Analisis Pengendalian Produksi Crude Palam Oil (CPO) Pada PKS. Adolina

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN PRODUKSI CRUDE PALM

OIL(CPO) PADA PKS. ADOLINA

SKIPSI

WULANDHARI (050803018)

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ANALISIS PENGENDALIAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL(CPO)

PADA PKS. ADOLINA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

WULANDHARI 050803018

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENGENDALIAN PRODUKSI

CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PKS. ADOLINA.

Kategori : SKRIPSI

Nama : WULANDHARI

Nomor Induk mahasiswa : 050803018

Program Studi : SARJARA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, November 2009 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si Drs. Faigiziduhu Bu‟ulolo M.Si

NIP: 195303031983031002 NIP: 195312181980031003

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Dr. Saib Suwilo, M.Sc NIP: 196401091988031004


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGENDALIAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PKS. ADOLINA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2009

WULANDHARI 050803018


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil „alamin penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah

SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Selesainya penyusunan skripsi ini adalah berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihakbaik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Faigiziduhu Bu‟ulolo, M.Si

dan Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga di tujukan kepada Dr. Saib Suwilo, M.Sc selaku Ketua Departemen Matematika, dan Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Serta ucapan terima kasih kepada Pimpinan, Staf dan Karyawan PKS.Adolina atas bantuan dan pengarahannya selama riset dan pengumpulan data yang penulis butuhkan. Dan rekan-rekan kuliah terutama Febri D Ginting, Novita Handayani, Sri Keumala, dan Elida Fitri. Akhirnya, tidak terlupakan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Riduan, Ibunda tercinta Indrawati, Om Danda Sasmita, dan semua ahli keluarga yang selama inii memberikan bantuan baik materi dan dukungan yang diperlukan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta meridhoi niat dan usaha yang kita lakukan.


(6)

ABSTRAK

PKS. Adolina adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pembuatan Crude Palm Oil (CPO) dan Minyak Inti. Dalam hal ini penulis mengkhususkan penelitian pada produksi CPO. Penelitian ini merupakan penerapan metode pengendalian produksi dalam menentukan tingkat produksi optimal dari CPO dan biaya pengadaan produksi yang minimum. Perhitungan yang diperoleh dalam menggunakan teori ini menghasilkan tingkat optimal produksi CPO dalam setiap putaran waktu adalah 65.085.405,45 kg dengan interval waktu optimal yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO adalah selama 22,84 bulan. Dan perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 54.542.741,07 per bulan dengan menerapkan metode pengendalian persediaan dalam kegiatannya.


(7)

ABSTRAC

PKS. Adolina is a company which which active in making industry. in this case writer major this research production of CPO and ketel oil. This research represent applying of method operation of production in determining optimal production level of CPO and expense levying of production which is minimum. Calculation which is obtained in using this theory yield optimal level of production of CPO in every time rotation is 65.085.405,45 kg with optimal time interval which required to produce CPO is during 22,84 months. And company can cost effective equal to Rp 54.542.741,07 per month by applying inventory control method in its activity.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Pembatasan Masalah 2

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 3

1.5 Kajian Pustaka 3

1.6 Metodologi Penilitian 5

Bab 2 Landasan Teori 6

2.1 Uji Kenormalan Lilliefors 6

2.2 Pengendalian Produksi 7

2.3 Klasifikasi Biaya Persediaan 9

2.4 Tujuan Pengendalian Persediaan 12

2.5 Model Pengendalian Persediaan 14

Bab 3 Pengumpulan Data 19

3.1 Sejarah Singkat PKS Adolina 19

3.1.1 Lokasi Perusahaan 19


(9)

3.2 Pengumpulan Data 20

Bab 4 Pengolahan Data dan Pemecahan Masalah 24

4.1 Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors 24 4.2 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Perusahaan 28 4.3 Perhitungan dengan Metode Pengendalian Persediaan 30 4.3.1 Tingkat optimal produksi (Q). 30 4.3.2 Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi 31 4.3.3 Biaya total persediaan minimum pada produksi CPO 32

4.4 Rangkuman Pembahasan 33

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 36

5.1 Kesimpulan 36

5.2 Saran 36

Daftar Pustaka 37


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Produksi Minyak Sawit (CPO) tahun 2007-2008 21

Tabel 3.2 Jumlah Penyaluran CPO tahun 2007-2008 21

Tabel 3.3 Biaya Pengadaan Produksi CPO tahun 2007-2008 22

Tabel 3.4 Harga Pokok CPO tahun 2007-2008 23

Tabel 4.1 Uji Kenurmalan Data Penyaluran CPO Tahun 2007 25 Tabel 4.2 Uji Kenurmalan Data Penyaluran CPO Tahun 2008 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Masalah Persediaan 9

Gambar 2.2 Kurva Biaya Total Persediaan 11


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengendalian produksi sering disebut sebagai sistem produksi yang merupakan suatu sistem untuk membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang) yang melibatkan fungsi manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan proses pembuatan tersebut.

Seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat, para pengusaha akan terdorong untuk lebih giat berproduksi untuk memenuhi keinginan pasar yang terus meningkat. Sehingga kelangsungan kegiatan produksi bagi perusahaan dapat berjalan lancar apabila perusahaan tersebut dapat mempertahankan jumlah persediaan yang optimal yang dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah dan waktu yang tepat dengan total biaya seminimal mungkin, dengan kata lain dapat memenuhi kebutuhan setiap saat pada kondisi yang ekonomis ditinjau dari ongkos-ongkos yang timbul akibat adanya persediaan.

Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan dalam pengendalian produksi, karena pengendalian produksi mempunyai efek terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan dalam memproduksi, maka akan menambah beban biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta adanya kemungkinan terjadinya penyusutan kualitas yang tidak bisa dipertahankan sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. Dan sebaliknya, jika persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, dan permintaan konsumen tidak terpenuhi seutuhnya sehingga perusahaan akan mengalami kerugian.


(13)

Dalam hal ini pengendalian produksi bertujuan untuk mencapai keseimbangan produksi dengan biaya yang minimum untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Dan pengendalian produksi dimaksudkan untuk mendayagunakan sumber daya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan.

1.2Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan kegiatan pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada PKS. Adolina, bahwa pada waktu-waktu tertentu (bukan pada waktu yang tetap) terjadi kelebihan dan di sisi lain terjadi kekurangan bahan baku dan hasil produksi sehingga produksi tidak stabil. Oleh karena itu, pengendalian produksinya memerlukan perencanaan yang seefisien mungkin.

