Cara Penulisan Kata Perubahab bunyi kata serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia

xiv GLOSARIUM Abreviasi: Proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Adjektiva: Kata yang menerangkan kata benda. Afiksasi: Proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas. Derivasi: Proses pengimbuhan afiks non inflektif pada dasar untuk membentuk kata. Diatesis aktif: Bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subjek gramatikalnya merupakan pelaku. Diatesis pasif: Diatesis yang menunjukan bahwa subjek adalah tujuan dari perbuatan Frasa: Gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Infleksi: Perubahan bentuk kata yang menunjukan berbagai hubungan gramatikal. Kala: Perbedaan bentuk verba untuk menyatakan perbedaan waktu atau jangka perbuatan atau keadaan. Kata: Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Klausa Parantetis: Klausa yang diselipkan ke dalam kalimat dan memberikan modifikasi kepada salah satu bagian kalimat tanpa mengubah struktur dasarnya Linguistik: Ilmu tentang bahasa yang mengkaji dari beberapa aspek, mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikografi. Modulasi: Pergeseran makna; modulasi ini biasanya diakibatkan oleh adanya transposisi yang terjadi pada proses penerjemahan. Nomina: Kelas kata yang dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa Objek: Nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa. xv Paduan: Hasil penggabungan beberapa morfem menjadi kata yang padat. Predikat: Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Preposisi: Partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain. Pronomina: Kata yang menggantikan nomina atau frasa nominal. Subjek: Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa yang dikatakan pembicara. Transliterasi: Penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transposisi: Proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa. Verba: Kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. xvi ABSTRAK Fajar Ismail “Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI ”. Bahasa Indonesia diperkaya oleh banyak kosakata yang ada dari berbagai dunia, faktor adanya kontak bahasa merupakan pendukung utama kekayaan khazanah bahasa Indonesia, lebih jauh lagi kontak bahasa menyebabkan beberapa gejala bahasa yang terjadi. Perubahan bunyi salah satunya, perubahan bunyi terhadap kosakata bahasa Asing yang diserap ke Indonesia umumnya mengalami perubahan bunyi, baik posisi maupun fungsinya. Sebagaimana terjadi dalam penyerapan bahasa Arab ke Indonesia, proses perubahan bunyi ini dapat diamati begitu jelas melalui bentuk transliterasi. Penelitian ini bertujuan guna mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia serta mencari tahu perubahan bunyi yang ditinjau beberapa aspek, yaitu pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi dan pengenduran bunyi. Dengan manfaat yang dituju secara praktis dan teroritis. Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bunyi bahasa yang mengalami perubahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik. Adapun teori penelitian ditinjau menggunakan studi ilmu bunyi yang dikemukakan oleh Crowly, yakni perubahan fonetis tanpa perubahan fonem, perubahan fonetis dengan perubahan pada fonem, dan terakhir perubahan fonem tanpa perubahan fonetis. Perubahan bunyi yang dibahas adalah perubahan bunyi yang tidak menimbulkan perubahan makna. Penelitian ini juga dilengkapi dengan metode penelitian berupa metode catat, bersifat inventarisir dengan langkah identifikasi kata serapan Arab KBBIsecara alfabetis kemudian dihubungbandingkan dengan bentuk transliterasi Arab pada kamus al- Ashri dan al-Munawwir. Hasil analisis data yang menyampaikan proses perubahan bunyi kosakata bahasa Arab ke Indonesia, sesuai data penelitian dijumpai banyak gejala perubahan bunyi kata serapan Arab yang berubah setelah melewati beberapa bentuk jenis, yaitu pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi hingga monoftongisasi. Beberapa jenis menjelaskan identifikasi gejala pergantian bahkan penghilangan fonem sehingga terbentuk bunyi yang beda dari transliterasi asli. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masuknya pengaruh Islam ke Nusantara jauh sebelum kedatangan Eropa berhasil menyertakan tradisi penulisan huruf Jawi, Pegon, atau yang lebih umum dikenal sebagai huruf Arab – Melayu. Dalam hal ini, meskipun masyarakat di beberapa daerah sudah mengenali dan menggunakan huruf daerahnya, tetapi mereka menerima juga hufuf Arab untuk menulis bahasa daerahnya, itulah sebabnya, ketika orang-orang Eropa memperkenalkan huruf latin, huruf-huruf itu tidak serta merta diterima begitu saja. 1 Bagi orang-orang Eropa, khususnya Belanda, penulisan bahasa Melayu dengan huruf Arab menimbulkan masalah tersendiri. Mereka lebih mudah belajar bahasa Melayu dengan huruf latin dibanding menggunakan huruf Arab. Seperti dikatakan Van Ronkel bahwa “berbicara dengan bahasa bahasa Melayu merupakan hal biasa bagi kami… sayangnya, orang Belanda yang dapat “membaca” mengerti huruf Arab masih sangat langka”. 