Peranan Perbankan Syariah terhadap Pengembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

PERANAN PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PENGEMBANGAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) DI KOTA MEDAN

OLEH

DANU RAMADHAN 080501053

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peranan Lembaga Keuangan Syariah terhadap pengembangan BMT di Kota Medan dan masalah apa yang dihadapi BMT sehingga susah berkembang.

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data dan menjelaskannya dengan kata-kata sesuai dengan yang terjadi dilapangan, sehingga menghasilkan kesimpulan. Tehnik pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner di 5 BMT Kota Medan dengan jumlah populasi sebanyak 50 BMT.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peranan Lembaga Keuangan Syariah yaitu sebagai tempat penyimpan dana khususnya dalam bentuk tabungan wadi’ah dan mudharabah lebih besar dari pada pembiyaan khususnya dalam akad mudharabah, musyarakah dan jasa-jasa syariah. Hasil berikutnya masalah BMT di Kota Medan adalah dari sisi Internal terdapat masalah modal, produk dan kredit macet dan kemudian masalah eksternal adalah keberadaan rentenir yang menyebabkan BMT lamban berkembang.

Kata kunci: Peranan Lembaga Keuangan Syariah, Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), Perkembangan BMT


(3)

ABSTRACT

This study aims to determine how large the influence ofIslamic Financial Institution system on the development of BMT in Medan and the problem that facing BMT which made them hard to develop.

The method used in this study is descriptive method of analysis by the method of collecting data and explain it with words that occur in accordance with the field, resulting in the conclusion. Techniques of data collection by distributing questionnaires in five BMT Medan city with a population of 50 BMT.

From the analysis it can be concluded that the most of Islamic Financial Institution a place to save money, especially in the form of savings mudharabah and wadi'ah greater than finance especially in Mudharabah, Musyarakah and services of Islamic Financial Institution. The next results of problem the internal BMT in the city of Medan is capital, product and the credit crunch and then the external problem is the existence of loan sharks are cause slow growing of BMT. Keywords : The influence Islamic Financial Institution, Bitul Mal Wat Tamwil


(4)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Peranan Perbankan Syariah terhadap Pengembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tanggung jawab penulis untuk melengkapi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan di jenjang studi strata-1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Orang tua tercinta penulis, Ayahanda Busman Sitompul dan Ibunda Mahda Juliana Harahap yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun materil, kepada Abang dan kakak Dina Safrina Sitompul, Deni Parlaungan Sitompul dan Dani Riandi Sitompul, yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE,

M.Si selaku Ketua Program Studi dan sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Haroni Doli Hamoraon, SE, M.Si selaku dosen pembimbing penulis

yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr Saparudin, SE, AK, MA selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Prof. DR. Ramli, Ms selaku Dosen Wali yang telah memberikan saran dan masukan selama perkuliahan.

8. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh Staff dan Karyawan Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyelesaian kelengkapan administrasi penulis.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat semua pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, Agustus 2012 Penulis

DANU RAMADHAN 080501053


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang………..………....1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sejarah Perbankan Syariah ... 5

2.1.1. Pengertian Perbankan Syariah dengan Prinsip Syariah ... 7

2.1.2. Prinsip Perbankan Syariah ... 10

2.1.3. Ciri-ciri Perbankan Syariah ... 11

2.1.4. Peran dan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah ... 13

2.2 Sejarah Perkembangan BMT ... 20

2.2.1. Pengertian baitul Mal Wat Tamwil (BMT) ... 25

2.2.2. Tujuan berdirinya BMT ... 27

2.2.3. Peraturan dan Badan Hukum BMT ... 28

2.2.4. Produk dan Mekanisme Operasional BMT ... 29

2.2.5. Profil BMT ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Metode Penelitian ... 34

3.2. Jenis Penelitian ... 34

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian... 35

3.5. Metode Pengumpulan Data... 36

3.6. Analisis Data... 37

3.7 Definisi Operasional ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Gamabaran umum Kota Medan... 38

4.2. BMT El Munawar ... 41

4.2.1. Masalah BMT El Munawar ... 42

4.2.2. Peranan Perbankan Syariah dalam BMT El Munawar ... 44

4.3. BMT Qania ... 44

4.3.1. Masalah BMT Qania... 47

4.3.2. Peranan Perbankan Syariah dalam BMT Qania ... 48


(8)

4.4.1. Masalah BMT El Hafiz... 51

4.4.2. Peranan Perbankan Syariah dalam BMT El Hafiz... 52

4.5. BMT Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) Mandiri ... 53

4.5.1. Masalah BMT Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA)Mandiri ... 56

4.5.2. Peranan Perbankan Syariah dalam BMT Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) Mandiri... 57

4.6. BMT Amanah Ray ... 58

4.6.1. Masalah BMT Amanah Ray ... 61

4.6.2. Peranan Perbankan Syariah dalam BMT Amanah Ray .... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

2.1. Kinerja Operasional Bank Syariah ... 20

4.1. Masalah Internal terhadap BMT ... 63

4.2. Masalah Eksternal terhadap BMT ... 63


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peranan Lembaga Keuangan Syariah terhadap pengembangan BMT di Kota Medan dan masalah apa yang dihadapi BMT sehingga susah berkembang.

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data dan menjelaskannya dengan kata-kata sesuai dengan yang terjadi dilapangan, sehingga menghasilkan kesimpulan. Tehnik pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner di 5 BMT Kota Medan dengan jumlah populasi sebanyak 50 BMT.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peranan Lembaga Keuangan Syariah yaitu sebagai tempat penyimpan dana khususnya dalam bentuk tabungan wadi’ah dan mudharabah lebih besar dari pada pembiyaan khususnya dalam akad mudharabah, musyarakah dan jasa-jasa syariah. Hasil berikutnya masalah BMT di Kota Medan adalah dari sisi Internal terdapat masalah modal, produk dan kredit macet dan kemudian masalah eksternal adalah keberadaan rentenir yang menyebabkan BMT lamban berkembang.

Kata kunci: Peranan Lembaga Keuangan Syariah, Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), Perkembangan BMT


(11)

ABSTRACT

This study aims to determine how large the influence ofIslamic Financial Institution system on the development of BMT in Medan and the problem that facing BMT which made them hard to develop.

The method used in this study is descriptive method of analysis by the method of collecting data and explain it with words that occur in accordance with the field, resulting in the conclusion. Techniques of data collection by distributing questionnaires in five BMT Medan city with a population of 50 BMT.

From the analysis it can be concluded that the most of Islamic Financial Institution a place to save money, especially in the form of savings mudharabah and wadi'ah greater than finance especially in Mudharabah, Musyarakah and services of Islamic Financial Institution. The next results of problem the internal BMT in the city of Medan is capital, product and the credit crunch and then the external problem is the existence of loan sharks are cause slow growing of BMT. Keywords : The influence Islamic Financial Institution, Bitul Mal Wat Tamwil


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbankan syariah sering sekali dipandang sebelah mata oleh dunia, perbankan syariah memiliki struktur keuangan dan perencanaan yang idealis, dengan sumber sumber hukum islam yaitu berupa, Alqur’an, Al-Hadist rasul, para ulama, dan studi banding para ilmuan. Dengan berbagai dari sumber hukum islam tersebut maka peranan peranan dari perbankan syariah itu didapatkan.

Bank syariah memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan BMT. Hal ini karena operasionalisasi bank syariah berdasar pada prinsip-prinsip:

1. Bank syariah mengembangkan prinsip Ta’awum (tolong-menolong dan kerjasama diantara masyarakat untuk kebaikan dan kemaslahatan). Bank syariah berperan memasyarakatkan praktek bagi hasil untuk menghindari praktek bunga (riba). Praktek bunga mengandung ciri-ciri antara lain ditentukan secara fixed rate dari awal, dihitung dari pokok dan dan tidak berdasar untung/rugi, uang diinvestasikan dari semua sektor. Adapun bank syariah yang memiliki ciri-ciri antara lain ditentukan semua rasio nisbah bagi hasil, dihitung berdasarkan untung rugi, investasi hanya pada sektor yang halal, semakin besar keuntungan maka semakin besar pula hasilnya.


(13)

2. Bank syariah memandang uang hanya sebagai alat tukar dana bukan barang komoditas. Dengan demikian motif permintaan uang adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan transaksi (Money demand for

transaction). Bukan untuk spekulasi (Money demand for speculation).

3. Bank syariah bertanggung jawab untuk turut mensosialisasikan dan menempatkan harta/uang sebagai obyek zakat dan bukan sebagai alat ntuk mendapatkan bunga (sebagaimana praktek bank konvensional). 4. Bank syariah berpersn mendorong masyarakat untuk memproduktifkan

harta / uang dalam kegiatan produksi (sektor riil).

Bank syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional, fungsi bank syariah juga merupakan karakteristik bank syariah. Dengan diketahui fungsi bank syariah yang jelas akan membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. Banyak pengelola bank syariah yang tidak memahami dan menyadari fungsi bank syariah ini yang menyamakan fungsi bank syariah dengan bank konvensional sehingga membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah yang bersangkutan.