Berdasarkan pengamatan penulis, maka masalah yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Seberapa besar tingkat pengadaan produksi optimal CPO pada setiap putaran produksi.

b. Berapa lama interval waktu optimal yang dibutuhkan dalam pengadaan produksi optimal.

c. Menentukan total biaya persediaan minimum setiap putaran produksi.

1.3Pembatasan Masalah

Supaya pembahasan masalah dalam tulisan ini tidak menyimpang, maka perlu dilakukan beberapa batasan masalah dan asumsi-asumsi sebagai berikut :

a. Penulis hanya menguraikan tingkat persediaan optimal dari produksi CPO.

b. Data yang diperoleh bersumber dari arsip-arsip perusahaan pada Laporan Manajemen Bulanan I (LMB I)


(14)

c. Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah.

d. Biaya yang timbul akibat kekurangan produksi dianggap tidak ada.

1.4Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengendalikan produksi demi mencapai keseimbangan produksi yang optimal dengan biaya yang minimum demi keseimbangan antara kerugian dan keuntungan yang diderita oleh perusahaan.

Dari informasi dan data yang telah dikumpulkan dari pihak perusahaan, maka akan dilakukan analiss dan pengolahan data dengan tujuan :

a. Untuk menghitung tingkat pengadaan produksi optimal CPO pada setiap putaran produksi.

b. Untuk menghitung berapa lama interval waktu optimal yang dibutuhkan dalam pengadaan produksi optimal.

c. Untuk menentukan total biaya persediaan minimum setiap putaran produksi.

d. Membandingkan perhitungan antara kondisi produksi perusahaan dengan perhitungan yang menggunakan metode pengendalian prersediaan..

1.5Kajian Pustaka

Sebagai sumber penunjang teori dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa buku antara lain :

1. Aminudin, 2005. Prinsip-prinsip Operasi Riset.

Menyatakan bahwa penendalian persediaan merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi pernintaan dari waktu ke waktu.


(15)

2. Teguh Baroto, 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

Menyatakan bahwa sistem produksi merupakan suatu sistem untuk membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang) yang melibatkan fungsi manajemen (yang bersifat abstrak) untuk merencanakan dan mengendalikan proses pembuatan produk.

3. Zulian Yamit, 1999. Manajemen Persediaan.

Menyatakan bahwa adanya faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya pengendalian persediaan, yaitu faktor waktu, faktor ketidakpastian waktu datang, faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik, dan faktor ekonomis.

4. Siswanto, 2007. Operations Research Jilid 2

Untuk menghitung tingkat persediaan optimal setiap putaran produksi, menggunakan rumus sebagai berikut :

p d h

DS Q

1 2

dengan :

D : permintaan pada setiap periode S : biaya pengadaan produksi h : biaya simpan

d : jumlah penyaluran produksi per satuan waktu p : kecepatan produksi per satuan waktu

5. Suryono Hassan, 2009. STATISTIKA (Pedoman, Teori, dan Aplikasi). Menerangkan dan menyajikan langkah-langkah Uji Normalitas dengan Lilliefors.

6. Handoko T. Hani, 1994. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Menyatakan bahwa biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12% sampai 40% dari biaya atau harga pokok.


(16)

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus pada PKS. Adolina. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperlukan dengan cara mempelajari dan mengutip arsip-arsip dan catatan-catatan yang ada di dalam laporan persediaan dalam perusahaan tersebut.

Adapun data yang dibutuhkan adalah :

a. Jumlah produksi CPO bulan Januari 2007 s/d Desember 2008 b. Jumlah penyaluran produksi CPO bulan Januari 2007 s/d

Desember 2008.

c. Biaya pengadaan produksi CPO bulan Januari 2007 s/d Desember 2008.

d. Biaya penyimpanan CPO per kilogram.

2. Pengolahan data, berupa :

a. Menguji kenormalan data, data yang telah dikumpulkan akan diuji apakah data berdistribusi normal dengan menggunakan uji kenormalan lilliefors.

b. Menghitung tingkat optimal yaitu biaya optimal pada pengadaan persediaan hasil produksi (minyak CPO dan inti sawit) dan interval waktu pada setiap putaran produksi.

3. Dari pengolahan data, maka dapat ditentukan solusi yang optimal yang menjadi beberapa kesimpulan.


(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Uji Kenormalan Lilliefors

Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi apa yang dipakai. Pola distribusi itu dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors.

Andaikan sampel berukuran n dengan nilai data : x1,x2,x3,...,xn. Berdasarkan sampel ini akan diuji dua hipotesa, sebagai berikut :

H0 : Data yang diperoleh berdistribusi normal.

H1 : Data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.

Prosedur yang harus dilakukan untuk pengujian hipotesa antara lain : a. Nilai data x1,x2,x3,...,xn, dijadikan angka baku Z1,Z2,Z3,...,Zn

dengan menggunakan rumus :

S x x

Z i

dengan x rata-rata sampel S simpangan baku

i 1,2,3,...,n

Untuk menghitung rata-rata sampel pengamatan digunakan rumus :

n x x

n

i i 1

;

di mana n = banyak data


(18)

1 ) (

1

2

n x x S

n

i i

b. Hitung peluang F(Zi) P(Z Zi) dengan menggunakan daftar distribusi normal standard.

c. Hitung proporsi Z1,Z2,Z3,...,Zn Zi, jika proporsi ini dinyatakan sebagai S(Zi), maka :

n Z Z

Z Z Z

S( i) 1, 2, 3,..., n

d. Hitung selisih antara F (Zi) dengan S(Zi), yaitu : )

( )

(Zi S Zi F

e. Hitung harga maksimum antara F (Zi) S(Zi) , yaitu : )

( ) (

max F Zi S Zi

L

untuk i 1,2,3,...,n

f. Kriteria pengambilan keputusan adalah : Jika

diterima H

maka L

ditolak H

maka L

n n

L

( ) 0

0 )

(

; ;

dengan L ( n)adalah nilai kritis uji kenormalan lilliefors dengan taraf

nyata dan banyaknya sampel n.

2.2 Pengendalian Produksi.

Pengendalian produksi sering disebut sebagai sistem produksi yang merupakan suatu sistem untuk membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang)


(19)

yang melibatkan fungsi manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan proses pembuatan tersebut. Dan persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.

Dari sudut pandang sebuah perusahaan maka persediaan adalah sebuah investasi modal yang dibutuhkan untuk menyimpan material pada kondisi tertentu.

