482,718,125.00

6 Kab. Labuhan Batu 851,494,200,694.53 39,735,349,026.46 9,095,537,813.77 12,760,766,822.50

7 Kab. Langkat 830,885,012,396.28 25,056,750,444.84 9,853,627,105.00 4,892,039,469.00

8 Kab. Mandailing Natal 575,050,272,871.01 12,166,308,691.73 3,845,415,036.30 3,097,475,346.00

9 Kab. Nias 541,048,930,635.26 26,360,852,481.13 7,679,565,050.00 9,737,261,454.53

10 Kab. Simalungun 0.00 0.00 0.00 0.00

11 Kab. Tapanuli Selatan 763,157,528,445.07 23,425,463,332.69 6,266,331,299.59 3,606,755,107.37

12 Kab. Tapanuli Tengah 422,362,861,528.44 11,231,152,196.05 3,225,835,604.30 1,813,334,063.00

13 Kab. Tapanuli Utara 491,706,101,787.30 9,546,230,440.29 2,723,692,756.00 1,979,091,716.60

14 Kab. Toba Samosir 381,343,896,527.21 10,527,967,669.13 3,075,269,246.00 1,859,392,396.00

15 Kab. Pakpak Barat 237,871,049,019.70 5,389,136,545.20 495,405,476.00 1,435,871,561.00

16 Kab. Nias Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00

17

Kab. Humbang

Hasundutan 366,232,458,749.30 9,014,473,998.29 2,616,789,420.59 3,009,364,497.00

18 Kab. Serdang Bedagai 533,475,546,540.95 21,604,182,816.95 14,745,244,304.00 4,980,158,563.00

19 Kab. Samosir 327,480,413,975.89 9,311,000,940.21 1,130,670,920.00 2,473,230,483.00

20 Kab. Batu Bara 245,085,452,780.09 3,043,410,357.00 209,256,176.00 1,880,390,283.00


(5)

Realisasi APBD 2009 (Dalam Ribuan)

No. Nama Daerah Pendapatan

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Pajak Daerah

Pendatan Retribusi

Daerah Belanja Modal

1 Prov. Sumatera Utara

3,212,558,700,10 5.20

2,016,073,324,08 1.20

1,834,682,281,195.

00 29,456,735,842.71 90,518,048,143.17

2 Kab. Asahan

677,151,263,932. 46

21,076,220,474.4

6 7,660,300,333.75 5,432,143,515.00 2,217,924,727.59

3 Kab. Dairi

455,497,732,839. 56

14,244,491,475.5

6 2,619,446,780.00 5,045,192,438.00 1,121,915,196.86

4 Kab. Deli Serdang

5 Kab. Tanah Karo

545,230,547,196. 26

27,186,838,303.9

8 8,528,730,980.19 9,466,413,946.00 1,150,626,421.49

6 Kab. Labuhan Batu

498,993,409,729. 66

39,013,695,316.3

0 14,686,863,588.00 9,964,282,725.00 4,925,832,900.63

7 Kab. Langkat

890,337,146,042. 64

33,987,115,329.6

4 17,988,084,889.00 6,240,098,608.00 1,872,545,100.67

8 Kab. Mandailing Natal 542,069,693,498. 86 10,085,650,256.2

7 2,651,927,277.00 3,462,717,265.00 1,306,655,119.57

9 Kab. Nias

572,673,461,292. 54

23,169,534,776.0

9 4,352,997,174.00 6,648,258,168.03 2,220,768,307.63

10 Kab. Simalungun

11 Kab. Tapanuli Selatan 484,129,282,076. 82 22,890,247,500.0

9 5,565,718,271.00 4,029,967,476.00 8,658,117,803.04

12

Kab. Tapanuli

Tengah

13 Kab. Tapanuli Utara

549,892,002,370. 89

12,616,651,732.3

6 3,073,343,408.00 2,371,396,752.00 2,026,805,034.83

14 Kab. Toba Samosir

432,909,611,700.

34 9,661,372,375.06 2,828,192,924.00 2,668,493,981.00 1,210,404,177.86

15 Kab. Pakpak Barat

16 Kab. Nias Selatan

371,878,210,476. 18

14,543,916,204.8

2 2,264,387,249.42 3,114,592,885.96 298,214,814.76

17

Kab. Humbang Hasundutan

390,313,832,507.

28 8,039,936,000.45 2,018,523,618.14 2,756,622,038.00 1,107,677,236.13

18 Kab. Serdang Bedagai 597,974,896,347. 42 19,018,703,040.8

0 11,348,998,632.00 5,299,260,792.00 250,756,617.36

19 Kab. Samosir

355,738,991,408. 01

14,832,441,573.7

9 3,884,628,626.00 3,398,985,303.29 254,460,292.60

20 Kab. Batu Bara

446,952,848,941. 40

13,682,272,108.0

0 7,208,854,475.00 1,017,296,693.00 0.00

21 Kab. Padang Lawas

256,527,474,580. 00

16,919,145,582.0

0 55,436,480.00 10,201,484,085.00 0.00

22

Kab. Padang Lawas Utara

236,484,033,452.

00 3,935,128,640.00 237,344,940.00 2,991,042,937.00 0.00

23

Kab. Labuhanbatu Selatan

223,997,052,710.

00 2,385,165,536.00 30,965,000.00 521,618,970.00 0.00

24

Kab. Labuhanbatu Utara

224,070,819,569.


(6)

Realisasi APBD AHUN 2010 (Dalam Ribuan)

No. Daerah

Pendapatan

PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Belanja Modal

1 Prov. Sumatera Utara 2,226,498 2,043,109 26,070 835,209

2 Kab. Asahan 23,590 7,102 5,034 76,156

3 Kab. Dairi 9,100 1,659 4,280 43,141

4 Kab. Deli Serdang 115,879 78,212 26,985 227,207

5 Kab. Tanah Karo 26,500 9,174 11,678 48,718

6 Kab. Labuhan Batu 35,658 8,700 10,445 82,928

7 Kab. Langkat 32,441 14,543 6,696 116,556

8 Kab. Mandailing Natal 12,462 2,656 3,999 58,981

9 Kab. Nias 7,850 928 5,154 128,451

10 Kab. Simalungun 38,761 11,725 6,537 156,404

11 Kab. Tapanuli Selatan 33,419 8,041 7,523 129,908

12 Kab. Tapanuli Tengah 16,000 4,901 2,983 68,782

13 Kab. Tapanuli Utara 9,370 2,136 2,235 29,222

14 Kab. Toba Samosir 14,853 3,588 6,196 89,226

15 Kab. Pakpak Barat 4,379 489 1,018 42,796

16 Kab. Nias Selatan 14,075 5,351 4,526 127,833

17 Kab.Humbang Hasundutan 14,203 2,315 3,468 67,425

18 Kab. Serdang Bedagai 26,418 14,511 7,307 144,810

19 Kab. Samosir 20,994 2,730 4,546 44,839

20 Kab. Batu Bara 18,035 8,177 5,858 100,233

21 Kab. Padang Lawas 13,007 4,683 2,323 136,203

22 Kab. Padang Lawas Utara 9,061 1,864 6,839 92,141

23 Kab. Labuhanbatu Selatan 5,215 2,579 999 78,178

24 Kab. Labuhanbatu Utara 5,137 2,753 884 95,750

25 Kab. Nias Utara 1,631 958 640 40,836

26 Kab. Nias Barat 1,000 500 500 60,155

27 Kab. Gunung Sitoli 2,500 1,420 1,028 22,261