Jadi didalam perbankan syariah memiliki peranan yang sangat penting khususnya bagi BMT, yaitu berupa sebagai penyaluran dana dengan cara memberikan pembiayaan, ataupun sebagai sarana tempat penyimpanan dana atau penghimpun dana, ini buktikan bahwa perkembangan BMT sangatlah berpengaruh terhadap peranan perbankan syariah. BMT khususnya di kota medan didalam perkembangannya sangat lah lamban masalah yang


(14)

sangat utama dalam perkenbangannya adalah masalah dana yang akan digunakannya, didalam BMT sangat penting juga bagi mensejahterahkn masyarakat didalam menyalurkan dananya. Di lihat dari fungsi perbankan syariah yang mengharamkan riba, BMT sangat membutuhkan dana dari perbankan syariah dan berkerja sama dalam mengembangkan BMT.

Oleh karena itu perkembangan BMT di kota medan sangatlah lamban, hanya beberapa BMT yang dapat bertahan dan berkembang maju ataupun sukses didalam bisnis. Perbankan syariah sangat sekali dibutuhkan perannya dalam mengembangkan mikro, diliat fungsi BMT yang sangat berperan dalam menyalurkan bantuan berupa dana dan mensejahterahkan untuk masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang mampu atau pendapatan yang relative rendah, khususnya kota Medan yang di lapangan terjadi, adalah modal salah satu factor utama, jadi mengembangkan BMT akan membuat masyarakat kota Medan sejahtera dan jauh dari kemiskinan. Maka disinilah dibutuhakan peran perbankan syariah guna untuk memajukan dan mengembangkan BMT. Maka disinilah penulis membuat judul “Peranan Perbankan Syariah Terhadap Mengembangkan Baitul Mal Wat Tamwil

(

BMT) Di Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Perbankan syariah, maka penulis memfokuskan pembahasan untuk menjawab rumusan masalah berikut:

1. Bagaimana perkembangan BMT di kota Medan?


(15)

3. Masalah apa saja yang dihadapi lembaga BMT sehingga susah berkembang?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan BMT di kota Medan. 2. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan BMT melalui perbankan

syariah.

3. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dihadapi BMT sehingga susah berkembang.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi bank menjadi masukan yang mambantu dalam pengembangan BMT di kemudian hari.

2. Bagi BMT dapat menjadi salah satu acuan solusi untuk pengembangan manajemen dan memperkuat ekstensi BMT.

3. Dapat menambah wawasan ilmiah dalam ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu.

4. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahsiswa Fakultas Ekonomi USU khusus mahasiswa departemen ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perbankan Syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dan lain-lain), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.


(17)

Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syari’at islam.

Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam.

Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat


(18)

terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR Syariah.

Semoga saja UU No.10 ini dapat membawa kesegaran baru bagi dunia perbankan kita. Terutama bagi dunia perbankan syariah di tanah air, berdirinya bank-bank baru yang bekerja berdasarkan prinsip syariah akan menambah semarak lembaga keuangan syariah yang telah ada disini seperti BPRS, BMT, dan Koperasi Syariah (Muhamad, 2003: 22).

2.1.1. Pengertian Perbankan dengan Prinsip Syariah

Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank syariah adalah bank Islam. Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio menyebutkan defenisi bank Islam:


(19)

”Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata bermuamalat secara Islam” (Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio, 1992: 1-2).

Warkum Sumitro menyebutkan defenisi bank Islam adalah:

“Bank Islam berarti yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalah secara Islam, yakni dengan mengacu kepada ketentuan- ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits (Warkum Sumitro, 2002: 35).”

Di dalam operasionalisasinya bank Islam harus mengikuti dan praktek-praktek usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah, bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijithad para ulama yang tidak menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Sudarsono menyatakan bahwa bank syariah adalah:

“Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagang utamanya (Sudarsono, 2004: 27).”

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang dimaksud dengan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan pengertian prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.


(20)

Penjelasan Umum UU No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menyebutkan tentang fungsi disahkannya peraturan perbankan yang berdasarkan prinsip syariah. Guna menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan sekaligus memberikan keyakinan kepada masyarakat dalam menggunakan produk dan jasa bank syariah, dalam Undang-Undang perbankan syariah ini diatur jenis usaha, ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi bank syariah maupun UUS yang merupakan bagian dari bank umum konvensional. Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada masyarakat yang masih meragukan kesyariahan operasional perbankan syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim (Ibid).

Dengan diperkenankannya jenis bank berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dalam sistim perbankan kita saat itu di samping bank konvensional yang kita kenal selama ini, bank dapat pula memilih kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil. Kegiatan bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistim bunga, tetapi atas dasar prinsip bagi hasil atau jual beli sebagaimana digariskan syari’at Islam. Juga diharapkan akan dapat saling melengkapi dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang terlebih dahulu dikenal dalam sistim perbankan kita.


(21)

Disamping itu, pendirian jenis bank bagi hasil ini akan dapat memberi pelayanan kepada bagian dari masyarakat yang karena prinsip agama atau kepercayaan tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional. Bagaimana pun juga harus diakui bahwa dalam masyarakat banyak kelompok yang memiliki prinsip bahwa sistem bunga yang dianut oleh perbankan merupakan pelanggaran terhadap syari’at agama dan merupakan riba yang di dalam hukum Islam merupakan perbuatan dosa atau haram, sejalan dengan itu, bank dengan prinsip bagi hasil dimaksudkan untuk melayani segmen pasar tersebut.

2.1.2. Prinsip Perbankan Syar’iah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Beberapa prinsip/hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain:

a) Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. b) Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai

akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.

c) Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.


(22)

d) Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.

e) Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

2.1.3. Ciri-ciri Perbankan Syariah

Sistem perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang beropersi berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank konvensional. Ciri-ciri yang berdapat dalam sistem perbankan syariah antara lain:

1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah yang nominal, yang besarnya tidak kaku. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an, S. Al-Baqarah ayat (280) dengan terjemahan: “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

2. Penggunaan persen kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian sudah berakhir.

3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank Islam tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed


(23)

return) yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui untung ruginya suatu proyek yang dibiayai oleh bank hanya Allah semata.

4. Bank Islam tidak menerapkan jual beli dan sewa menyewa uang dari mata uang yang sama, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.

5. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya (Ibid: 20).

Ciri-ciri perbankan syariah seperti tersebut di atas bersifat universal dan kumulatif. Artinya bank syariah yang beroperasi di mana saja harus memiliki ciri- ciri yang disebutkan di atas, jika tidak dipenuhi, maka hilanglah identitasnya sebagai bank syariah.

Selain itu sistem perbankan yang menggunakan prinsip syariah memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan. 2. Membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif.

3. Prinsip bahwa pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang halal sesuai dengan prinsip syariah dan memiliki keunggulan imperatif terhadap sistem perbankan konvensional (Tarigan (ed), 2002: 20).

Selain itu sistem perbankan syariah yang menerapkan pola pembiayaan usaha dengan prinsip bagi hasil sebagai salah satu usaha pokok dalam kegiatan perbankan syariah juga akan menumbuhkan rasa tanggungjawab pada masing- masing pihak, baik bank maupun debiturnya


(24)

akan memperhatikan prinsip kehati- hatian dan akan memperkecil kemungkinan resiko terjadinya kegagalan usaha.

Adanya karakteristik perbankan syariah dengan bank konvensional menyebabkan timbulnya keengganan bagi pengguna jasa perbankan terutama bagi pengguna jasa yang akan berpindah dari bank konvensional ke bank syariah. Keengganan tersebut disebabkan antara lain karena hilangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Hal ini menjadi salah satu kendala bagi bank syariahuntuk mendapatkan nasabah dengan cepat.

2.1.4. Peranan Dan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah

Pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menentukan bahwa: “Usaha bank umum dalam menyediakan pembiayaan dan/atau melalukan kegiatan usaha lain berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan ketentuan Bank Indonesia“. Berdasarkan ketentuan di atas, kegiatan- kegiatan usaha yang dilakukan Bank Umum dengan menerapkan prinsip syariah, dirinci lebih lanjut dalam Pasal 28 dan Pasal 29 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR. Dikatakan Bank Umum Syariah wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi :

1. Sebagai Penghimpun Dana, yaitu dengan cara: a) Dengan prinsip Wadiah.

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan


(25)

kapan saja si penyimpan menghendakinya (Wiroso, 2005: 20).

Adapun prinsip rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah adalah sebagai berikut: (Wiroso, 2005: 20).

1. Barang yang dititipkan,

2. Orang yang penitipkan/penitip,

3. Orang yang menerima titipan/ penerima titipan, dan 4. Ijab qobul.

Didalam Pedoman Akutansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) dijelaskan kakakteristik wadiah, tabungan wadiah, dan bonus simpanan wadiah sebagai berikut:

1. Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana pemerintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk didalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow account, giro yang diblikir oleh yang berwajib karena suatu perkara.

2. Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan kuintansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

3. Atas bonus simpanan wadiah dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.


(26)

b) Dengan prinsip mudharabah.

Mudharabah adlah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibuk mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelola usaha (Wiroso, 2005: 33).

Keuntungan akan dibagi sesuati dengan kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersangkutan, dimana jika rugi akan ditanggung oleh shaibul mal.

Mudharabah dalam penghimpun dana di perbankan syariah terdapat produk:

a. Tabungan. b. Deposito.