Masalah umum dalam suatu model persediaan bersumber pada kejadian-kejadian yang dihadapi tiap saat dalam bidang usaha, baik di bidang dagang maupun di bidang industri. Kejadian ini dapat berupa tersedianya barang yang terlalu banyak atau barang yang terlalu sedikit dalam memenuhi permintaan pelanggan di masa yang akan datang.

Hal ini bisa mendatangkan resiko bagi perusahaan, apabila barang terlalu banyak dalam persediaan maka perusahaan akan menanggung biaya tambahan seperti biaya sewa gudang, penyusutan barang, investasi modal yang tertanam dalam persediaan, dan sebagainya. Namun apabila persediaan terlalu sedikit maka pelanggan akan merasa kecewa dan akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri.

Salah satu persoalan manajemen yang potensial adalah persediaan. Manajemen yang tidak baik terhadap persediaan bisa berakibat serius terhadap organisasi. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan.


(20)

Gambar 2.1 Skema Masalah Persediaan

Dalam sistem manufaktur, persediaan dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu : a. Persediaan bahan baku

b. Persediaan barang setengah jadi c. Persediaan barang jadi

Permasalahan dalam sistem manufaktur ini umumnya permasalahan kualitas yang berhubungan dengan jumlah barang yang akan dibuat dan jumlah persediaannya, dan permasalahan kualitatif yang meliputi pengorganisasian, mekanisme, administrasi, dan sistem informasi persediaan.

2.3 Klasifikasi Biaya Persediaan.

Banyak masalah pengambilan keputusan dalam manajemen persediaan dapat diatasi dengan cara menentukan kriteria ekonomi. Untuk itu mempertimbangkan biaya menjadi persoalan utama. Dalam hal ini pemahaman tentang struktur biaya persediaan menjadi hal yang sangat penting.

Masalah-masalah persediaan

Peminimuman Biaya Total Persediaan

Biaya Pesan Biaya Pembelian


(21)

Biaya-biaya yang digunakan dalam analisis adalah : a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu barang, seperti biaya-biaya pembuatan surat, telepon, fax, dan biaya-biaya overhead lain yang secara proporsional timbul karena proses pembuatan sebuah pesanan barang. Karena setiap kali suatu barang dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan.

Secara normal biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi bila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pemasanan, jumlah pesanan per periode turun. Maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pemesanan.

b. Biaya Simpan (Carrying Cost)

Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu barang, seperti sewa gudang, premi asuransi, biaya keamanan, dan biaya-biaya overhead lain yang timbul karena proses penyimpanan suatu barang.

Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12% sampai 40% dari biaya atau harga pokok. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantiatas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi.

c. Biaya Kehabisan Persediaan (Shortage Cost)

Biaya kehabisan persediaan timbul pada saat persediaan habis atau tidak tersedia. Yang termasuk dalam biaya ini adalah kerugian karena mesin berhenti, atau karyawan tidak bekerja, peluang yang hilang untuk memperoleh keuntungan. Dari semua biaya-biaya yang


(22)

berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah biaya yang paling sulit diperkirakan. Karena biaya ini timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.

d. Biaya Pembelian (Purchase Cost)

Biaya Pembelian timbul pada saat pembelian suatu barang. Secara sederhana biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pembelian persediaan.

Namun demikian, biaya-biaya yang digunakan dalam analisis persediaan adalah biaya-biaya yang relevan. Artinya biaya-biaya tersebut muncul karena proses pengendalian persediaan sehingga relevan digunakan sebagai parameter dari model-model persediaan. Kesalahan dalam penggunaan atau proses penetapan kategori biaya-biaya tersebut sebagai parameter dari model dapat menyesatkan analisis dan selanjutnya akan mengakibatkan kesalahan dalanm proses pembuatan keputusan mamnajemen persediaan. Sebagai ilustrasi dapat diperlihatkan bagaiman hubungan antara tingkat persediaan dan jumlah biaya, sebagai berikut:


(23)

2.4 Tujuan Pengendalian Persediaan.

Tujuan utama dari persediaan bahan baku adalah menghubungkan pemasok dengan pabrik. Demikian juga persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

Ada tiga alasan mengapa persediaan diperlukan : 1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian.

Untuk menghadapi ketidakpastian maka pada sistem persediaan ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock, yakni :

a. Apabila permintaan telah diketahui maka persediaan barang dalam proses dan barang jadi akan disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini tidak perlu ada persediaan dan apabila ada gejolak permintaan akan diteruskan ke bagian produksi dan bagian produksi akan berusaha mengatasi gejolak permintaan tersebut.

b. Safety stock dapat mengatasi hal seperti ini tanpa ikut campur bagian produksi. Demikian juga dengan persediaan bahan baku yang akan menyerap seandainya ada gejolak dari pemasok.

Sedangkan persediaan barang setengah jadi digunakan untuk mengatasi gejolak pada proses produksi yang antara lain disebabkan karena kerusakan mesin produksi ataupun peralatannya, pekerja yang tidak patuh dan perubahan jadwal yang sangat cepat. Jika sumber dari ketidakpastian dapat dihilangkan maka jumlah persediaan maupun safety stock dapat dikurangi.

2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. Kadang-kadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau barang jadi dalam jumlah besar atau atau paket yang kemudian disimpan sebagai persediaan. Selama persediaan masih ada maka


(24)

proses produksi dihentikan dan akan dimulai lagi bila diketahui persediaan hampir habis. Pertimbangan ini memberikan beberapa kemudahan sebagai berikut :

Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk.

Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk menghasilkan bermacam-macam jenis produk.

Seperti halnya pada waktu membeli bahan baku, dengan pertimbangkan pada biaya pemesanan, biaya angkut dan pengurangan harga karena pembelian dalam jumlah yang banyak, maka lebih murah membeli dalam partai besar atau Lot.

Pembelian bahan baku dalam partai besar atau lot akan lebih ekonomis Dan dilakukan pada periode tertentu yang dinamakan “cycle

inventory” , Karena pembelian dalam jumlah banyak maka sebagian digunakan untuk produksi dan sebagian lagi disimpan sebagai persediaan di gudang.

3. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply.

Persediaan dipersiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang menunjukkan perubahan demand dan supply, yakni :

Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.

Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar dimana sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.

Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan mengalami kelebihan produk pada kondisi permintaan yang rendah atau pada kondisi low season (musim lesu). Kelebihan produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila produksi output tidak dapat


(25)

memenuhi lonjakan permintaan yaitu pada “peak season” (musim ramai).

2.5 Model Pengendalian Persediaan

Persediaan maksimumum dalam model persediaan dalam penelitian ini merupakan persediaan bertahap, karena tingkat produksi p harus memenuhi tingkat permintaan d sehingga p d dan pertambahan persediaan langsung digunakan. Maka tingkat pertambahan persediaan adalah p d .

