Ho diterima Ha diterima
Ha diterima
-t
α2
t
α2
Gambar 3.2 Kurva Uji t-statistik
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearity dapat dilihat dari nilai R
2
, F-hitung, t-hitung dan standart error. Adanya multikolinearity ditandai dengan:
1. Standart error tidak terhingga.
2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada
α = 1, α = 5, α = 10. 3.
Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. 4.
R
2
sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu kondisi dimana sebaran atau variance dari error term
μ tidak konstan sepanjang observasi. Jika harga X makin besar maka sebaran Y makin lebar atau makin sempit.
Untuk menguji Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji white sebagai berikut :
1. Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan nilai residual untuk
estimasi error; 2.
Lakukan regresi auxiliary kita dapatkan nilai R² dari regresi ini kemudian kita hitung X² dengan rumus nxX²;
3. Dibandingkan X² dari regresi diatas dengan nilai chi-square alpha,df berarti
terjadi heterokedastisitas, jika sebaliknya berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
3.8 Definisi Operasional Variabel
1. Pendapatan Debitur dari UKM adalah penghasilan yang diperoleh debitur
dari sektor usaha kecil dan menengah UKM pada Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil BMT Ar-Ridhwan yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
2. Modal Sendiri
adalah sejumlah uang milik debitur yang digunakan untuk melakukan suatu usaha kerja yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
3. Kredit Modal Kerja
adalah sejumlah biaya tambahan yang diperoleh seseorang dari koperasi Baitul Maal Wat Tamwi BMT Ar-Ridhwan dan
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan sebagai tambahan modal usaha yang dibuatnya yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Daerah Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional.
Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-
kotanegara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar
barangjasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 2.109.339 jiwa. Demikian juga
secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
regionalnasional.
4.1.1.1
Kota Medan Secara Geografis
Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis dan 3 faktor sosial ekonomi. Ketiga
Universitas Sumatera Utara
faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal
investasi. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas
Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara
Nomor 66IIIPSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11
Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD, tanggal 5 Mei
1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan
dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara
geografis, demografis dan sosial ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur.
Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang
merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam SDA, khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung
oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-
lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling
memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,
maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri ekspor-
impor. Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan
saat ini.
4.1.1.2
Kota Medan Secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian
besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan
proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi
Universitas Sumatera Utara
menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola
pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi
ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berpikir
masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya
gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat
kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau
urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas,
meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak
berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan
Universitas Sumatera Utara
lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat
kematian mortalitas, meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan
kependudukan yang diterapkan. Jumlah penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada
tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen
pada tahun 2005 meningkat menjadi 1,53 persen pada tahun 2006, dan menurun kembali menjadi 0,77 persen pada tahun 2007. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Medan
mengalami peningkatan dari 2.102.105 jiwa menjadi 2.121.053 jiwa pada tahun 2009 dan 2.109.339 juta jiwa pada tahun 2010.
4.1.1.3 Kota Medan Secara Sosial Ekonomi a. Kota Medan Secara Ekonomi
Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan PDRB, membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari
ekonomi tradisoinal ke ekonomi modern yang didomonasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan relasi positif antara pertumbuhan output dan
pertumbuhan produktivitas yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin
cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat perkapita, dan semakin cepat pula perubahan sturktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain
mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2007, sektor tersier mendominasi perekonomian kota medan, yaitu sebesar 69,21 persen, sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar
2,86 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha perdaganganhotelrestoran, lapangan usaha
transportasitelekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.
b. Kota Medan Secara Sosial