2 Dengan demikian, saat itu komunikasi tertulis dengan bahasa Melayu yang dilakukan orang-orang Eropa dengan penduduk pribumi terutama golongan bangsawan dan raja-raja, lebih banyak menggunakan huruf Latin. Sebaliknya, 1 Mahayana, S, Maman, Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, Vol. 14, 2009 2 Ibid 2 penduduk bumi atau bangsawan yang belum dapat mengenal huruf Latin, masih menggunakan Arab-Melayu. Jauh sebelum Indonesia menggapai kemerdekaannya, bangsa-bangsa asing terutama bangsa Arab sudah masuk ke Indonesia. Bahasa Arab lahir dari kaki tangan para pedagang, musafir, dan mubalig Arab, Persia, dan India, serta menjadikan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dengan penduduk lokal Nusantara yang menggunakan bahasa berbeda untuk melakukan suatu transaksi saat itu. 3 Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi kontak bahasa antara penduduk lokal dengan bahasa yang dibawa oleh para pedagang, musafir, dan mubalig. Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya sangat berpengaruh terhadap dinamika berbahasa, berhubungan dalam hal ini, terutama wilayah bahasa yang dipungut atau diserap oleh bangsa kita. Salah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasa adalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi bunyi dalam bahasa, juga bagaimana bahasa itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna. Oleh karena itu pengetahuan tentang suatu bahasa tidak lengkap hanya memahami morfem, kata, frasa dan kalimat saja, tanpa mengetahui bunyi bahasa. Bahasa merupakan gejala bunyi, dengan kata lain, bahasa mulanya merupakan sistem lambang bunyi yang diucapkan dan dipergunakan untuk 3 Azra, Azumardi,“Jaringan Ulama Timur Tengah Abad XVII Dan XVIII”Bandung: Mizan, 2007. 3 berinteraksi. Manusia sudah berinteraksi menggunakan bahasa selama ribuan tahun sebelum ia bisa menuliskannya. Karenanya, bunyi menjadi dasar bahasa. 4 Objek kajian utama linguistik adalah bunyi lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Jika dalam praktik berbahasa ditemui ragam bahasa tulis, dianggap sebagai bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian lingiustik. 5 Bahasa bersifat dinamis, hal demikian terbukti dengan adanya sejumlah entri baru dalam setiap cetakan baru Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI terbit. KBBI merupakan sumber utama yang dirujuk sebagai alat komunikasi sehari-hari masyarakat Indonesia. Kamus besar yang menjadi judul kamus bahasa Indonesia ini bukan semata menyiratkan ukuran bobot atau fisiknya, melainkan lantaran makna yang bersangkutan dengan banyaknya informasi yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini membahas perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dengan objek kajian berupa bahasa Arab yang termuat dalam KBBI. Berikut beberapa contoh dipaparkan pada tabel berikut: No Kata Serapan Asal Transliterasi 1 Ijasahijazah إ Ijãzah 2 Korbankurban ق Qurbãn 3 Nasehatnasihat ي Nashĩchah 4 Rela ضر Ridha 4 Hidayatullah, Moch, Syarif, Cakrawala Lingkuistik Arab,Pamulang: Alkitabah, 2012, hlm 32 5 Muslich, Masnur, Fonologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi aksara, 2011 4 Contoh pada tabel merupakan ragam perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab di dalam bahasa Indonesia yang dirujuk pada KBBI. Pada tabel tersebut telah terjadi perubahan bunyi, dimana bunyi yang kuat menjadi lemah, kemudian ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi lainnya. 6 Bunyi-bunyi yang bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat daripada bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih lebih kuat daripada bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat daripada semivokal, bunyi oral lebih kuat daripada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat. Begitulah contoh pelemahan bunyi yang terjadi pada tabel atas. 7 Pada contoh kata إ yang diucap ijasahijazah memiliki transliterasi berupa Ijãzah, pelemahan bunyi disini sebenarnya terjadi pada bunyi bersuara z menjadi bunyi tak bersuara s yang terdapat pada kata ijazah justru melemah menjadi ijasah. Perubahan juga terjadi pada vokal tinggi u menjadi vokal sedang o pada contoh ق yang memiliki transiterasi qurbãn menjadi korban atau kurban. Kemudian pelemahan dari vokal tinggi i menjadi vokal sedang e, hal demikian terjadi pada contoh ي yang memiliki transliterasi nashichah berubah menjadi nasehat atau nasihat. Kemudian contoh lain pada tabel yaitu kata ridha menjadi rela. Adapun perubahan yang terjadi pada kata ridha menjadi rela diproses oleh dua perubahan yakni bunyi i menjadi e dan bunyi dh menjadi l 6 Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121 7 Ibid 5 Sesuai uraian di atas, mendukung penelitian ini guna membahas seputar dinamika berbahasa yang terjadi di lingkungan serta juga bertujuan menuntaskan jenjang karir akademik dijurusan Tarjamah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menyoal skripsi bertajuk “Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa Arabdalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI ”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana perubahan bunyi dari kata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia 2. Bagimana perubahan bunyi terjadi dilihat dari, pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi pengenduran bunyi dan adaptasi bunyi