Jika kebutuhan untuk setiap siklus pesanan ulang adalah D dengan tingkat pemakaian persediaan sebesar d dan dimulai dari t0, maka kebutuhan itu harus terpenuhi sejak dari t0 hingga t2 secara bertahap dengan tingkat pertambahan sebesar p . Secara kumulatif, jumlah pertambahan bahan bertahap persediaan itu menjadi sebesar Q yaitu sesuai dengan jumlah permintaan D . Oleh karena itu, akumulasi penambahan persediaan hanya akan terjadi sampai dengan t1 sebesar Qmax . Penambahan persediaan itu tidak akan

terjadi lagi antara t1 t2. Persediaan sebesar Qmax itu kemudian akan tepat

habis digunakan di t2 dimana proses pertambahan persediaan periode selanjutnya.

Perumusan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persediaan dengan stock, dimana variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

p d p-d

D Q

= kecepatan produksi per satuan waktu

= jumlah penyaluran produksi per satuan waktu = tingkat pertumbuhan persediaan

= permintaan pada setiap periode

= jumlah pertambahan persediaan atau produksi untuk setiap kali pertambahan atau produksi


(26)

tp = periode waktu penambahan atau produksi

Model persediaan yang tepat untuk keadaan perusahaan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Grafik Model Persediaan

Berdasarkan Gambar 2.3, dapat diketahui bahwa pertambahan persediaan terjadi selama tp, maka Qmax tp (p d). Selanjutnya, persediaan maksimum Qmax tersebut akan habis terpakai, sehingga persediaan rata-ratanya menjadi

2 ) ( 2

max t p d

Q p

. . . (1)

Untuk memenuhi persediaan sebesar Q diperlukan waktu selama tp dengan tingkat pertambahan persediaan sebesar p maka :

p t

Q p atau p Q

tp . . . (2)

Jika persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) persediaan rata-rata itu AVE

Q akan menjadi

2 ) (p d p Q

QAVE atau

2 ) 1 (

p d Q QAVE


(27)

Sehingga

p d Q QAVE 1

2 . . . (3)

Bila biaya simpan per unit setiap periode adalah h maka Biaya Simpan (BS) adalah :

p d h Q

BS 1

2 . . . (4)

Biaya pesan (BP) adalah S Q D

BP . . . (5)

Dengan :

D = permintaan setiap periode

S = jumlah persediaan yang dipesan setiap kali pesan Maka Biaya Total Persediaan (BTP) adalah

Biaya Total Persediaan = Biaya Pesan + Biaya Simpan

Dari persamaan (4) dan (5), maka :

p d h Q S Q D BTP 1

2 . . . (6)

Agar diperoleh Biaya Total Persediaan minimum maka persamaan (6) harus diminimumkan untuk Q, syarat BTP f (Q) minimum adalah

) ( ) ( Q d BTP d

sehingga dari persamaan (6), diperoleh : p d h Q S Q D BTP 1 2 p d h Q DS Q d BTP d 1 2 ) ( ) ( 2

karena 0

) ( ) ( Q d BTP d

, maka :

0 1 2 2 p d h Q DS


(28)

2 1 2 Q DS p d h p d h DS Q 1 2 2

Sehingga persediaan optimal untuk setiap produksi adalah p d h d S Q 1 2

. . . .(7)

Dan waktu optimal yang dibutuhkan untuk satu putaran produksi adalah:

d Q

t0 0 . . . (8)

Substitusikan persamaan (7) ke dalam persamaan (8) dan diperoleh waktu optimal yang dibutuhkan untuk satu putaran produksi adalah :

p d d h S t 1 2

0 . . . (9)

Bila Q optimal pada persamaan (7) disubstitusikan ke persamaan (6), maka diperoleh model matematik untuk Biaya Total Persediaan minimum.

p d h Q S S d BTP 1 2 p d h p d h d S S p d h d S d BTP 1 2 1 2 1 2 p d h d S p d h Sd BTP 1 2 1 2


(29)

d S

p d h

Sd

BTP 2

1 2

p d h S d

p d h

Sd Sd

BTP 2 1

1 2 2

Jadi Biaya Total Persediaan minimum per satuan waktu adalah

p d h S d


(30)

BAB 3

PENGUMPULAN DATA

3.1Sejarah Singkat PKS. Adolina.

Unit Usaha Adolina didirikan oleh pemerintahan Belanda sejak tahun 1962

dengan nama “NV Cultur Maatschappy (NV CMO)” yang bergerak dalam

budi daya tembakau. Pada tahun 1938 budi daya tembakau dirubah menjadi

Kelapa Sawit dan Karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV

SCM)”. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai saat ini Adolina merupakan salah

satu Unit Usaha dari PTP Nusantara IV (Persero) dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Luas areal Hak Guna Usaha Kebun Adolina seluas 8.965,69 ha, dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Kelapa Sawit = 6060 ha, Kakao = 2.576 ha, dll = 329,69 ha (Emplasment, pondok, bibitan, pabrik, dll).

3.1.1 Lokasi Perusahaan.

Sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Nomor : 04.13/Kpts/Org/93/XII/1998 tanggal 17 Desember 1998 memutuskan terhitung mulai tanggal 01 Januari 1999 melebur Kebun Bangun Purba dan merubah statusnya menjadi Afdeling Unit Kebun Adolina.

Unit Usaha Adolina merupakan pintu gerbang PT. Nusantara IV berada di Kabupaten Deli Serdang Bedagai tepatnya di pinggir jalan raya Medan-Pematang Siantar dengan jarak 38 Km dari Medan.


(31)

3.1.2 Ruang Lingkup Usaha.

PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina perbaungan merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit yang dihasilkan dari kebun-kebun rakyat dan kebun sendiri. Pabrik ini didirikan dengan kapasitas 30 ton TBS/jam yang berarti bila pabrik bekerja dengan kapasitas penuh (20 jam/hari) akan mengolah 600 ton TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 24.05% (rendemen MS) dan inti sawit 5.5% (rendemen IS).

Tetapi pada kenyataannya PKS Adolina hanya mampu mengolah TBS di bawah 600 ton sehingga untuk remdemen MS dan remdemen IS tidak tercapai sesuai dengan rendemen pabrik. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor ketersediaan TBS dan kondisi TBS yang akan diolah.

3.2Pengumpulan Data.