2. Sebagai Penyaluran Atau Pembiyaan Dana 1. Piutang

a) Qardh

Qardh adalah Transaksi pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) wajib dikembalikan dengan jumlah yang lama sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada muqtaridh (Veithzal dan Arviyan, 2010: 216).

b)Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli antara bank dengan nasabah, dimana bank dapat memperoleh sejumlah keuntungan. (bank menjadi penjual dan nasabah mennjadi pembeli) bank membeli barang yang


(27)

dibutuhkan nasabah dan menjual kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah keuntungan yang disepakati (Veithzal dan Arviyan, 2010: 216).

c) Salam

Salam adalah transaksi jual beli dengan cara pesanan (muslam fiih) antara pembeli (muslam) dengan penjual (muslam ilaih) (dimana barangnya belum ada, sehingga barang yang menjadi obyek diserahkan secara tangguh dan hali bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual). Ketentuan dan haraga barang disepakati pada awal akad, dan pembayaran dilakukan dimuka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai muslam kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang (muslam fiih), maka hal ini disebut salam pararel (Veithzal dan Arviyan, 2010: 217).

d) Istihna’

Istihna’ adalah transaksi jual beli barang (mashnu’) antara pemesan (mustashni’) dengan menerima pesanan (shani) (alur transaksi istihna’ serupa dengan salam, hanya saja dalam istihna’, bank dapat membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran). Spesifikasi dan hara barang pesanan disepakti pada awal akad dengan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila bank bertindak sebagai shani’ kemudian menunjuk pihak lain untuk membyat barang masnu’), maka hal ini disebut istihna pararel (Veithzal dan Arviyan, 2010: 215).


(28)

2. Investasi. 1. Mudarabah.

a) Mudharabah Mutlaqah (Investasi tidak terikat)

Mudharabah Mutlaqah adalah yaitu pihak pengusaha diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/ganguan apapun urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis, perusahaan, dan pelanggan. Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan syariah diaplikasikan pada tabungan dan deposito (Veithzal dan Arviyan, 2010: 216).

b)Mudharabah Muqaidah/Muqayyadah (Investasi terikat)

Mudharabah Muqaidah/Muqayyadah adalah pemiliik dana membatasi/ memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu , cara, waktu, dan tempat tertentu saja. Bank disini hanya sebagai agent saja dan menerima imbalan berupa fee (Veithzal dan Arviyan, 2010: 216).

c) Musyarakah

Musyarakah adalah sebagai suatu perkongsian dua pihak atau lebih dalam suatu proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan modal masing-masing. Atau dikatakan pula


(29)

sebagai transaksi kerja sama patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk mrmbiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (Veithzal dan Arviyan, 2010: 215).

3. Sewa a.Ijarah

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir). Setelah masa sewa berakhir, barang sewaan dikembalikan kepada muaajir. Secara prinsip, ijarah sama dengan transaksi jual beli, hanya saja yang menjadi objek dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat (Veithzal dan Arviyan, 2010: 215).

b.Ijarah Muntahhiyah bittamlik

Ijarah Muntahhiyah Bittamlik adalah sewa menyewa yaitu pada akhir masa sewa barang yang disewa dapat diperjual belikan dan di ikutin berpindah kepemilikan barang tersebut (Veithzal dan Arviyan, 2010: 215).

3. Sebagai Penyediaan Jasa – jasa a) Rahn

Rahn adalah Transaksi penyerahan barang/harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang (Veithzal dan Arviyan, 2010: 217).


(30)

b)Wakalah

Wakalah adalah pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa (Veithzal dan Arviyan, 2010: 218).

c) Kafalah

Kafalah adalah transaksi pemberian jaminan (makful ‘alaih) yang diberikan satu pihak kepda pihak lain ketika pemberi jaminan (kafill) bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan (makful). Lebih dikenal Bank Garansi (Veithzal dan Arviyan, 2010: 215).

d)Hawalah

Hawalah adalah transaksi pengalihan piutang nasabah (muhlil) kepada bank (muhal‘alaih) dari nasabah lain (muhal). Muhlil meminta muhal ‘alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo muhal akan membayar kepada muhal ‘alaih. Muhal ‘alaih memperolah imbalan sebagai jasa pengalihan (Veithzal dan Arviyan: 215).

e) Sharf

Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Pada dasarnya prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf, sepanjang dilakukan pada waktu yang sama (spot) dan bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing (Veithzal dan Arviyan, 2010: 217).


(31)

Tabel 2.1

Kinerja Operasional Bank Syariah

Penghimpun Dana Penyaluran Dana Jasa – Jasa perbankan 1. Wadiah a.Giro b.Tabungan 1. Piutang a. Qardh b. Murabahah c. Salam d. Istishna 1. Rahn 2. Mudarabah a. Tabungan b. Deposito

2. Investasi a. Mudarabah b. Mutlaqah c. Muqayyadah d. Musyarakah

2. Wakalah

3. Sewa a. Ijarah

b. ijarah muntahiyyah bittamlik

3. Kafalah

4. Hawalah 5. Sharf

2.2. Sejarah Perkembangan BMT

a.Masa Rasulullah SAW – Ali bin Abi Thalib.

Pada masa Rasulullah SAW ini, Baitul Mal lebih mempunyai pengertian sebagai pihak (Al-Jihat) yang menangani setiap harta benda kaum muslimin, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran. Saat itu Baitul Mal belum mempunyai tempat khusus untuk menyimpan harta, karena saat itu harta yang diperoleh belum begitu banyak. Kalaupun ada, harta yang diperoleh hampir selalu habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin serta dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan mereka. Rasulullah SAW senantiasa membagikan ghanimah dan seperlima bagian darinya (al-akhmas) setelah usainya peperangan, tanpa menunda-nundanya


(32)

lagi. Dengan kata lain, beliau segera menginfakkannya sesuai peruntukannya masing-masing.

Pada masa Abu Bakar menceritakan ia adalah seorang pedagang dan Khalifah yang sangat wara’ (hati-hati) dalam masalah harta. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Umar bin Khaththab. Umar bertanya, “Anda mau kemana, hai Khalifah?” Abu Bakar menjawab, “Ke pasar.” Umar berkata, “Bagaimana mungkin Anda melakukannya, padahal Anda telah memegang jabatan sebagai pemimpin kaum muslimin?” Abu Bakar menjawab, “Lalu dari mana aku akan memberikan nafkah untuk keluargaku?” Umar berkata, “Pergilah kepada Abu Ubaidah (pengelola Baitul Mal), agar ia menetapkan sesuatu untukmu.” Keduanya pun pergi menemui Abu Ubaidah, yang segera menetapkan santunan (ta’widh) yang cukup untuk Khalifah Abu Bakar, sesuai dengan kebutuhan seseorang secara sederhana, yakni 4000 dirham setahun yang diambil dan Baitul Mal.

Pada masa Umar bin Khaththab tetap memelihara Baitul Mal secara hati-hati, menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir, penulis sejarah dan mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian musim panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk kehidupan sehari-hari seseorang di antara


(33)

orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah seorang-orang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.” (Dahlan, 1999).

Pada masa Utsman bin Affan. Namun, dalam hal ini, lbnu Sa’ad menukilkan ucapan Ibnu Syihab Az Zuhri, seorang yang sangat besar jasanya dalam mengumpulkan hadis, yang menyatakan, “Usman telah mengangkat sanak kerabat dan keluarganya dalam jabatan-jabatan tertentu pada enam tahun terakhir dari masa pemerintahannya. Ia memberikan khumus (seperlima ghanimah) kepada Marwan yang kelak menjadi Khalifah ke-4 Bani Umayyah, memerintah antara 684-685 M dari penghasilan Mesir serta memberikan harta yang banyak sekali kepada kerabatnya dan ia (Usman) menafsirkan tindakannya itu sebagai suatu bentuk silaturahmi yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ia juga menggunakan harta dan meminjamnya dari Baitul Mal sambil berkata, ‘Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka dari Baitul Mal, sedangkan aku telah mengambilnya dan membagi-bagikannya kepada sementara sanak kerabatku.’ Itulah sebab rakyat memprotesnya.” (Dahlan, 1999).

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, kondisi Baitul Mal ditempatkan kembali pada posisi yang sebelumnya. Ali, yang juga mendapat santunan dari Baitul Mal, seperti disebutkan oleh lbnu Kasir, mendapatkan jatah pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai separo kakinya, dan sering bajunya itu penuh dengan tambalan.


(34)

b. Masa Khalifah-Khalifah Sesudahnya

Ketika Dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah, kondisi Baitul Mal berubah. Al Maududi menyebutkan, jika pada masa sebelumnya Baitul Mal dikelola dengan penuh kehati-hatian sebagai amanat Allah SWT dan amanat rakyat, maka pada masa pemerintahan Bani Umayyah Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan Khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat (Dahlan, 1999).

c. Sejarah BMT di Indonesia

Mulai dikembangkan tahun 1984 oleh mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni koperasi Ridho Gusti. Maka pada tahun 1992 lahirlah sebuah lembaga keuangan yang beroperasi menggunakan gabungan konsep Baitul Mal dan Baitut Tamwil, yang target, sasaran, serta skalanya pada sektor usaha mikro.Dengan semakin banyaknya orang-orang yang memiliki perhatian terhadap lembaga kecil ini serta disamping juga perlu adanya pembinaan pada BMT-BMT serta dibutuhkan adanya perantara untuk terjalinnya komunikasi dan jaringan antar BMT ataupun penghubung BMT kepada lembaga ekonomi yang lebih besar baik pemerintah atau swasta, dan tentunya juga dalam usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan BMT dimasa depan, maka berdiri pulalah lembaga pembina BMT yang berupa Lembaga Pengembangan


(35)

Swadaya Masyarakat (LPSM), apakah itu yang bernama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil (P3UK), Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) maupun Dompet Dhuafa (DD) Republika.

