Teknik Pengukuran Stochastic Frontier Approach SFA

25 teknik yang paling dominan digunakan dalam penghitungan efisiensi perbankan.

D. Teknik Pengukuran Stochastic Frontier Approach SFA

Stochastic Frontier Approach SFA adalah teknik pengukuran tingkat efisiensi dengan pendekatan parametrik. Teknik ini dikembangkan oleh Aigner, Lovell dan Schimdt 1977 serta Meesen dan van Broek 1977. 15 Pada metode ini, profit dari bank dimodelkan untuk terdeviasi dari profit efficient frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi. 16 Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan utamanya di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah dapat menangani masalah statistical noise. Pada teknik ini faktor ketidakefisienan tidak lagi dicemari karena dapat dipisahkan dan dibedakan secara jelas dari random noise-nya. Kelemahan utama metode ini adalah memerlukan bentuk fungsional yang terlampau ketat dari teknologi produksinya. Selain itu kelemahannya adalah cenderung akan mengaburkan pengaruh kesalahan spesifikasi bentuk fungsional dengan pengaruh ketidak efisienan. Menurut Berger dan Humprey – dalam Kukuh 17 , pendekatan stochastic frontier atau sering juga disebut pendekatan ekonometrik yang menentukan bentuk fungsional untuk biaya, keuntungan, atau hubungan produksi antara input, output, 15 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik . hal 70 16 Agung Nugroho, “Efisiensi Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah Menggunakan Stochastic Frontier Analysis SFA”. Jakarta : Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2012, hal 42 17 Kukuh Ari Arbi, “Pendekatan Parametrik dan Non Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Studi Kasus Bank-Bank BUMN dan Bank-Bank Asing yang Terdaftar di Bank Indonesia”. Jakarta : Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. 2011. Hal. 20 26 dan faktor lingkungan serta memungkinkan adanya kesalahan acak. SFA berpendapat bahwa sebuah model terdiri atas kesalahan dimana inefisiensi diasumsikan mengikuti distribusi asimetris, sisanya setengah normal, sedangkan kesalahan acak mengikuti distribusi simetris, biasanya standar normal. Logikanya adalah bahwa inefisiensi harus memiliki distribusi memotong karena inefisiensi tidak boleh negatif. Baik inefisiensi dan kesalahan yang diasumsikan menjadi orthogonal ke output, input, atau variabel lingkungan yang ditetapkan dalam mengestimasi persamaan. Keunggulan pendekatan frontier stochastic yaitu dilibatkannya disturbance term yang mewakili gangguan, kesalahan pengukuran dan kejutan eksogen yang berada diluar kontrol unit produksi. Nilai efisiensi dengan menggunakan metode SFA adalah dalam bentuk persentase. Semakin mendekati nilai 100 menunjukkan bahwa suatu bank bertindak semakin efisien. Dalam setiap periodenya dalam hal ini setiap tahun, dihasilkan nilai efisiensi yang relatif terhadap bank-bank yang termasuk dalam sampel. Artinya ada satu bank yang bertindak paling efisien dalam setiap tahunnya, dan efisiensi dari bank-bank lainnya diukur secara relatif terhadap bank tersebut. Bank yang paling efisien mempunyai nilai efisiensi tertinggi yaitu 100. 18 Dalam menggunakan pendekatan parametrik dan non parametrik, menurut Muliaman D. Hadad dkk, terdapat tiga pendekatan lazim yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara input dan output dalam kegiatan financial suatu 18 Muliaman D. Haddad, dkk, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis” Jurnal Bank Indonesia, 2003 h. 10. 27 lembaga keuangan, yaitu: 19 a Pendekatan Aset Asset Approach Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman loans. Pendekatan ini, output didefinisikan dalam bentuk asset. b Pendekatan Produksi Production Approach Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen akun deposito dan kredit pinjaman, sedangkan output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya. c Pendekatan Intermediasi Intermediation Approach Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit menjadi defisit unit. Input-input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian outputnya diukur dalam bentuk kredit pinjaman loans dan investasi keuangan financial investment. Pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman. 19 Zaky M Lubis, “Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis”. Jakarta : Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2013. hal 33-34 28

BAB III METODE PENELITIAN