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia 2. Mencari tahu perubahan bunyi ditinjau dari aspek pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi serta adaptasi terhadap bunyi 6

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini bertujuan mengetahui berbagai bunyi bahasa yang mengalami perubahan dari bahasa Arab ke Indonesia. Adapun secara teoritis penelitian ini bertujuan mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik.

E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis dan komprehensif peneletian inidisusun berdasarkan: Bab I. Pendahuluan: terdiri dari lima sub bab yaitu: Pertama: latar belakang masalah. Kedua; pembatasan dan perumusan masalah. Ketiga; tujuan dan kegunaan penelitian. Keempat; metode pembahasan. Kelima; manfaat penelitian dan keenam; sistematika penulisan. Bab II. Kajian teori penerjemahan membahas tentang teori lmu bunyi. Serta membaginya pada dua sub yaitu fonetik dan kajiannya serta perubahan bunyi. Bab III. Seputar metodologi penlitian, yaitu: Pertama; definisi metodologi. Kedua; fokus penelitian. Ketiga; sumber data. Keempat; metode penyediaan data. Kelima; metode analisis data. Terakhir; hasil analisis data. Bab IV. Analisis perubahan bunyi kata serapan Arab terhadap kamus KBBI. Bab ini membahas hasil analisis data penelitian Bab V. Penutup, terdiri dari dua sub bab; kesimpulan dan saran. 7 BAB II KERANGKA TEORI