Pada tahun 1995, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) telah didirikan dan mengibarkan bendera dakwahnya dengan memberdayakan para pengusaha kecil. Ini dilakukan dengan mendirikan berbagai lembaga keuangan alternatif yang berprinsip syariah di lapisan grass root. Lembaga keuangan itu bernama Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau padanan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu. BMT menerapkan prinsip syariah atau bagi hasil yang sangat mudah dikenalkan pada masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Masyarakat di Indonesia memang sudah akrab dengan pola bagi hasil.

Masyarakat Aceh, misalnya, dalam mengelola sawah sudah lama menggunakan sistem mawah bagi hasil antara pemilik sawah dengan petani pengelola dengan bagi hasil 50:50. Dengan kata lain, apa yang kini dipraktekkan seluruh BMT adalah wujud reinkarnasi kultural berekonomi masyarakat tempo dulu dalam bentuk pelembagaan yang lebih modern dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pelembagaan BMT diilhami oleh sejarah kuatnya posisi lembaga-lembaga ekonomi di masa awal kebangkitan ekonomi umat Islam. Namun demikian, baitul maal dan BMT punya banyak perbedaan, baik sejarah maupun perannya.

Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah di Indonesia, maka pada tahun 1999 jumlahnya menjadi 3 unit. Dra.Mursida


(36)

Rambe dan Ninawati, SH, yang kemudian diresmikan bersama 17 BMT lainnya oleh Bapak B.J Habibie pada tanggal 21 April 1995 di Yogyakarta.

Kurang lebih tujuh tahun lamanya, terhitung sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter pada akhir tahun 1997, peranan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) cukup besar dalam membantu kalangan usaha kecil dan menengah. Peranan BMT tersebut sangat penting dalam membangun kembali iklim usaha yang sehat di Indonesia (Sadrah, 2004: 27).

2.2.1. Pengertian Baitul Mal Wattamwil (BMT)

Salah satu lembaga keuangan Islam non bank adalah Baitul Maal wat Tamwil(BMT) yang berorientasi pada masyarakat Islam lapisan bawah. Kelahiran BMT merupakan solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat bawah yang membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil. BMT merupakan lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip syari`ah dan prinsip koperasi. (Ridwan, 2004: 5).

BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi :


(37)

1. Baitul Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya (Soemitra, 2010: 451).

2. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) = menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya (Pinbuk Perwakilan Sumatera Utara,

cara pembentukan BMT, Medan: 1).

Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.. Titik tekan perumusan Visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, serta berkeadilan berlandaskan syariah dan diridhoi Allah SWT.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba modal pada golongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.


(38)

Sebagai lembaga usaha yang mandiri , BMT memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sadrah, 2004: 29):

a) Berorientasi bisnis, yakni memiliki tujuan mencari laba bersama dan meningkatkan pemanfaatan sehala potensi ekonomi yang sebanyak-banyaknya bagi para anggota dan lingkungannya.

b)Bukan merupakan lembaga social, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana social umat seperti zakat, infak, shadaqah, hibah dan wakaf.

c) Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat di sekitarnya.

2.2.2. Tujuan Berdirinya BMT

BMT memiliki tujuan memberikan pelayanan dan pemberdayaan social ekonomi umat melalui kegiatan-kegiatan kongkrit :

1. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan berbasis syariah. 2. Penyediaan jasa pembiayaan, investasi dan konsumtif. 3. Sebagai Amal Zakat yang menerima dan menyalurkan ZIS. 4. Membantu pengusaha kecil muslim dalam masalah permodalan. 5. Menggeser peranan rentenir yang sangat mencekik / menghisap darah. 6. Menyelamatkan tabungan umat Islam dari ancaman bunga (riba), dan

sekaligus menghindarkan mereka dari perbuatan maksia (kufur nikmat). 7. Tersedianya semacam koperasi syariah sebagai alternatif lembaga


(39)

8.Tersedianya semacam koperasi syariah sebagai alternatif lembaga mendirikan, membangun dan mengembangkan BMT merupakan wujud nyata dari amal sholih dan merupakan pelaksanaan dakwah bil hal. 2.2.3. Peraturan dan Badan Hukum BMT.

BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah.

Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syariah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syariah). Meskipun sebenarnya tidak terlalu sesuai karena simpan pinjam dalam koperasi khusus diperuntukkan bagi anggota koperasi saja, sedangkan didalam BMT, pembiayaan yang diberikan tidak hanya kepada anggota tetapi juga untuk diluar anggota atau tidak lagi anggota jika pembiayaannya telah selesai.


(40)

Adapun status dan legalitas hukum, BMT dapat memperoleh status kelembagaan sebagai berikut :

a. Kelompok swadaya masyarakat yang berada di bawah pengawasan PINBUK berdasarkan Nashkah Kerjasama YINBUK.

b. Berdasarkan Hukum Koperasi :

1. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP Syariah).

2. Koperasi serba usaha syariah (KSU Syariah) atau Koperasi Unit Desa Syariah (KUD Syariah).

3. Unit Usaha Otonom dari Koperasi seperti KUD, Kopontren atau lainnya.

Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah, di dalamnya mengandung keterpaduan sisi sosial dan bisnis, dilakukan secara kekeluargaan dan kebersamaan untuk mencapai sukses kehidupan di dunia dan di akhirat.

2.2.4. Produk dan Mekanisme Operasional BMT

1. Beberapa pemrakarsa yang mengetahui mengenai BMT menyampaikan dan menjelaskan ide atau gagasan itu kepada rekan-rekannya termasuk apa itu BMT, visi, misi tujuan dan usaha-usahanya. Sehingga para pemrakarsa dapat bertambah.

2. Dengan berbekal modal awal, pengelola membuka kantor dan menjalankan BMT, dengan giat menggalakkan simpanan masyarakat dan memberikan pembiayaan pada usaha mikro dan kecil disekitarnya.


(41)

3. Pembiayaan dengan menggunakan bagi hasil sesuai dengan akad. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor semampunya (bertahap dan membesar), sewa kantor, listrik, dll.

4. Yang paling penting adalah bahwa, dari bagi hasil ini pengelola membayar pula bagi hasil kepada penyimpan dana, diusahakan lebih besar sedikit dibandingan dengan bunga pada bank konvensional.

5. Dengan memberikan bagi hasil kepada para penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, kekayaan BMT akan semakin bertambah diimbangi dengan pembiayaan pada usaha mikro dan kecil semakin banyak dan lancar. BMT akan semakin maju dan berkembang.

BMT mempunyai beberapa produk, namun biasanya nama produk dalam suatu BMT terkadang berbeda – beda namun tujauannya sama saja. yaitu antara lain adalah jenis-jenis usaha BMT sebenarnya dimodifikasi dari produk perbankan Islam. Oleh karena itu, usaha BMT dapat dibagi kepada dua bagian utama, yaitu memobilisasi simpanan dari anggota dan usaha pembiayaan. Bentuk dari usaha memobilisasi simpanan dari anggota dan jamaah itu antara lain berupa:

1. Simpanan Mudharabah Biasa. 2. Simpanan Mudharabah Pendidikan. 3. Simpanan Mudharabah Haji. 4. Simpanan Mudharabah Umrah. 5. Simpanan Mudharabah Qurban.


(42)

6. Simpanan Mudharabah Idul Fitri. 7. Simpanan Mudharabah Walimah. 8. Simpanan Mudharabah Akikah. 9. Simpanan Mudharabah Perumahan.

10.Simpanan Mudharabah Kunjungan Wisata. 11.Titipan zakat, Infaq, shadaqah (ZIS).

12.Produk simpanan lainnya yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan dimana BMT itu berada.

Sedangkan jenis usaha pembiayaan BMT lebih diarahkan pada pembiayaan usaha makro, kecil bawah dan baawah. Diantara usaha pembiayaan tersebut adalah:

1. Pembiayaan Mudharabah. 2. Pembiayaan Musyarakah. 3. Pembiayaan Murabahah.

4. Pembiayaan Al Bai; Bithaman Ajil. 5. Al-Qardhul Hasan.

Usaha-usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan BMT yang berkaitan langsung dengan masalah keuangan. Selain kegiatan-kegiatan keuangan tersebut, BMT juga mengembangkan usaha dibidang sector ril, seperti kios telepon, kios benda pos, memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan produktivitas hasil para nasabah, mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau pengolahan hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan atau pemasaran masukan dan hasil produksi, serta usaha


(43)

lainnya yang layak, menguntungkan dalam jangka panjang dan tidak menganggu program jangka pendek.