Data yang diperlukan diperoleh berdasarkan pengamatan langsung di lingkungan PKS. Adolina, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan serta mengutip data dan informasi dari arsip LMB II (Laporan Manajemen Bulanan II) yang sesuai dengan data yang di butuhkan dalam pemecahan masalah.

Data yang dikumpulkan sesuai dengan batasann persoalan yaitu berupa :

1. Data jumlah produksi CPO selama periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2008.

2. Data jumlah penyaluran produksi CPO selama periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2008.

3. Data biaya pengadaan produksi (set-up costs) selama periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2008.


(32)

4. Data biaya penyimpanan (carrying costs) selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. Biaya penyimpanan ini dihitung sebesar 15% dari harga pokok CPO per kilogram.

Adapun data yang diperoleh dari perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3, dan tabel 3.4, sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Produksi Minyak Sawit (CPO) tahun 2007-2008.

No Bulan

Tahun(kg)

2007 2008

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1.753.177 2.001.295 2.315.258 2.515.894 2.756.753 2.892.582 3.648.882 3.524.681 3.090.561 3.199.386 3.007.189 2.785.445

2.218.256 2.222.758 2.080.752 2.627.914 2.962.426 3.081.413 3.761.891 3.892.544 3.708.159 3.369.942 2.838.407 2.575.482

JUMLAH 33.491.103 35.339.344


(33)

Tabel 3.2 Jumlah Penyaluran CPO tahun 2007-2008.

No Bulan

Tahun(kg)

2007 2008

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1.891.700 2.095.260 2.262.430 2.536.220 2.685.830 2.900.440 3.311.125 3.682.309 3.082.371 3.055.482 3.303.186 2.493.140

2.581.794 2.190.812 1.880.643 2.683.275 3.127.027 2.823.261 3.099.254 3.540.498 3.682.241 4.491.273 2.796.742 2.187.209

JUMLAH 33.299.493 35.084.029


(34)

Tabel 3.3 Biaya Pengadaan Produksi CPO tahun 2007-2008.

No Bulan

Tahun(kg)

2007 2008

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1.777.262.475 1.476.939.425 2.272.885.975 3.318.899.375 3.854.858.450 4.551.548.250 6.994.925.820 5.513.678.100 4.646.106.975 6.285.377.350 6.370.798.075 5.678.525.550

6.032.429.875 5.171.401.850 3.381.160.200 7.128.285.350 7.123.862.825 7.123.862.825 7.354.518.025 6.034.319.725 5.647.972.975 3.070.849.000 2.217.024.825 1.778.294.850 JUMLAH 52.739.375.825 62.194.802.950 Sumber : Laporan Manajemen Bulanan II (LMB II )

Tabel 3.4 Harga Pokok CPO tahun 2007-2008

Tahun Biaya / kg

2007 2008

Rp.5.000,00 Rp.8.299,00

Jumlah Rp.13.299,00


(35)

BAB 4

PENGOLAHAN DATA DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Uji Kenormalan Data dengan Uji Lilliefors.

Analisis distribusi kemungkinan pada data penyaluran CPO pada tahun 2007 dan 2008.

Langkah-langkah untuk menganalisis data penyaluran CPO pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :

a. Rata- rata penyaluran CPO:

n x x i i 12 1 = 2.774.957,75 b. Simpangan baku penyaluran CPO :

1 ) ( 12 1 2 n x x S i i = 562.635,1599 c. Hitung Zi dengan rumus :

5698 , 1 1599 , 635 . 562 75 . 957 . 774 . 2 700 . 891 . 1 i i i Z s x x Z

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 kolom 5

d. Hitung F (Zi) dengan rumus :

0594 , 0 ) 5698 , 1 ( ) ( ) ( ) (

1 P Z

Z F Z Z P Z


(36)

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 kolom 6.

e. Hitung S(Zi) dengan rumus :

0833 , 0 ) ( ., . . , , )

( 1 2

i i n i Z S n z z z z banyaknya Z S

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 kolom 7.

f. Hitung F(Zi) S(Zi) dengan cara sebagai berikut : 0239 , 0 ) 0833 , 0 ( ) 0594 , 0 ( ) ( )

(Zi S Zi F

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 kolom 8.

Tabel 4.1 UJI KENORMALAN DATA UNTUK PENYALURAN CPO TAHUN 2007

N xi x x

i

2 )

(xi x zi F(zi) S(zi) F(zi) S(zi)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 x 1.891.700 2.095.260 2.262.430 2.536.220 2.685.830 2.900.440 3.311.125 3.682.309 3.082.371 3.055.482 3.303.186 2.493.140 33.299.493 2.774.957,75 -883.257,75 -679.697,75 -512.527,75 -238.737,75 -89.127,75 125.482,25 536.167,25 907.351,25 307.413,25 280.524,25 528.228,25 -281.817,75 780.144.252.935,0625 46.198.9031.355,0625 262.684.694.520,0625 56.995.713.275,0625 7.943.755.820,0625 15.745.795.065,0625 28.747.531.997,5625 823.286.290.876,5625 94.502.906.275,5625 78.693.854.838,0625 279.025.084.098,0625 79.421.244.215,0625 3.482.141.555.271,25 -1.56 -1.20 -0.91 -0.42 -0.15 0.22 0.95 1.61 0.54 0.49 0.93 -0.50 0.0594 0.1151 0.1814 0.3372 0.4404 0.5871 0.8289 0.9463 0.7054 0.6879 0.8238 0.3085 0.0833 0.1666 0.2500 0.4166 0.5000 0.5833 0.9166 1.0000 0.7500 0.6666 0.8333 0.3333 0.0239 0.0515 0.0686 0.0794 0.0594 0.0038 0.0877 0.0535 0.0446 0.0213 0.0095 0.0248

g. Dari Tabel 4.1 kolom 8 dapat dilihat

0877 , 0 ) ( ) (

max i i

hitung F Z S Z

L

) ( n TABEL L

L diperoleh dari Lampiran I dengan taraf nyata 0,05 dan n = 12.


(37)

242 , 0 ) 12 )( 005 . 0 ( ) ( L L n

Maka

L

Hitung

L

TABEL , berarti data penyaluran CPO mulai

Januari sampai Desember 2007 telah mengikuti distribusi normal.

Langkah-langkah untuk menganalisis data penyaluran CPO pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

a. Rata- rata penyaluran CPO:

n x x i i 12 1 = 2.923.669,083

b. Simpangan baku penyaluran CPO :

1 ) ( 12 1 2 n x x S i i = 729.488,758

c. Hitung Zi dengan rumus :

46 , 0 758 , 488 . 729 083 , 669 , 923 , 2 794 . 581 . 2 i i i Z s x x Z

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 kolom 5

d. Hitung F (Zi) dengan rumus :

3228 , 0 ) 46 , 0 ( ) ( ) ( ) (

1 P Z

Z F Z Z P Z

F i i

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 kolom 6.


