seorang pedagang, dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim, Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa:
Artinya: Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah
kepada Allah. Orang yang mengulangi mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
E. Da’I Muamalat
BMI berinisiatif membangun kerjasama dengan BMM di dalam hal pemasaran produk shar-e, kerjasama ini bertujuan untuk mendongkrak dan
meningkatkan angka penjualan kartu shar-e, sehingga seluruh masyarakat dapat bertransaksi secara syariah, dengan menggunakan komunikasi pemasaran yang tepat.
Kerjasama yang dibangun melahirkan Da’I Muamalat yang menggunakan strategi personal selling
sebagai bagian dari strategi utamanya. Oleh karenanya, kerjasama ini dipandang sebagai salah satu strategi pemasaran produk yang tergolong unik,
sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut pengaruhnya sebagai pola pemasaran syariah dengan baragam turunannya, terhadap kenaikan penjualan produk.
Definisi da’I muamalat DM menurut BMM adalah seorang yang memahami syariah islam di bidang ekonomi yang mampu memberikan pemahaman mengubah
perilaku masyarakat dari tidak tahu dan tidak peduli terhadap syariah islam di bidang ekonomi, menjadi tahu, paham, sadar, dan peduli untuk melaksanakan dalam seluruh
perekonomiannya
30
.oleh karenanya, untuk menjadi da’i muamalat, BMM menetapkan beberapa standarisasi yang cukup ketat, terutama karena wilayah pemasarannya nanti
lebih diutamakan pada wilayah yang disana belum berdiri pelayanan cabang dari BMI atau biasa disebut unserved area.
Da’I muamalat pertama kali diluncurkan pada bulan juni 2005 dengan merekrut 81 orang tenaga da’I setelah melalui proses seleksi administrasi dan
kemudian diwajibkan mengikuti pelatihan intensif selama 1 minggu
31
, yang meliputi pembinaan fisik, mental, keilmuan, sebelum akhirnya diberikan amanah untuk
mengemban misi penjualan produk shar-e melalui jalur pembinaan dan da’wah secara langsung dengan bertatap muka kepada masyarakat yang berada dalam wilayah
sesuai pembagiannya, seperti Jawa, Bali, Madura, Lampung, sebagian Kalimantan, dan diperluas ke wilayah Irian, sulawesi, NTT dan bulan Februari 2006 lalu dengan
tambahan da’i baru menjadi total da’i 250 da’i. pada setiap area dipilih sebuah empowering house
EH, yang dipimpin seorang kooordinator da’i, dan secara berkala mengadakan pertemuan guna support system, pembinaan DM, evaluasi
pemasaran
30
Dikutip dari Tesis Wido supraha, Strategi Personal Selling Da’I Muamalat di dalam memasarkan Produk Shar-e
, 2007 h. 47
31
Hasil wawancara pribadi dengan Nurjamal karyawan BMM pada tanggal 28 Mei 2008
Laporan dari setiap DM diberikan kepada Koordinator DM setiap harinya, dan kemudian coordinator DM melaporkan kepada manager 279, istilah untuk menager
BMI di wilayah terdekat dari area kerja, dan juga kepada coordinator pusat BMM secara berkala setiap minggu dan setiap bulannya. Adapun seluruh biaya operasional
termasuk konpensasi da’i dipenuhi oleh BMI Pembina yang berlokasi paling dekat dengan unserved area. BMI Pembina ini bertugas memberikan pembinaan dan
pengarahan langsung kepada team da’i muamalat, saat ini terdapat 17 Empowering House EH yang tersebar di 17 daerah yakni Pandeglang, Kerawang, Majalengka,
Banjarnegara, Wonosobo, Pati, Unggaran, Sukoharjo, Wates, Mediun, Blitar, Probolilnggo, Bondowoso, Madura, Jombang, Kotabumi, dan Singaraja.
Da’I muamalat diberikan kepercayaan penuh untuk bebas berkreasi dan berimprovisasi dalam mengejar target-terget penjualannya yang telah ditetapkan oleh
BMM dengan menggunakan beragam media seperti presentasi, ceramah agama baik melalui mesjid-mesjid, pesantren-pesantren atau sekolah-sekolah, dan beragam
institusi yang disana terdapat kesempatan untuk menyampaikan misi da’wah ini. oleh karenanya dapat dilihat bahwa terdapat unsure pendidikan sekaligus
muatan materi perekonomian di dalam program ini yang sangat menarik untuk dapat didukung bersama, tentunya dengan terus meningkatkan kualitas produk jual itu
sendiri yang akan berdampak pada citra ekonomi syariah di mata para penggunanya. Program ini pun pantas didukung oleh seluruh pemerhati ekonomi syariah
dikarenakan para da’I ini pada hakikatnya mengawal fatwa majelis ulama MUI tentang haramnya bunga bank, yang tentu dalam posisi ini mereka dapat disebut
sebagai konsultan perbankan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat awam. Singkatnya DM melakukan da’wah perbankan syariah di kabupaten-kabupaten
unserved area. Dalam perjalanannya, DM mendapatkan cukup banyak permasalahan dan
hambatan dari lapangan yang telah menjadi input berharga bagi peningkatan kualitas pengembangan ekonomi syariah di negeri ini seperti tingkat penerimaan masyarakat
atas konsep ekonomi syariah, tingkat kemudahan pemakaian teknologi, dukungan bank cabang wilayah terdekat, sampai pada masalah sejauh mana efektifitas program
da’I muamalat khususnya dalam mendongkrak penjualan kartu shar-e BMI.
BAB III OBJEK PENELITIAN