2.2.5. Profil BMT

Secara umum profil BMT dapat dirangkum dalam butir-butir berikut (Andri Soemitra, 2010: 452-455):

a) Tujuan BMT, yaitu menambahkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya.

b) Sifat BMT, yaitu mempunyai bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuhkembangkan dengan swadaya dan dikelola secara professional serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya.

c) Visi BMT, yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang berkualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.

d) Misi BMT, yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belengu rentenir maupun jerat kemiskinan.

e) Fungsi BMT,

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi dan kerja anggota.


(44)

2. Mempertinggi kualitas SDM.

3. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

f) Prinsip-prinsip utama BMT, yaitu:

1. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah islam ke dalam kehidupan nyata;

2. Keterpaduan di mana nilaii-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakan etika dan moral yang dinamis, proaktif, adil, dan berakhlak mulia;

3. Kekeluargaan (kooperatif); 4. Kebersamaan;

5. Kemandirian;

6. Profesionalisme; dan

7. Istikamah: konsisten, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan (Soekanto, 1990: 106).

Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten (Soekanto dan Sri Mumadji, 2001:1).

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala tertentu dengan cara menganalisisnya. Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai peranan perbankan syariah terhadap pengembangan bmt di kota Medan, merupakan penelitian studi empiris yang bersifat deskriptif analitis, maksudnya memaparkan data-data yang ditemukan dilapangan dan menganalisisnya untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 44).

Penelitian ini didasarkan pada penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder dan penelitian lapangan untuk mendapatkan


(46)

data primer atau data dasar. Adapun yang menjadi sasaran penelitian hukum ini ada dua yaitu norma untuk penelitian kepustakaan dan perilaku untuk penelitian lapangan(Mertokusumo: 30).

Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan kasus untuk mendapatkan informasi dari responden yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian empiris dikenal data primer dan data skunder.

a) Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data- data yang diperoleh langsung dari pengurus BMT di kota Medan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan.

b)Data Sekunder

Data sekunder adalah data diperoleh dari Pusat Inkubasi Usaha Bsnis Kecil (PINBUK), buku literature, internet, jurnal, tesis serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian dan berbagai sumber yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan hanya sebagai pembantu.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Kota Medan dengan populasi terdiri dari seluruh BMT Se-Kota Medan. Pemilihan sampel lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik


(47)

representatif dengan apa yang disajikan (Soekanto dan Sri Mamuji :33). Dikarenakan Karakter sampel penelitian bersifat homogen maka criteria pemilihan sampel adalah BMT yang telah berdiri kurang lebih 2 tahun dan memiliki nasabah minimal 200 orang nasabah serta memiliki persentasi pembiayaan macat minimal 2 persen. Berdasarkan teknik dan kriteria tersebut maka dipilih beberapa BMT yaitu :

1. BMT Amanah Ray beralamat di Jl. Sutrisno No. 732 A Medan. 2. BMT Qania Jl. Bromo Gg. Aman No. 10 Medan.

3. BMT El Munawar Jl. AR. Hakim No. 135 Medan. 4. BMT BMT Al Hafiz Jl. Bromo No. 28 Medan.

5. BMT GPA Mandiri Jl. Sisingamangaraja No. 144 Lt. 1 Medan. 3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode atau teknik menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, pengamatan, ujian, dokumen dan lainnya (Riduwan, 2004: 97).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam tesis ini, seperti buku-buku lembaga keuangan syariah, majalah bisnis, artikel-artikel, pendapat para sarjana dan bahan-bahan lainnya.

Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan studi dokumen dan wawancara. Wawancara langsung dengan responden dilakukan dengan


(48)

daftar pertanyaan guna memperoleh informasi tentang masalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian (Soekanto: 115).

3.6. Analisis Data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurut data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moeloeng, 1994: 103).

Analisa data didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis diskriptif. Analisis diskriptif yaitu dengan cara menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dihubungkan dengan data-data diperoleh dari tempat penelitian, sehingga dapat menarik kesimpulan. 3.7. Definisi Operasional

1. Peranan Perbankan Syariah adalah berupa sebagi penghimpun dana, melakukan pembiyaan terhadap masyarakat ataupun Lembaga Keuangan yang membutuhkan dan menyediakan jasa jasa perbankan.

2. BMT adalah suatu jenis lembaga yang berbasis syariah yang menghimpun dana dan menyalurkan dana ke masyakarat yang ekonominya relative lemah.

3. Masalah BMT adalalah hambatan atau rintangan yang dihadapi BMT baik secara eksternal maupun internal.

4. Jumlah BMT dikota Medan adalah jumlah seluruh BMT yang terdapat di kota Medan.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan adalah salah satu ibu kota propinsi yang terbesar penduduknya di Indonesia. Kota Medan terletak antara 20.27’- 20.47’ Lintang Utara, 980.35’- 980.44’ Bujur Timur. Secara geografis, luas areal Kota Medan adalah 26.510 Ha (265,10 km2) atau 3.6% dari keseluruhan wilayah Sumetera Utara dan berada pada ketinggian antara 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut, dengan topografi datar. Suhu udara pertahun berkisar antara 270C – 290C dari luas wilayah keseluruh Kota Medan, dimana 9.225 Ha untuk pemukiman, 1.862 Ha untuk sector jasa dan 740 Ha untuk dicadangkan bagi penetapan lokasi perusahaan dan industry. Sisanya seluas 14.693 Ha merupakan areal non-urban, dan 7.000 Ha diantaranya akan dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan untuk sector pertanian tanaman pangan.

Posisi dan letak Kota Medan berada di dataran pantai Timur Sumatera Utara, di antara Selat Malaka dan jajaran penggunungan vulkanis yang membujur dari Barat Laut sampai wilayah Tenggara ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut, dengan kelembaban dan curah hujan yang relative tinggi. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 12 kecamatan dan 151 kelurahan. Secara geografis Kotamadya Medan dibatasi oleh:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.


(50)

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kotamadya Binjai.

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

4.2 BMT El-Munawar

BMT El-Munawar merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syari`ah yang dijalankan menurut sistem syariat Islam dengan usaha pokoknya adalah menghimpun dana umat (founding) dan menyalurkannya

(Landing) kembali kepada umat secara produktif dan menguntugkan.

Berdirinya koperasi syariah BMT El-Munawar diiniasi oleh PINBUK, Bank Muamalat dan Masyarakat yang bertjuan untuk pemberdayaan usaha mikro serta sosialisasi dan implementasi ekonomi syariah di Sumetera Utara khususnya dan Indonesia pada umumnya.

BMT El-Munawar didirikan oleh Bpk. Achmad Munawar Siregar pada tanggal 10 November 2008 yang pusatnya beralamat di Jalan AR. Hakim No. 135 Medan. Memperoleh SK Pengurus dari PINBUK TK. I SUMUT No.: 170 PINBUK- SU/BP/SK/X/2008 tanggal : 28 Oktober 2008. BMT El Munawar memperoleh Pengesahan Akte Pendirian Koperasi oleh Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil Republik Indonesia No. : 02.12.2.51.00931 tanggal : 17 Juni 2010 yang diterima tanggal 24 Juni 2010, dan berbadan hukum oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.: 518.503/21/BH/II/KUK/2009. Sampai saat BMT El-Munawar sudah memiliki satu cabang, yaitu beralamat Jl. M. Nawi Harahap No. 8 A Medan Sp. Limun.


(51)

BMT El-Munawar juga menjalin kerja sama atau patner kerja dengan sejumlah lembaga keuangan dan lembaga lainnya maupun perbankan, yaitu dengan Bank Muamalat, PINBUK, INKOPSYAH (Induk Koperasi Syariah), Dinas Koperasi dan Telkom. Bekerja sama agar dapat menunjang perkembangan BMT yang akan dirasakan oleh masyarakat, berkerja sama dengan Telkom untuk pembayaran listirk dan telepon.

Saat ini BMT El-Munawar memiliki nasabah yang berjumlah 650 orang, dengan rincian yaitu:

a. Nasabah yang Menabung : 437 orang. b. Nasabah Pembiyaan : 213 orang,

BMT El-Munawar memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi di dalam beroperasi di lingkungan masyarakat, berikut visi, misi, tujuan dan fungsinya yaitu:

1. Visi : Lembaga Keuangan Syariah Sehat, Kuat dan Terperca Pilihan Ummat.

2. Misi : Memberikan Solusi dan Hasil Terbaik Membangun Ummat berkembang, Berkah dan Sejahtera.

3. Tujuan :

a. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional.