A. ILMU BUNYI

Ilmu bunyi atau ‘ilm al-ashwat ialah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa. 8 Ilmu ini pada mulanya merupakan ilmu yang luas dan utuh. Di dalamnya terdapat beberapa cabang yang mempunyai bidang bahasan yang lebih fokus. Dalam perkembangannya cabang- cabang tersebut menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu, terdengar istilah, seperti ilmu bunyi standar, ilmu fonologi, dan ilmu fonetik. 9 Ilmu bunyi yang memfokuskan pada pembahasan ilmiah murni tanpa membicarakan aplikasinya dalam tataran praktis dengan tujuan mengetahui sifat- sifat artikulasi dan fisik suatu bunyi disebut dengan ilmu bunyi atau ilmu bunyi teoritis. 10 Adapun mengenai proses terjadinya bunyi, hal-hal yang mempengaruhi bunyi, perpindahan bunyi, dan fungsi telinga dalam berbahasa merupakan materi yang dibahas dalam ilmu ini. Sementara itu, ilmu bunyi yang lebih berkonsentrasi pada pembuatan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu dengan tujuan diaplikasikan secara mudah dan tepat dinamakan ilmu bunyi aplikatif atau ilmu bunyi standar. 11 8 Muhammad Ali Al-Khouli, Mu’jam ‘ilm Al-Ashwat, Riyadh:Universitas Riyadh, 1982, hal. 112 9 Ibid 10 Ibid. , hlm. 113 11 Ibid., hlm. 115. 8 Pemerolehan bunyi bahasa ini bisa dikaji secara ilmiah, bagaimana bunyi- bunyi itu bisa dihasilkan, bisa dijelaskan secara detail atau lebih rinci dalam ilmu bunyi atau fonetik. Fonetik adalah salah satu cabang dari ilmu bunyi. Ilmu ini khusus membicarakan masalah-masalah bunyi tanpa memperlihatkan fungsi dan makna yang dikandung oleh bunyi itu. Adapun ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya dinamakan fonologi. 12 12 Ibid Ilmu Bunyi Ilmu Bunyi Teoretis Ilmu Bunyi Standar Ilmu Bunyi Fonetik Fonologi 9

B. FONETIK DAN KAJIANNYA

Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh manusia. Fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan dengan kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima.

C. PERUBAHAN BUNYI

Seperti di kutip Syamsul Hadi dan kawan-kawan dalam Jurnal Humaniora, bahwa Crowly menjelaskan, perubahan bunyi meliputi dua pasal utama, yakni landasan teori dan metode, serta perubahan-perubahan bunyi yang terjadi. 13 Crowly juga menyebutkan beberapa tipe perubahan bunyi, yakni a lenisi lenition yang terdiri dari penghilangan gugus konsonan cluster reduction, apokope apocope, sinkope sinkope, haplologi haplology, dan kompresi compression, b penambahan bunyi sound addition yang terdiri dari anaptiksis anaptyxis, espentesis epenthesis, dan protesis prothesis, c metatesis methathesis, d fusi fusion, e pemisahan unpacking, f pemecahan vokal 13 Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121 10 vowel breaking, g asimilasi assimilation, h disimilasi dissimilation, i perubahan suara yang tidak biasa abnormal sound change. 14 Teori perubahan bunyi yang dikemukakan oleh Crowly menyangkut tataran kata, frasa dan kalimat. Perubahan-perubahan yang menyangkut ketiga tataran tersebut terjadi juga dalam proses penyerapan dari bahasa Arab. 15 Berikut jenis- jenis perubahan bunyi sebagaimana dirumuskan pada penelitian di atas: 1 Pelemahan Bunyi Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. 2 Penguatan Bunyi Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat. Tipe ini adalah kebalikan dari pelemahan bunyi. Contoh pada kata fahm yang diserap menjadi paham, terjadi penguatan bunyi f menjadi p disebabkan bahwa bunyi f bukan merupakan fonem asli bahasa Indonesia, fonem f merupakan fonem pinjaman, sedangkan fonem p adalah fonem asli bahasa Indonesia. 14 Ibid 15 Ibid 11 3 Pengenduran Bunyi Pengenduran adalah bunyi bahasa Arab yang semula tunggal, berkembang menjadi suatu urutan bunyi, masing-masing dengan ciri semula. Contoh pada kata adzan yang didukung oleh fonem dz terdapat pengenduran ciri-ciri fonetis dari fonem bahasa Arab dz kemudian berubah menjadi fonem d dan fonem z. fonem bahasa Arab dz mengandung ciri apiko dental geser bersuara. 4 Penambahan Bunyi Penambahan bunyi memiliki tiga jenis, pertama penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata yang disebut juga epentesis. Gejala epentesis berupa perubahan yang disebabkan oleh penambahan konsonan di antara dua konsonan dan di antara konsonan plus vokal. Contoh kata fahm yang diserap menjadi paham telah terjadi penyisipan vokal a. Kedua, paragog yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk kemudahan lafal. Penambahan bunyi ini biasanya terjadi pada akhir sebuah kata yang berakhir dengan konsonan, oleh penambahan vokal.

