Penelitian Relevan Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra Indonesia di SMP
2. Analisis Struktur Batin
Tema yang diangkat dalam pantun ini menggambarkan penyambutan tamu. Hal ini dapat dilihat pada pantun berikut.
Metik cereme rame-rame Siapa itu rame-rame
Tamu baru nyampe
Pada pantun di atas menjelaskan bahwa tamu harus disambut dengan baik dan ramah oleh tuan rumahnya. Bahkan, penyambutan tamu juga harus diiringi dengan
rasa senang karena penyambutan tamu merupakan hal yang dimuliakan, sehingga penutur pantun menggunakan nada gembira untuk mengajak pendengarnya
bergembira bersama-sama. Penggunaan nada gembira itu menciptakan suasana riang bagi pendengar. Amanat yang disampaikan pantun ini adalah ajaran untuk
menyambut tamu dengan baik karena menyambut tamu dengan baik merupakan perbuatan yang mulia.
UDEH TERSANGKUT PAKU MALAH TERTIMPA DURI
KALAU AYE BOLEH TAU APE TUJUAN ABANG DATENG KEMARI?
1. Analisis Struktur Fisik
Susunan tipografi pada pantun ini terdiri dari satu bait dan empat baris. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat
merupakan isi. Pada baris pertama terdiri atas tiga kata dengan jumlah tujuh suku kata, baris kedua terdiri atas tiga kata dengan jumlah tujuh suku kata, baris ketiga
terdiri atas empat kata dengan jumlah tujuh suku kata, dan baris keempat terdiri atas enam kata dengan jumlah dua belas suku kata. Hal ini dapat dibuktikan pada pantun
berikut. U-deh ter-sang-kut pa-ku
Ma-lah ter-tim-pa du-ri Ka-lau a-ye bo-leh tau-
A-pe tu-ju-an a-bang da-teng ke-ma-ri Pada pantun ini penutur pantun menggunakan kata-kata yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh pendengar. Untuk mengibaratkan kedatangan tamunya, penutur pantun
memilih kata “udeh tersangkut paku, malah tertimpa duri”. Kata-kata tersebut dipilih oleh penutur pantun sebagai sampiran. Penutur pantun
menggambarkan pantun ini dengan menggunakan imaji penglihatan. Imaji penglihatan terlihat pada kalimat
“udeh tersangkut paku”, “malah tertimpa duri”. Sedangkan, penutur pantun mengkonkretkan pantun ini dengan ungkapan udeh
tersangkut paku malah tertimpa duri. Adapun gaya bahasa yang terdapat dalam pantun ini adalah gaya bahasa
percakapan. Gaya bahasa percakapan terlihat pada baris pertama terdapat kata “udeh”, baris kedua terdapat kata “malah”, baris ketiga terdapat kata “aye”, “tau”,
dan baris keempat terdapat kata “ape”, “dateng”. Kata-kata tersebut merupakan kata-
kata yang dapat ditemui dalam bahasa percakapan sehari-hari. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Penggunaan gaya
bahasa percakapan bertujuan agar pendengar dapat memahami pantun yang disampaikan oleh penutur pantun. Selain itu, ritma atau irama dalam pantun ini
membentuk secara padu karena pemotongan baris pantun menjadi dua frasa yang berfungsi untuk menentukan tekanan dan jeda. Sebagaimana terlihat di bawah ini.
Udeh tersangkut paku Malah tertimpa duri
Kalau aye boleh tau Ape tujuan abang dateng kemari
Pada pantun di atas terdapat tanda jeda . Di antara penggalan itu, penutur pantun perlu jeda berhenti agak lama, dengan intonasi tertentu untuk menghasilkan
nada bertanya dan terdapat persamaan vokal u di akhir baris pertama dan ketiga. Kemudian terdapat juga persamaan vokal i terdapat di akhir baris kedua dan
keempat. Persamaan bunyi inilah yang disebut rima berselang. Penggunaan vokal u dan i sebagai rima berselang menciptakan rasa penasaran, sehingga menimbulkan
suasana tanda tanya.
Jadi, pantun
ini menjelaskan
bahwa penggunaan
imaji penglihatan
menggambarkan tujuan dari kedatangan mempelai pria, sehingga pendengar seakan- akan ikut menyaksikan tujuan kedatangan mempelai pria tersebut. Sedangkan
penggunaan kata konkret dalam pantun ini melukiskan keingintahuan tuan rumah atas kedatangan tamunya.
2. Analisis Struktur Batin
Tema yang diangkat dalam pantun ini menggambarkan keingintahuan penutur pantun. Hal ini dapat dilihat pada pantun berikut.
Udeh tersangkut paku Malah tertimpa duri
Kalau aye boleh tau Ape tujuan abang dateng kemari
Pada pantun di atas menjelaskan bahwa setiap kedatangan tamu pasti mempunyai
maksud dan tujuan, sehingga penutur pantun mencurigai kedatangan tamunya tersebut. Kecurigaan penutur pantun disebabkan oleh kedatangan dari mempelai pria
beserta keluarganya. Hal tersebut membuat penutur pantun berfikir negatif tentang kedatangan tamunya tersebut, sehingga penutur pantun menggunakan sampiran
negatif pada pantun ini. Oleh karena itu, penutur pantun menanyakan maksud kedatangan tamunya karena ia ingin mengetahui secara jelas maksud kedatangan
tamunya tersebut. Hal tersebut menimbulkan rasa penasaran penutur pantun, sehingga penutur pantun menggunakan nada bertanya untuk mengetahui secara jelas mengenai
maksud kedatangan tamunya. Penggunaan nada bertanya itu menciptakan suasana tanda tanya bagi pendengar. Amanat yang terdapat dalam pantun ini bahwa
mengetahui maksud dan tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam sirahturrahmi.