(52)

c. Mendukung pertumbuhan usaha mikro dalam rangka peningkatan kesejahteraan ummat.

d. Mensosialiasikan prinsip-prinsip ekonomi syariah. e. Bersifat terbuka, independent dan tidak partisan. 4. Fungsi :

a. Penggerak ekonomi mikro ditengah masyarakat.

b. Pelopor penerapan system ekonomi syariah di masyarakat.

c. Lembaga intermediasi antara masyarakat (Investor dengan Pembiyaan) BMT El-Munawar memiliki jenis jasa-jasa atau produk produknya yaitu:

1. Produk Pembiyaan:

a. Mudharabah (Pembiyaan Bagi Hasil). b. Murabahah (Pembiyaan Modal Kerja). c. Musyarakah (Pembiyaan Kerjasama). d. Qordhul Hasan (Pembiyaan Kebajikan). 2. Produk Tabungan:

a. Tabungan TAMARA (Tabungan Mandiri Sejahtera) b. Tabungn TAJAKA (Tabungan Berjangka/ Deposito) c. Tabungan TADIKA (Tabungan Pendidikan Anak) d. Tabungan TADURI (Tabungan Idul Fitri)

e. Tabungan TAHAJUD (Tabungan Haji Terwujud) f. Tabungn Qurban (Idul Adha)


(53)

3. Program:

a. Menerima dan menyalurkan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) b. Mengelola berbagai jenis simpanan pihak ketiga

c. Mengelola berbagai jenis pembiyaan modal usaha 4.2.1 Masalah BMT El-Munawar

Dari hasil kuisioner saya yang dilakukan terhadap pimpinan BMT El-Munawar dapat dijelaskan yaitu:

A. Dari sisi Internal

1. BMT El-Munawar tidak mempunyai masalah pada Bank Syariah terhadap bagi hasil pada tingkat margin, karena sebelum akad yang dilakukan sudah sepakat berapa besar pembagian bagi hasilnya.

2. BMT El-Munawar mempunyai masalah terhadap modal karena modal sendiri tidak cukup untuk melayani permintaan pembiyaan oleh nasabah, sehingga dibutuhkan bantuan modal dari bank syariah dan mencari patner kerja.

3. BMT El-Munawar mempunyai masalah terhadap kredit macet pada nasabahnya, karena nasabah terjadi yang tidak diduga seperti Force

Mejur (kebakaran), Sakit, karakter nasabah yang berbeda-beda dan

meninggal dunia. Untuk mengatasinya pihak BMT melakukan system jemput dana.


(54)

4. BMT El-Munawar mempunyai masalah ketika mengeluarkan produk yang akan ditawarkan, karena perlu disosialisasikan dahulu keuntungan dan manfaat dari produk yang akan dikeluarkan, sehingga masyarakat dapat mengenali produk tersebut.

5. BMT El-Munawar mengalami masalah terhadap Sumber Daya Manusia (SDM), karena SDM sangat dibutuhkan dalam pengembangan atau meluaskan usahanya.

B. Dari sisi Eksternal

1. BMT El-Munawar tidak mengalami masalah terhadap persaingan dengan renternir, karena BMT tersebut mempunyai system bagi hasil dan tidak ada bunga dan tidak merugikan nasabah yaitu dengan tingkat bagi hasil 3 %/bulan, sedangkan renternir mempunyai system bunga yang tinggi yaitu 5-10 % /bulan, sehingga BMT ini tidak ada gangguan sama sekali dengan adanya keberadaaan renternir.

2. BMT El-Munawar tidak mempunyai masalah dengan tempat lokasi berdirinya BMT sebagai perkembangnya, terbukti sampai saat ini BMT El-Munawar masih beroperasi walaupun disamping BMT tersebut berdiri BRI.

3. BMT El-Munawar tidak mempunyai masalah dengan tingkat infalsi yang terjadi terhadap perkembangannya.

4. BMT El-Munawar tidak mempunyai masalah dengan tingkat bunga yang terjadi terhdap perkembangannya.


(55)

5. BMT El-Munawar tidak pernah mengalami persaingan tidak islami dengan BMT lain karena presepsi bahwa BMT lain menganggap lawan bukan partner, BMT El-Munawar menganggap BMT lain sebagai parner, atau melakukan sharing untuk memajukan BMT bersama.

4.2.2 Peranan Perbankan Syariah dalam BMT El-Munawar

Dari hasil kuisioner saya yang dilakukan terhadap pimpinan BMT El-Munawar dapat dijelaskan yaitu:

1. BMT El-Munawar menyimpan dananya di Bank Syariah yaitu di Bank Muamalat Indonesia (BMI).

2. BMT El-Munawar menyimpan dananya di Bank Muamalat dalam bentuk tabungan mudharabah yaitu berkisar Rp 200-300 juta/tahun dan sesuai dengan kebutuhan.

3. BMT El-Munawar menerima penyaluran dana dari Bank Muamalat Indonesia (BMI) dalam bentuk akad murabahah (pembiyaan modal kerja)

4. BMT El-Munawar menggunakan jasa-jasa Bank Muamalat Indonesia (BMI) yaitu berupa pembiyaan murabahah.

4.3 BMT Qania

Berdirinya BMT Qania berawal dari 21 orang yang mempunyai latar belakang perkerjaan yang berbeda tetapi memiliki kesamaan untuk memperdayakan ekonomi kerakyatan untuk mengambil bagian membangun perekonomian nasional. Maka setelah beberapa kali pertemuan pada tanggal


(56)

25 juli 2007 diputuskan sebagai lahirnya Kopsyah Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Qania didirikan oleh drg. Sri Nurhayati sebagai manager dibantu oleh Nurkasnah sebagai sekretaris dan Erlitna Lita Br. Spelawi sebagai bendahara. Menjalankan kegiatan usahanya di Jalan Bromo Gang Aman No. 10 Medan, dengan target market adalah pengusaha menengah dan mikro serta masyarakat sekitar. BMT Qania yang berbadan hukum oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.: 518.503/3/BH/II/KUI/2007. BMT Qania memiliki partner atau mitra kerja dengan Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Sumut Syariah, Bank Muamalat, Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah), Dinas Koperasi, Telkom, Bank Tabungan Negara dan BMT Berkah Stabat. BMT ini juga memiliki usaha dibidang sektor real seperti membuka loket pembayaran rekening listrik yang bekerja sama dengan pihak PLN kota Medan.

Saat ini BMT Qania memiliki nasabah yang berjumlah 3882 nasabah dengan rincian :

a. Nasabah yang menabung : 2700 orang b. Nasabah Pembiyaan : 1182 orang

BMT Qania memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi di dalam beroperasi di lingkungan masyarakat, berikut visi, misi, tujuan dan fungsinya yaitu:

1. Visi : Menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat, kuat dan terpercaya dalam melayani usaha anggota dan masyarakat sekitar menuju kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera secara berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip fathonah, amanah, shidiq dan tabliqh.


(57)

2. Misi : Meningkatkan akses permodalan bagi pengusaha mikro/kecil baik financial dalam tekad mengentaskan kemiskinan dan meningkatakan kesejahteraan.

3. Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui gerakan pemberdayaan ekonomi kerakyaatan berbasis syariah.

4. Fungsi :

a. Melakukan pengadaan permodalan bagi pedagang

b. Melakukan pembinaan terhadap pelaku home industry di Kota Medan, petani dan pengrajin batubara di Kabupaten Serdang Bedagai.

c. Menciptakan peluang usaha dengan melatih anggota/masyarakat dengan kewirausahaan dan memfasilitasi permodalan.

BMT Qania memiliki jenis jasa-jasa atau produk produknya yaitu: 1. Produk Simpanan/Tabungan:

a. Simpanan/ Tabungan Pendidikan b. Simpanan/ Tabungan Idul Fitri c. Simpanan/Tabungan Walimah

d. Simpanan/Tabungan Aqiqah dan Qurban e. Simpanan/Tabungan Tamara


(58)

2. Produk Pembiyaan:

a. Pembiyaan Mudharabah b. Pembiyaan Musyawarakah c. Pembiyaan Murabahah d. Qordhul Hasan.

4.3.1 Masalah BMT Qania

Dari hasil kuisioner saya yang dilakukan terhadap pimpinan BMT Qania dapat dijelaskan yaitu:

A. Dari sisi Internal

1. BMT Qania mempunyai masalah terhadap Bank Syariah tentang bagi hasil pada tingkat margin.

2. BMT Qania mempunyai masalah terhadap modal, karena banyak anggota BMT yang membutuhkan modal, namun tidak dapat terlayani semua.

3. BMT Qania mempunyai masalah terhadap kredit macet pada nasabahnya, karena nasabah pindah rumah, sakit dan usaha bangkrut. 4. BMT Qania mempunyai masalah terhadap ketika mengeluarkan

produk yang ditawarkan terutama pada tabungan pendidikan dengan alasan murid langsung menabung ke pihak sekolah.

5. BMT Qania tidak mempunyai masalah terhadap jumlah Sumber Daya Manusia (SDM).


(59)

B. Dari Sisi Eksternal

1. BMT Qania mempunyai masalah terhadap keberadaan renternir, karena BMT masih terikat peraturan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah.

2. BMT Qania tidak mempunyai masalah terhadap lokasi berdirinya BMT sebagai penunjang lambannya berkembang.

3. BMT Qania mempunyai masalah terhadap tingkat inflasi, karena akibat tingginya inflasi akan menyebabkan terganggunya iklim usaha dari anggota BMT yang sebagian besar adalah UKM.

4. BMT Qania mempunyai masalah terhadap tingkat bunga, karena anggota akan keberatan bila tingkat bunga/margin yang dilakukan dirasa memberatkan mereka.

5. BMT Qania tidak mempunyai masalah terhadap persaingan tidak islami terhadap BMT lain yang menganggap BMT lain sebagai lawan bukan partner.