(38)

3333 , 0 ) ( ., . . , , )

( 1 2

i i n i Z S n z z z z banyaknya Z S

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 kolom 7.

f. Hitung F(Zi) S(Zi) dengan cara sebagai berikut : 0105 , 0 ) 3333 , 0 ( ) 3228 , 0 ( ) ( )

(Zi S Zi F

Hasil selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 kolom 8.

Tabel 4.2 UJI KENORMALAN DATA UNTUK PENYALURAN CPO TAHUN 2008 n

i

x xi x (xi x)2 zi F(zi) S(zi)

) ( ) (zi S zi F 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 x 2.581.794 .2190.812 1.880.643 2.683.275 3.127.027 2.823.261 3.099.254 3.540.498 3.682.241 4.491.273 2.796.742 2.187.209 35.084.029 2.923.669,083 -341.875,083 -732.857,083 -1.043.026,083 -240.394,083 203.357,917 -100.408,083 175.584,917 616.828,917 758.571,917 1.567.603,917 -126.927,083 -736.460,083 116.878.572.376,25 537.079.504.103,2688 1.087.903.409.818,3228 57.789.315.141,4108 41.354.442.406,5788 10.081.783.131,7348 30.830.063.077,8968 380.477.912.847,3928 57.543.135.3261,0548 2.457.382.040.593,7428 16.110.484.398,8888 542.373.453.852,3668 5.853.692.335.008,9088 -0.46 -1.01 -1.42 -0.32 0.27 -0.13 0.24 0.84 -0.03 2.14 -0.17 -1.01 0.3228 0.1562 0.0778 0.3742 0.6064 0.5517 0.5948 0.7996 0.8485 0.9838 0.4325 0.1562 0.3333 0.2500 0.0833 0.4166 0.7500 0.5833 0.6666 0.8333 0.9166 1.0000 0.5000 0.2500 0.0105 0.0938 0.0055 0.0424 0.1436 0.0316 0.0718 0.0337 0.0681 0.0162 0.0675 0.0938

g. Dari Tabel 4.2 kolom 8 dapat dilihat

1436 , 0 ) ( ) (

max i i

hitung F Z S Z

L

) ( n TABEL L

L diperoleh dari Lampiran I dengan taraf nyata 0,05 dan n = 12.

242 , 0 ) 12 )( 005 . 0 ( ) ( L L n


(39)

Maka

L

Hitung

L

TABEL , berarti data penyaluran CPO mulai

Januari sampai Desember 2008 telah mengikuti distribusi normal.

4.2 Perhitungan berdasarkan kondisi perusahaan.

Dari hasil pengujian kenormalan data dengan uji lilliefors, diperoleh bahwa data penyaluran produksi CPO berdistribusi normal. Maka model persediaan yang dipergunakan adalah model persediaan dengan stock.

Berdasarkan hasil penelitian data perusahaan dapat diketahui bahwa :  Laju produksi CPO per bulan adalah :

kg p p p tahun produksi jumlah tahun produksi jumlah p 292 , 935 . 867 . 2 24 447 . 830 . 68 24 344 . 339 . 35 103 . 491 . 33 24 2008 2007

Maka rata-rata jumlah produksi CPO per bulan adalah 2.867.935,292 kg.  Laju penyaluran produksi CPO per bulan adalah :

417 , 313 . 849 . 2 24 522 . 383 . 68 24 029 . 084 . 35 493 . 299 . 33 24 2008 2007 d d d tahun produksi penyaluran tahun produksi penyaluran d

Maka rata-rata jumlah penyaluran produksi CPO per bulan adalah 2.849.313,417 kg.


(40)

bulan t t produksi Laju produksi penyaluran Jumlah t 84 , 23 292 , 935 . 867 . 2 522 . 383 . 68

 Biaya penyimpanan CPO per kilogram.

Penghitungan biaya penyimpanan (h) adalah berdasarkan pada harga pokok CPO dunia pada tahun 2007 dan 2008, dimana biaya penyimpanan perkilogram CPO adalh sebesar 15 % dari harga pokoknya, yaitu sebesar :

175 , 992 5 , 649 . 6 100 15 2 299 . 8 000 . 5 % 15 h h h

Maka diperoleh biaya penyimpanan (h) CPO perkilogram adalah sebesar Rp992,175.

Dengan demikian, perhitungan untuk menentukan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk persediaan CPO adalah sebesar :

88 , 906 . 066 . 767 . 4 292 , 895 . 237 . 9 59 , 011 . 829 . 757 . 4 ) 292 , 935 . 867 . 2 ( ) 417 , 313 . 849 . 2 ( 1 175 , 992 2 ) 292 , 935 . 867 . 2 ( ) 625 , 115 . 924 . 788 . 4 ( ) 292 , 935 . 867 . 2 ( ) 417 , 313 . 849 . 2 ( 1 2 Rp BTP BTP BTP p d h Q S Q D BTP

Maka biaya untuk pengadaan persediaan produksi CPO dalam dua periode sekaligus adalah sebesar :


(41)

00192 , 506 . 687 . 364 . 11

84 , 23 688 , 690 . 706 . 476 Rp Rp t BTP

Dan biaya pengadaan persediaan produksi CPO dalam satu periode adalah : 00096

, 753 . 343 . 682 . 5 2

00192 , 506 . 687 . 364 . 11

Rp Rp

4.3Perhitungan dengan metode pengendalian persediaan.

Semua perhitungan pengendalian persediaan produksi dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari PKS. Adolina yang sebelumnya telah disajikan pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4.

Adapun perhitungan yang dilakukan antara lain, yaitu : a. Perhitungan tingkat optimal produksi.

b. Biaya total persediaan minimum pada produksi CPO. c. Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi. d. Total biaya pengadaan persediaan produksi.