5 Monoftongisasi

Adalah Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda menjadi bunyi tunggal dan kemudian mengandung sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi semula yang disebut sebagai monoftongisasi. Jika dicermati pada contoh haibah yang berubah menjadi hebat dan taubah menjadi tobat telah terjadi proses monoftongisasi terjadi pada kata-kata serapan yang mengandung diftong ai dan au. 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metodologi adalah cara teratur dan terpikir baik-baik demi mencapai cara kerja bersistem yang memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger, adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis terhadap proposisi-proposisi hipotetis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam. 16 Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bahasa bunyi tutur itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian berupa bunyi tutur itu termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu secara cermat dan terinci.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diantaranya: 1. Inventarisasi kata serapan bahasa Arab yang termuat dalam KBBI 2. Identifikasi proses transliterasi kosakata bahasa Arab 3. Identifikasi perubahan bunyi kata serapan Arab dalam bahasa Indonesia 4. Pembentukan transliterasi bagi kosakata asing bahasa Arab 16 M, S, Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, RajaGrafindo Pustaka: Jakarta, 2007, hlm. 2 13

C. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari: 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2. Kamus al- Ashri 3. Kamus al- Munawwir 4. Jurnal

D. Metode Penyediaan Data

Selain upaya inventarisir kata serapan bahasa Arab dalam entri kata KBBI data juga diperoleh melewati prosedur metode catat, kegunaan metode catat kali ini selain bersifat inventarisir juga merupakan identifikasi kata serapan Arab, KBBI guna memudahkan para pembaca dengan disiplin kodifikasi yang teratur, salah satunya memberi label pada kata asing, untuk bahasa Arab diberi label Ar. Adapun praktik teknisnya, dengan melakukan identifikasi kata serapan Arab secara alfabetis dari abjad a hingga z. Disiplin demikian berguna memudahkan penulis dalam membatasi jangkauan objek temuan. Setiap abjad dibatasi, minimum tiga maksimum sepuluh jika banyak, bahkan ada beberapa abjad dalam KBBI yang tidak memuat kata serapan bahasa Arab termuat dalam lampiran. Berikut deskripsi metode penelitian dalam bentuk tampilan informal: 14 Tabel. 1. Metode Penyediaan Data

E. Metode Analisis Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini, kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Keduanya digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Penelitian terbatas dengan menggunakan metode analisis data hanya terkait pada analisis padan intralingual. Padan merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga padan disini diartikan sebagai hal menghubungbandingkan. 17 17 Ibid ., hlm. 117 Metode Penyediaan Data Metode Simak Metode Catat Metode Sadap Teknik Catat Secara Alfabetis 15 Sedangkan intralingual, mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa bersifat lingual, yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa ekstra lingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks, tuturan dan lain-lain. Jadi, metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda. 18 Dalam metode padan intralingual ini penulis melakukan praktik hubung banding demi menyamakan hal pokok yang berupa transliterasi bunyi bahasa Arab pada KBBI, kemudian dihubungbandingkan bersama kamus Al-ashri, teknik ini bertujuan guna mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan antara kedua kamus tersebut, KBBI dan al-Ashri. Karena tujuan akhir dari banding adalah menyamakan atau justru membedakan kesamaan pokok antar kedua data perbandingan tersebut.