4.3.2 Peranan Perbankan Syariah dalam BMT Qania

Dari hasil kuisioner saya yang dilakukan terhadap pimpinan Qania dapat dijelaskan yaitu:

1. BMT Qania menyimpan dananya di Bank Syariah yaitu di Bank Syariah Mandiri, Bank Sumut Syariah, Bank Muamalat.

2. BMT Qania menyimpan dananya di Bank Syariah dalam bentuk Giro (Wadiah), Tabungan (Wadiah) dan Tabungan (Mudharabah).


(60)

3. BMT Qania menerima pembiyaan dari Bank Syariah Mandiri dalam akad Mudharabah dan Bank Sumut Syariah dalam akad Musyawarakah. 4. BMT Qania menggunakan jasa-jasa Bank Syariah

5. BMT Qania menggunakan jasa-jasa Bank Syariah dalam bentuk Rahn dan Wakalah.

4.4 BMT El Hafiz

Pendiri BMT Al Hafiz adalah Ibu Erawati, secara operasional BMT ini dibantu oleh Bp. Syafrizal sebagai Manajer Operasionalnya. Berdiri sejak tahun 2009 berdasarkan rekomendsi dari PINBUK No.079/PINBUK- SU/BP/A/R/K/IV/2009 dan telah mempunyai pengesahan BadanHukum Koperasi No. 18.503/77/BH/II/KUK/2009.

Alamat BMT ini di Jalan Bromo No.28 Medan. BMT El Hafiz telah pernah melakukan kerja sama dengan Bank Syariah Mandiri, Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah) Jakarta, PT. PNM (Permodalan Nasional Madani) cabang Medan.

BMT El Hafiz saat ini sudah memiliki nasabah sebesar 2007 orang dengan rincian:

a. Nasabah yang menabung : 1.182 orang b. Nasabah Pembiyaan : 825 orang

BMT El Hafiz memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi di dalam beroperasi di lingkungan masyarakat, berikut visi, misi, tujuan dan fungsinya yaitu:


(61)

1. Visi : Menjadi Lembaga Pendukung kegiatan Ekonomi Masyarakat Kecil.

2. Misi :

a. Meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil agar jauh dari kemiskinan. b. Menciptakan Lapangan Pekerjaan bagi Masyarakat Kecil

c. Membantu modal kerja dan modal investasi skala mikro sebagai upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.

3. Tujuan :

a. Mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat.

b. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

c. Mengembangkan kemampuan ekonomi, daya kreasi dan kemampuan usaha anggota dalam menigkatkan kesejahteraan dan pendapatannya. d. Memperdayakan pengusaha kecil dan lemah dengan konsep

keseimbangan antara ruhiyah dan ruhpiyah dengan melalui pola pembinaan dan pembiyaan kepada anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

4. Fungsi :

a. Mengembangkan sector riel

b. Membiyai usaha produktif dan konsumtif pengusaha mikro c. Memberikan modal kerja bagi pengusaha mikro


(62)

BMT El Hafiz memiliki produk atau jasa-jasa dalam operasinya yaitu: 1. Produk Simpanan

a. Simpanan SIMARA (Simpanan Mandiri Sejahtera) b. Simpanan SIDANA (Simpanan Pendidikan Anak) c. Simpanan SIFITRI (Simpanan Idul Fitri)

d. Simpanan SIABAN (Simpanan Qurban) e. Simpanan Berjangka (Deposito)

2. Produk Pembiyaan

a. Pembiyaan Mudharabah (Modal Kerja) b. Pembiyaan Konsumtf

c. Rahn (Gadai)

d. Pembiyaan Leasing Barang. 4.4.1 Masalah BMT El Hafiz

Dari hasil kuisioner saya yang dilakukan terhadap pimpinan BMT El Hafiz dapat dijelaskan yaitu:

A. Dari sisi Internal

1. BMT El Hafiz tidak mempunyai masalah terhadap bank syariah tentang bagi hasil pada tingkat margin.

2. BMT El Hafiz mempunyai masalah terhadap modal, karena banyaknnya permintaan usaha kecil untuk dibiyai dikarenakn susahnya mereka alasan dibank.

3. BMT El Hafiz mempunyai masalah terhadap kredit macet pada nasabanhnya, karena sepinya pasar yang digeluti oleh nasabah.


(63)

4. BMT El Hafiz tidak mempunyai masalah ketika mengeluarkan produk yang ditawarkan.

5. BMT El Hafiz tidak mempunyai masalah terhadap jumlah sumber daya manusia (SDM).

B. Dari sisi Eksternal

1. BMT El Hafiz mempunyai masalah terhadap keberadaan renternir sehingga susah berkembang, Karen renternir yang ada mempunyai modal yang cukup kuat.

2. BMT El Hafiz tidak mempunyai masalah terhadap lokasi berdirinya BMT.

3. BMT El Hafiz tidak terpengharu terhadap tingkat inflasi.

4. BMT El Hafiz tidak mempunyai masalah terhadap tingkat bunga. 5. BMT El Hafiz tidak mempunyai masalah terhadap persaingan tidak

islami terhadap BMT lain yang menganggap lawan bukan partner. 4.4.2 Peranan Perbankan Syariah dalam BMT El Hafiz

1. BMT El Hafiz menyimpan dananya di perbankan syariah.

2. BMT El Hafiz menyimpan dananya dalam bentuk tabungan (Mudharabah)

3. BMT El Hafiz menerima pembiyaan dana dari bank syariah yaitu Bank Syariah Mandiri dalam akad musyarakah

4. BMT El Hafiz menggunakan jasa-jasa bank syariah

5. BMT El Hafiz menggunakan jasa-jasa bank syariah dalam bentuk rahn, wakalah.


(64)

4.5 BMT Gerakan Pemuda Al washliyah (GPA) Mandiri

Berdirinya BMT GPA Mandiri ini tidak terlepas dari sebuah proses perjalanan aktifitas kepemudaan dilingkungan Al Jam’iyatul Washliyah yang terhimpun dalam Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) di jajaran Provinsi Sumetera Utara yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan sendi sendi kehidupan beragama dan bermasyarakat. Sehingga pasca dilaksanakan Musyawarah Wilayah (MUSYWIL) Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) Sumatera Utara yang ke IX, yang diantaranya mengagendakan program kerja Gerakan Pemuda Al Washliyah yaitu mendirikan Koperasi Serba Usaha (KSU) Baitul Mal wat Tamwil BMT GPA MANDIRI. Hal ini merupakan cita-cita Pemuda AL Washliyah yang inginmenjadikan Pemudanya dapat berhsil berguna dan berdaya guna serta dapat bermanfaat bagi ummat lainnya.

BMT GPA Mandiri beralamat di Kompleks PW Al Washliyah Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja No. 144 Medan. BMT GPA Mandiri secara fundamen ini didirikan oleh tokoh Pemuda Sumetera Utara yang terhimpun dalam Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA), tepatnya pada tanggal 15 Maret 2007 yang tertuang notaris no: 67, yang telah ditetapkan sebagai badan hukum Koperasi sesuai dengan SK Menteri Negara urusan KOperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Ri, No: 518.503/25/BH/KUK/2007.

BMT yang tepatnya teletak didepan makam pahlawan ini didirikan oleh organisasi Gerakan Pemuda Alwasliyah (GPA) yang diketuai oleh Bp. H. DTM. Abdul Hasan Maturidi sejak tahun 2007, secara operasional BMT


(65)

ini dijalankan oleh Bp. Azra`I Harahap, S.Pd.I. BMT GPA Mandiri pernah berkerja sama dalam meningkatkan perkembangannya dengan Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH).

Saat ini BMT GPA Mandiri telah memiliki nasabah sebesar 300 nasabah dengan rincian:

1. Nasabah Tabungan : 167 orang 2. Nasabah Pembiyaan : 133 orang

BMT GPA MAndiri didalam menjalankan operasionalnya juga memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi yaitu:

1. Visi:

a. Menjadi sebuah lembaga pembiyaan mikro yang professional, amanah, dan sejahtera.

b. Mengembalikan kejayaan islam sebagai motor penggeraka perekonomian ummat.

2. Misi:

a. Menghimpun potensi ekonomi ummat.

b. Memberi akses pembiyaan kepada pengusaha mikro, kecil, dan menengah.


(66)

3. Tujuan:

a. Sebagai respon positif atas pertumbuhan perekonomian ummat berbasis syariah.

b. Turut serta langsung maupun tidak langsung dalam program pengentasan kemisikinan dengan upaya penyaluran pembiyaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.

c. Menjadi bagian komprehensif dari sebuah gerakan mengembalikan kejayaan ummat.

4. Fungsi: Menyediakan modal bagi usaha kecil dan membangkitkan ekonomi ummat zaman-berzaman.

BMT GPA Mandiri dalam menjalankan usahanya memiliki produk atau jasa-jasanya, yaitu:

1. Produk Simpanan atau Tabungan a. Produk Tabungan Reguler/biasa. b. Produk Tabungan Pendidikan. c. Produk Tabungan Ibadah Haji. d. Produk Tabungan Ibadah Qurban. e. Produk Tabungan Idul Fitri.

f. Produk Tabungan Berjangka (Deposito). g. Produk Tabungan Walimah.

h. Produk Tabungan Perumahan. i. Produk Tabungan Kenderaan.


(67)

2. Produk Pembiyaan.

a. Pembiyaan Mudharabah. b. Pembiyaan Murabahah. c. Pembiyaan Musyarakah. d. Pembiyaan Ba’I Bitsamal Ajil. e. Pembiyaan Qardul Hasan. 4.5.1 Masalah BMT GPA Mandiri.