4.3.1 Tingkat optimal produksi (Q).

Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya, maka diperoleh nilai dari : a. Rata-rata jumlah produksi CPO per bulan .

p = 2.867.935,292 kg.

b. Rata-rata jumlah penyaluran produksi CPO per bulan. d = 2.849.313,417 kg.

c. Rata-rata biaya pengadaan produksi CPO per bulan. S = Rp4.788.924.115,25

d. Biaya penyimpanan (h) CPO perkilogram h = Rp992,175


(42)

Selanjutnya lakukan perhitungan tingkat produksi optimal CPO (Q) setiap putaran produksi dengan menggunakan rumus :

45 , 405 . 085 . 65 4423 , 6 6185 , 358 . 153 . 469 . 291 . 290 . 27 292 , 935 . 867 . 2 417 , 313 . 849 . 2 1 ) 175 , 992 ( ) 417 , 313 . 849 . 2 ( ) 25 , 115 . 924 . 788 . 4 ( 2 1 2 Q Q Q p d h d S Q

Dari perhitungan di atas diperoleh tingkat produksi CPO optimal dalam setiap putaran produksi adalah sebanyak 65.085.405,45 kg.

4.3.2 Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi.

Penghitungan interval waktu optimal produksi CPO dengan menggunakan rumus : 84 , 22 777 , 521 292 , 935 . 867 . 2 417 , 313 . 849 . 2 1 ) 417 , 313 . 849 . 2 ( ) 175 , 992 ( ) 625 , 115 . 924 . 788 . 4 ( 2 1 2 0 0 0 0 t t t p d d h S t


(43)

4.3.3 Biaya total persediaan minimum pada produksi CPO.

Penghitungan Biaya Total Persediaan (BTP) minimum dalam pengadaan produksi CPO menggunakan rumus :

3 , 380 . 300 . 419 2829 , 636 . 456 . 990 . 808 . 812 . 175 292 , 935 . 867 . 2 417 , 313 . 849 . 2 1 ) 175 , 992 ( ) 625 , 115 . 924 . 788 . 4 ( ) 417 , 313 . 849 . 2 ( 2 1 2 BTP BTP BTP p d h S d BTP

Karena BTP yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar Rp419.300.380,3 per bulan, sehingga biaya pengadaan persediaan produksi dalam setiap putaran produksi optimalnya adalah :

052 , 686 . 820 . 576 . 9 84 , 22 3 , 380 . 300 . 419 0 Rp Rp t BTP

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh jumlah produksi dengan biaya minimum umtuk pengadaan persediaannya dalam satu putaran persediaan.

Selanjutnya akan dihitung jumlah putaran produksi CPO, interval waktu putaran produksi, dan lamanya mesin berproduksi tiap putaran produksi yang dihitung dalam dua periode periode penelitian yaitu selama 24 bulan. Adapun perhitungannya dilakukan sebagai berikut :

a. Jumlah putaran produksi dalam dua periode berturut-turut adalah :

05 , 1 84 , 22 24 t T

Dan jumlah putaran produksi CPO tiap periodenya adalah 0,52 bulan.


(44)

b. Biaya minimum dalam pengadaan persediaan produksi CPO dalam dua periode sekaligus sebesar :

3546 , 720 . 661 . 055 . 10 05 . 1 052 , 686 . 820 . 576 . 9 Rp Rp t T BTP

Sehingga biaya pengadaan persediaan produksi CPO untuk setiap periodenya adalah :

1773 , 860 . 830 . 027 . 5 2 3546 , 720 . 661 . 055 . 10 Rp Rp

c. Waktu yang dibutuhkan dalam tiap putaran produksinya adalah :

69 , 22 292 , 935 . 867 . 2 45 , 405 . 085 . 65 p Q

Jadi lamanya waktu putaran produksinya adalah 22,69 bulan.

4.4 Rangkuman Pembahasan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada subbab sebelumnya, dan hasilnya dirangkum, sebagai berikut :

a. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan dengan kondisi perusahaan, diperoleh :

1. Laju produksi CPO setiap bulannya adalah 2.867.935,292 kg. 2. Biaya pengadaan produksi CPO adalah sebesar

Rp 5.682.343.753,00096

b. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan dengan metode pengendalian persediaan, diperoleh :

1. Tingkat optimal dari produksi CPO adalah sebesar 65.085.405,45 kg. 2. Interval waktu optimal produksi adalah 22,84 bulan setiap putaran

produksinya dengan jumlah putaran produksi 11,42 bulan setiap periode.


(45)

3.Biaya minimum dalam pengadaan persediaan produksi CPO setiap periodenya sebesar Rp5.027.830.860,1773

Perbandingan perhitungan antara metode pengendalian persediaan dengan cara yang berdasarkan kondisi perusahaan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Perbandingan perhitungan dengan cara yang berdasarkan kondisi perusahaan dan dengan cara metode pengendalian persediaan

Perhitungan yang berdasarkan kondisi

perusahaan

Perhitungan dengan metode pengendalian

persediaan Tingkat produksi optimal

CPO tiap putaran produksi (kg)

2.867.935,292 65.085.405,45

Interval waktu produksi optimal tiap putaran produksi (bulan)

23,84 22,84

Biaya total pengadaan produksi dalam satu periode (Rp)

5.682.343.753,00096 5.027.830.860,1773

Dari Tabel 4.3 di atas, dapat diperoleh selisih biaya pengadaan produksi CPO dalam satu periode adalah sebesar :

Rp5.682.343.753,00096 - Rp5.027.830.860,1773 = Rp 654.512.892,82366;-

Maka dengan menerapkan metode pengendalian persediaan , perusahaan dapat memperkecil biaya pengadaan persediaan produksi tiap putaran produksinya sebesar :

bulan per Rp

Rp

07 , 741 . 542 . 54 12

82366 , 892 . 512 . 654

Dengan ketentuan bahwa interval waktu optimal setiap putaran produksi adalah 22,69 bulan dan tingkat optimal produksi CPO sebanyak


(46)

65.085.405,45 kg per putaran produksi, maka perusahaan seharusnya dapat menghemat biaya pengadaan produksi sebesar :

8783 , 794 . 574 . 237 . 1 69 , 22 07 , 741 . 542 .

54 Rp


(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

Berdasarkan pembahsan dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :

a. Tingkat produksi CPO optimal dalam pengadaan persediaan sebesar 65.085.405,45 kg setiap putaran produksi.

b. Interval waktu optimal yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO adalah 22,84 bulan.

c. Perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 54.542.741,07 per bulan dengan menerapkan metode pengendalian persediaan dalam kegiatannya.

5.2 Saran.

Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, penulis memberi saran kepada pihak perusahaan agar dapat menerapkan model pengendaliaan persediaan untuk memperoleh produksi optimal.


(48)

Daftar Pustaka

Aminudin. 2005. “Prinsip-prinsip Riset Operasi”. Erlangga : Jakarta.

Baroto, Teguh. 2002. “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”. Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia : Jakarta.

Handoko T. Hani, 1994. “Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi”.

Prawirosentono Suyadi, 2000., “Manajemen Operasi Analisis dan Studi

Kasus”. Bumi Aksara : Jakarta.