F. Hasil Analisis Data

Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu pertama perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis dan kedua perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara diatas masing-masing disebut metode informal dan metode formal. Berikut tampilan hasil analisis data yang penulis sajikan dalam bentuk aplikasi metode informal pada tabel 2: 18 Ibid., hlm. 118 16 Tabel 2. Metode dan Teknik Analisis Data Metode Penelitian Metode Kualitatif Paradigma Penelitian MetodePenelitan Teknik Penelitian Fonetik Penelit Perubahan Bunyi Penelitian Kata Dasar 1. Penambahan bunyi 2. Pengurangan Bunyi 3. Asimilasi 4. Metatesis Padan Penelitian Intra Lingual Teknik dasar hubung banding bersifat lingual 17

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas analisis data hasil penelitian secara acak, tidak lagi mengurut setiap kata sesuaialafabet, namun mengelompokkannya dalam jenis perubahan bunyinya masing-masing.

1. Pelemahan bunyi

Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. Berikut hasil analisa: 1 Dalal - Dalil اد Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata dalal diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi dalil, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata dalal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 2 Hakam – Hakim ح م Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata hakam diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi hakim, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata hakam mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 3 Jahal – Jahil Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jahal diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi jahil, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata jahal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 18 4 Jarab – Kurap Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jarab diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi kurap, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata jarab mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 5 Kafar – Kafir Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata kafar diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi kafir, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata kafar mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 6 Masjad – Masjid م Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata masjad diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi mesjid, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata masjad mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 7 Qurban – Korban ق Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata qurban diproses saat berubahnya bunyi fonem a menjadi fonem i berbunyi korban, fonem vokal a jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal i sehingga kata qurban mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. 8 Ridho – Rela ضر Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata ridho diproses saat berubahnya bunyi fonem i menjadi bunyi e dan bunyi dh menjadi l sehingga berbunyi rela, fonem vokal i jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal e sehingga kata ridho mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. Berikut tabelnya : 19 Tabel. 1 No. Transliterasi Asli Kata Serapan Pelemahan bunyi 1. Dalal اد Dalil Pelemahan pada bunyi vokal tinggi a menjadi vokal sedang i

2. Hakam

ح م Hakim Pelemahan pada bunyi vokal tinggi a menjadi vokal sedang i

3. Jahal Jahil

Pelemahan pada bunyi vokal tinggi a menjadi vokal sedang i

4. Jarab Kurap

Pelemahan pada bunyi vokal tinggi a menjadi vokal sedang u

5. Kafar Kafir

Pelemahan pada bunyi vokal tinggi a menjadi vokal sedang i

6. Masjid

م Mesjid Pelemahan pada bunyi vokal tinggi a menjadi vokal sedang e

7. Qurban

ق Korban Pelemahan pada bunyi vokal tinggi u menjadi vokal sedang o 8. Ridha ضر Rela Pelemahan pada bunyi vokal tinggi i menjadi vokal sedang e dan bunyi dh menjadi l Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. 2. Penguatan bunyi 1 Fahm –Paham م ف Bunyi p dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi f, pada kata fahm yang diserap menjadi paham terjadi penguatan karena disebabkan bunyi 20 Adalah kebalikan dari pelemahan, bunyi f bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem p adalah fonem asli bahasa Indonesia. Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat. 2 Habl –Kabel ح Bunyi k dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi h, pada kata habl yang diserap menjadi kabel terjadi penguatan karena disebabkan bunyi h bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem k adalah fonem asli bahasa Indonesia. Tabel. 2 No. Transliterasi Asli Kata Serapan Pelemahan bunyi 1. Fahm