Dari hasil kuisioner saya yang dilakukan terhadap pimpinan BMT GPA Mandiri dapat dijelaskan yaitu:

A. Dari sisi Internal.

1. BMT GPA Mandiri tidak mempunyai masalah terhadap tingkat margin tentang bagi hasil di bank syariah.

2. BMT GPA Mandiri mempunyai masalah terhadap modal, karena masyarakat kurang percaya terhadap BMT dalam menyimpan atau menginvestasikan dananya.

3. BMT GPA Mandiri mengalami kredit macet pada nasabanya, karena karakter nnasabah yang tidak patuh.

4. BMT GPA Mandiri mengalami masalah terhadap mengeluarkan produk terutama pada produk simpan pinjam.

5. BMT GPA MAndiri mempunyai masalah terhadap jumlah Sumber Daya Manusia, karena latar belakang pendidikan yang kurang memadai.


(68)

B. Dari sisi Eksternal

1. BMT GPA Mandiri mempunyai masalah terdahap keberadaan renternir dalam mengembangkan usahanya, karena modal renternir lebih besar.

2. BMT GPA Mandiri tidak mempunyai masalah terhadap lokasi berdirinya BMT sebagai penunjang lambannya perkembangannya. 3. BMT GPA Mandiri tidak terpengharu terhadap tingkat inflasi yang

terjadi.

4. BMT GPA Mandiri tidak terpengharu terhadap tingkat bunga yang terjadi.

5. BMT GPA Mandiri tidak pernah mengalami persaingan tidak islami dengan BMT lain bahwa BMT lain menganggap lawan bukan partner. 4.5.2 Peranan Perbankan Syariah dalam BMT GPA Mandiri

1. BMT GPA Mandiri menyimpan dananya di Bank Muamalat

2. BMT GPA Mandiri menyimpan dananya di Bank Muamalat dalam bentuk tabungan (Mudharabah)

3. BMT GPA Mandiri tidak menerima pembiyaan dari bank syariah manapun.

4. BMT GPA Mandiri tidak menggunakan jasa-jasa bank syariah.

5. BMT GPA MAndiri tidak menggunakan satu pun jasa-jasa bank tersebut.


(69)

4.6 BMT Amanah Ray

BMT Amanah Ray dilatarbelakangi oleh niat suci para pendiri yang merupakan komisaris PT. Rapy Ray Putratama untuk mendapatkan hasil usaha secara halal sesuai dengan prinsip syariah, membantu serta meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bagi karyawan, masyarakat dan pengusaha kecil yang benar-benar bertekad merubah cara hidup untuk keluar dari kemiskinan serta bersedia bekerja keras dan bekerja cerdas dalam menjalankan serta mengembangkan usaha.

BMT Amanah Ray merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang secara resmi dibuka pada tanggal 25 Januari 2007, yang beralamat di Jalan Sutrisno No.732 A Medan. BMT Amanah Ray secara legal beroperasi pada tanggal 29 Januari 2007 dengan surat rekomendasi dari PINBUK Sumatera Utara Nomor : 001/PINBUK-MDN/R/B/I/2007 Akte Notaris Nomor: 66 tanggal 20 Februari 2007 dan berbadan hukum dari izin Dinas Koperasi Sumatera Utara No.518.503/23/BH/KUK/2007, tanggal 13 Maret 2007.

BMT yang dipimpin oleh Bapak Ir. Rusdiono sebagai Direktur ini memiliki tiga kantor cabang yang ada di kota Medan yakni : Jl. Setia Budi No. 143 (depan Majestik) Medan, Jl. Madrasyah No. 2 Delitua, Jl. Mayor No. 5 Pulo Brayan Medan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola Lembaga Keuangan Mikro BMT ini didukung oleh berbagai Lembaga Keuangan Perbankan, seperti Bank Sumut syariah, Bank BTN Syariah, dan Bank Muamalat Syariah.


(70)

Sampai saat ini BMT Amanah Ray memiliki banyak nasabah yang berjumlah kan 22.210 orang dengan rincian:

1. Nasabah Tabungan : 15.050 orang 2. Nasabah Pembiyaan : 7.160 orang

BMT Amanah Ray didalam menjalankan operasionalnya juga memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi yaitu:

1.Visi : Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional serta terpercaya dalam member solusi yang bermakna bagi masyarakat sekitar menuju kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera secara berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip fathonah, amanah, shiddiq dan tabliqh.

2. Misi : Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik financial dalam tekad mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.

3. Tujuan: Terciptanya system, lembaga dan kondisi keunagan ekonomi rakyat yang lebih baik dilandasi oleh nilai-nilai dasar salaam, keselamatan yang berazazkan pada moto “Melayani Sekecil Apapun Usaha Anda”.

4. Fungsi :

a. Motor penggerak ekonomi dan social masyarakat banyak. b. Ujung tombak pelaksanaan system ekonomi syariah.


(71)

c. Penghubung antara kaum berada (aghnia) dan kaum yang lemah (dhu’afah).

d. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barokah dan salaam melalui spiritual communication (sprico) dzikir quilriyah ilahiah.

Dalam BMT Amanah Ray terdapat beberapa produk/ jasa-jasanya didalam menjalankan operasionalnya yaitu:

1. Produk Tabungan:

a. Produk Tabungan Biasa b. Produk Tabungan Berjangka c. Produk Tabungan Pendidikan d. Produk Tabungan Idul Fitri e. Produk Tabungan Al-Hajj

f. Produk Tabungan Qurban (Idul Adha) 2. Produk Pembiyaan:

a. Pembiyaan Mudharabah (Pembiyaan total bagi hasil) b. Pembiyaan Musyarakah (Pembiyaan bersama bagi hasil) c. Pembiyaan Murabahah (Pembelian barang jatuh tempo) d. Pembiyaan Bai’Bitsaman’Ajil (Pembelian bayar angsuran)


(1)

Mei 2012).

(12 Mei 2012).

2012).

http:/


(2)

Lampiran: Kuisioner Penelitian

Saya yang bernama Danu Ramadhan, mahasiswa tingkat akhir departemen Ekonomi Pembangunan FE USU sedang mengadakan penelitian di kota Medan dalam rangka penyelesaian tugas akhir/ skripsi. Penelitian saya ini berjudul: ”Peranan Perbankan Syariah terhadap pengembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan”.

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menambah khasanah penelitian disiplin Ekonomi Pembangunan FE USU saja dan dapat dipergunakan oleh pihak BMT maupun perbankan syari’ah sebagai bahan masukan pengembangan BMT.

Demi kelancaran proses penelitian ini, sudi kiranya Bapak/Ibu/Sdr/I meluangkan waktu untuk mengisi pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini. Identitas dari Bapak/Ibu/Sdr/I akan saya jaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/I dalam memberikan jawaban yang dianggap paling benar. Atas kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/I, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(3)

I. Peranan Bank Syari’ah,

1. Apakah BMT ini menyimpan dananya di Bank Syari’ah? a. Ya, Bank………

b. Tidak.

2. Jika ada BMT ini menyimpan dananya di Bank Syariah, dalam bentuk apa? a. Giro (Wadiah).

b. Tabungan (Wadiah). c. Tabungan (Mudharabah). d. Deposito (Mudharabah).

3. Apakah BMT ini dapat penyaluran dana dari Bank syariah?

a. Ya, Bank…………...dan dalam akad………. b. Tidak.

4. Apakah BMT ini ada menggunakan Jasa-jasa Bank Syariah? a. Ya.

b. Tidak.

5. Jika ada dipergunakan jasa-jasa bank syariah dalam bentuk? a. Rahn

b. Wakalah c. Kafalah


(4)

d. Hawalah e. Sharf

f. Dll………….

II. Masalah yang dihadapi BMT

A. Dari sisi Internal

1. Apakah BMT ada masalah pada Bank Syari’ah tentang bagi hasil pada tingkat margin?

a. Ya, Alasannya………

b. Tidak

2. Apakah BMT ini mempunyai masalah terhadap modal? a. Ya, alasannya…………..

b. Tidak.

3. Apakah BMT ini pernah mengalami kredit macet pada nasabahnya? a. Ya, alasannya…………

b. Tidak

4. Apakah BMT ini pernah mengalami kendala ketika mengeluarkan produk yang ditawarkan?

a. Ya, Produk……….


(5)

5. Apakah BMT ini jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) kurang? a. Ya, alasannya……….

b. Tidak. B. Dari sisi eksternal

1. Apakah BMT ini mengalami persaingan dengan renternir sehingga susah berkembang?

a. Ya, alasannya………

b. Tidak

2. Apakah lokasi berdirinya BMT ini menjadi salah satu penunjang lambannya perkembangan?

a. Ya, alasannya…………..

b. Tidak.

3. Apakah tingkat Inflasi dapat mempengharui perkembangan BMT ini? a. Ya, alasannya……..

b. Tidak.

4. Apakah tingkat bunga dapat mempengharui perkembangan BMT ini? a. Ya, alasannya………..

b. Tidak.


(6)

5. Apakah BMT ini pernah mengalami persaingan tidak islami dengan BMT lain karena presepsi bahwa BMT lain menganggap lawan bukan partner?

a. Ya, alasannya…………