Siswanto. 2007. “Operation Research”. Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Subagyo, Pangestu, Asri, Marwan, dan Handoko T. Hani, 2005. “Dasar-dasar

Operation Research”. BPFE : Yogyakarta.

Suryono Hassan. 2009. “STATISTIKA (Pedoman, Teori, dan Aplikasi)”. Yamit Zhulian, 1999., “Manajemen Persediaan”. Ekonisia Fakultas


(1)

4.3.3 Biaya total persediaan minimum pada produksi CPO.

Penghitungan Biaya Total Persediaan (BTP) minimum dalam pengadaan produksi CPO menggunakan rumus :

3 , 380 . 300 . 419 2829 , 636 . 456 . 990 . 808 . 812 . 175 292 , 935 . 867 . 2 417 , 313 . 849 . 2 1 ) 175 , 992 ( ) 625 , 115 . 924 . 788 . 4 ( ) 417 , 313 . 849 . 2 ( 2 1 2 BTP BTP BTP p d h S d BTP

Karena BTP yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar Rp419.300.380,3 per bulan, sehingga biaya pengadaan persediaan produksi dalam setiap putaran produksi optimalnya adalah :

052 , 686 . 820 . 576 . 9 84 , 22 3 , 380 . 300 . 419 0 Rp Rp t BTP

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh jumlah produksi dengan biaya minimum umtuk pengadaan persediaannya dalam satu putaran persediaan.

Selanjutnya akan dihitung jumlah putaran produksi CPO, interval waktu putaran produksi, dan lamanya mesin berproduksi tiap putaran produksi yang dihitung dalam dua periode periode penelitian yaitu selama 24 bulan. Adapun perhitungannya dilakukan sebagai berikut :

a. Jumlah putaran produksi dalam dua periode berturut-turut adalah :

05 , 1 84 , 22 24 t T

Dan jumlah putaran produksi CPO tiap periodenya adalah 0,52 bulan.


(2)

b. Biaya minimum dalam pengadaan persediaan produksi CPO dalam dua periode sekaligus sebesar :

3546 , 720 . 661 . 055 . 10 05 . 1 052 , 686 . 820 . 576 . 9 Rp Rp t T BTP

Sehingga biaya pengadaan persediaan produksi CPO untuk setiap periodenya adalah :

1773 , 860 . 830 . 027 . 5 2 3546 , 720 . 661 . 055 . 10 Rp Rp

c. Waktu yang dibutuhkan dalam tiap putaran produksinya adalah :

69 , 22 292 , 935 . 867 . 2 45 , 405 . 085 . 65 p Q

Jadi lamanya waktu putaran produksinya adalah 22,69 bulan.

4.4 Rangkuman Pembahasan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada subbab sebelumnya, dan hasilnya dirangkum, sebagai berikut :

a. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan dengan kondisi perusahaan, diperoleh :

1. Laju produksi CPO setiap bulannya adalah 2.867.935,292 kg. 2. Biaya pengadaan produksi CPO adalah sebesar

Rp 5.682.343.753,00096

b. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan dengan metode pengendalian persediaan, diperoleh :

1. Tingkat optimal dari produksi CPO adalah sebesar 65.085.405,45 kg. 2. Interval waktu optimal produksi adalah 22,84 bulan setiap putaran

produksinya dengan jumlah putaran produksi 11,42 bulan setiap periode.


(3)

3.Biaya minimum dalam pengadaan persediaan produksi CPO setiap periodenya sebesar Rp5.027.830.860,1773

Perbandingan perhitungan antara metode pengendalian persediaan dengan cara yang berdasarkan kondisi perusahaan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Perbandingan perhitungan dengan cara yang berdasarkan kondisi perusahaan dan dengan cara metode pengendalian persediaan

Perhitungan yang berdasarkan kondisi

perusahaan

Perhitungan dengan metode pengendalian

persediaan Tingkat produksi optimal

CPO tiap putaran produksi (kg)

2.867.935,292 65.085.405,45

Interval waktu produksi optimal tiap putaran produksi (bulan)

23,84 22,84

Biaya total pengadaan produksi dalam satu periode (Rp)

5.682.343.753,00096 5.027.830.860,1773

Dari Tabel 4.3 di atas, dapat diperoleh selisih biaya pengadaan produksi CPO dalam satu periode adalah sebesar :

Rp5.682.343.753,00096 - Rp5.027.830.860,1773 = Rp 654.512.892,82366;-

Maka dengan menerapkan metode pengendalian persediaan , perusahaan dapat memperkecil biaya pengadaan persediaan produksi tiap putaran produksinya sebesar :

bulan per Rp

Rp

07 , 741 . 542 . 54 12

82366 , 892 . 512 . 654

Dengan ketentuan bahwa interval waktu optimal setiap putaran produksi adalah 22,69 bulan dan tingkat optimal produksi CPO sebanyak


(4)

65.085.405,45 kg per putaran produksi, maka perusahaan seharusnya dapat menghemat biaya pengadaan produksi sebesar :

8783 , 794 . 574 . 237 . 1 69 , 22 07 , 741 . 542 .

54 Rp

Rp


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

Berdasarkan pembahsan dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :

a. Tingkat produksi CPO optimal dalam pengadaan persediaan sebesar 65.085.405,45 kg setiap putaran produksi.

b. Interval waktu optimal yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO adalah 22,84 bulan.

c. Perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 54.542.741,07 per bulan dengan menerapkan metode pengendalian persediaan dalam kegiatannya.

5.2 Saran.

Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, penulis memberi saran kepada pihak perusahaan agar dapat menerapkan model pengendaliaan persediaan untuk memperoleh produksi optimal.


(6)

Daftar Pustaka

Aminudin. 2005. “Prinsip-prinsip Riset Operasi”. Erlangga : Jakarta.

Baroto, Teguh. 2002. “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”. Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia : Jakarta.

Handoko T. Hani, 1994. “Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi”.

Prawirosentono Suyadi, 2000., “Manajemen Operasi Analisis dan Studi

Kasus”. Bumi Aksara : Jakarta.

Siswanto. 2007. “Operation Research”. Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Subagyo, Pangestu, Asri, Marwan, dan Handoko T. Hani, 2005. “Dasar-dasar

Operation Research”. BPFE : Yogyakarta.

Suryono Hassan. 2009. “STATISTIKA (Pedoman, Teori, dan Aplikasi)”. Yamit Zhulian, 1999., “Manajemen Persediaan”. Ekonisia Fakultas

Ekonomi UII : Yogyakarta.