PROSEDUR ANALISIS METODE PENELITIAN

25 3.5.5 Analisis Bilangan Peroksida Analisis bilangan peroksida dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan standar AOCS Cd 8b-90 1989 dengan prosedur sebagai berikut: 1. Timbang sampel sesuai dengan tabel 3.3 kedalam erlenmeyer bertutup dan tambahkan 50 ml karutan asam asetat dan isooktan. 2. Diaduk dan ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. 3. Dibiarkan selama 1 menit kemudian dikocok 3 kali dan ditambahkan 30 ml aquadest. 4. Dititer dengan larutan Natrium Thiosulfat 0,1 M hingga warna kuning hampir hilang. 5. Tambahkan 0,5 ml larutan indikator starch. 6. Dititer sampai warna biru tepat hilang. 7. Dicatat volume pentiter.   W V V x N x 1000 peroksida Bilangan b s   Dimana: N = Molaritas Natrium Thiosulfat V s = Volume HCl yang digunakan untuk mentiter sampel V b = Volume HCl yang digunakan untuk mentiter blanko W = Berat sampel Tabel 3.3 Berat Sampel Untuk Analisis Bilangan Peroksida Bilangan Peroksida Berat sampel gram – 12 5,0 – 2,0 12 – 20 2,0 – 1,2 20 – 30 1,2 – 0,8 30 – 50 0,8 – 0,5 50 – 90 0,5 – 0,3 26 3.5.6 Analisis Densitas dan Viskositas Kinematik Analisis densitas dan viskositas kinematik dilakukan di Laboratorium Bioproses, Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan instrumen Stabinger Viscometer TM : SVM 3000. Gambar 3.5 Alat Instrumen Stabinger Viscometer TM : SVM 3000 3.5.7 Analisis Titik Keruh Analisis titik keruh dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan standar AOCS Cc 6-25 1989 dengan prosedur sebagai berikut: 1. Sampel yang diuji harus kering. Saring 60-75 gram menggunakan kertas saring Whatman No.1. panaskan hasil filtrat dengan suhu 130 o C selama 5 menit sebelum dilakukan pengujian. Tuang 45 ml kedalam botol sampel. 2. Mulai pendinginan menggunakan waterbath dan diaduk secukupnya agar sampel homogen. Ketika suhu sampel mencapai 10 o C, sampel diaduk terus-menerus untuk menghindari pengkristalan di dinding dan dasar botol. 3. Level sampel harus sejajar dengan level air di waterbath . 4. Keluarkan botol sampel dari waterbath dan dilihat dengan teratur. Titik keruh adalah suhu dimana garis pada termometer yang dicelupkan tidak terlihat lagi jika dilihat secara horizontal. 27 3.5.8 Analisis Komposisi Biodiesel Analisis komposisi biodiesel dilakukan di Laboratorium Oleopangan, Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan instrumen Shimadzu Gas Chromatography. Gambar 3.6 Alat Instrumen Shimadzu Gas Chromatography 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL ANALISIS BAHAN BAKU

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan baku berupa Palm Fatty Acid Distillate PFAD yang disediakan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS, Medan, Indonesia dimana mengandung asam palmitat yang tinggi yaitu 48,54. Berikut adalah gambar hasil analisis dengan GC Gas Chromatography untuk mengetahui komposisi asam-asam lemak yang terkandung di dalamnya. Gambar 4.1 Hasil Analisis GC Komposisi Palm Fatty Acid Distillate PFAD 29 Dari kromatogram pada gambar 4.1, komposisi asam lemak dari PFAD tersebut disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak dari Palm Fatty Acid Distillate PFAD No. Puncak Retention Time menit Komponen Penyusun Komposisi berat 1 13,555 Asam Laurat C12:0 0,3140 2 16,564 Asam Miristat C14:0 1,2518 3 19,313 Asam Palmitat C16:0 48,5401 4 19,587 Asam Palmitoleiat C16:1 0,1492 5 21,586 Asam Stearat C18:0 3,9187 6 21,917 Asam Oleat C18:1 36,9306 7 22,445 Asam Linoleat C18:2 8,2130 8 23,186 Asam Linolenat C18:3 0,2427 9 23,917 Asam Arakidat C20:0 0,3260 10 24,317 Asam Eikosenoat C20:1 0,1140 Berdasarkan data komposisi asam lemak dari PFAD maka dapat ditentukan bahwa berat molekul asam lemak PFAD adalah 268,88 grmol yang dapat dilihat dari lampiram LA.1. Berdasarkan hasil analisis GC, komponen asam lemak yang dominan pada sampel PFAD adalah pada puncak 3 yaitu asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 48,54 dan puncak 6 yaitu asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat sebesar 36,93. Selain mengidentifikasi komponen asal lemak dalam PFAD, dilakukan juga identifikasi komposisi penyusun PFAD. Data-data yang telah diperoleh disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Komposisi Penyusun PFAD Komposisi Jumlah berat Trigliserida 0,3376 Digliserida 0,1763 Monogliserida Asam Lemak 1,7656 97,7205 30

4.2 PROSES ESTERIFIKASI

4.2.1 Secara Batch

Untuk acuan efisiensi reaktor kontinu maka dilakukan reaksi secara batch. Untuk reaksi, 1:9 campuran PFAD dan DMC diaduk 300 rpm dengan Novozym ® 435 10 berat pada 60 o C. Setelah 1 jam, Novozym ® 435 disaring dan produk yang dihasilkan dianalisis menggunakan Gas Chromatography GC. Prosedur yang sama reaksi diulang dengan variabel suhu 40, 50, 70 dan 80 o C dan molar rasio PFADDMC 1:6; 1:7; 1:8 dan 1:10 yang hasilnya dapat dilihat pada 4.2.1.1 dan 4.2.1.2. 4.2.1.1 Pengaruh Rasio Molar terhadap Kandungan Ester Adapun hasil penelitian pembuatan biodiesel dari PFAD dengan menggunakan Novozym ® 435 dengan variasi molar rasio dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Penelitian Pembuatan Biodiesel dari PFAD dengan Menggunakan Novozym ® 435 dengan Variasi Rasio Molar Rasio Mol PFADDMC Waktu menit Jumlah Katalis berat Kecepatan Pengadukan rpm Suhu o C Kemurnian 1:6 60 10 300 60 89,1156 1:7 90,1967 1:8 92,2664 1:9 95,8725 1:10 92,0387 Hubungan antara rasio molar PFADDMC terhadap kemurnian biodiesel dengan kondisi waktu reaksi 60 menit, suhu 60 o C dan jumlah katalis 10 dapat dilihat pada gambar 4.2. Dari gambar 4.2 dapat diihat bahwa semakin tinggi rasio molar maka kandungan ester yang dihasilkan akan semakin besar akan tetapi pada rasio molar 1:10 kandungan ester mulai menurun. Kandungan Dimethyl Carbonate DMC yang sedikit tidak akan cukup untuk menyempurnakan reaksi. Akan tetapi jika DMC telah lebih dari cukup maka metanol akan terbentuk seperti reaksi pada gambar 2.3 dan terbentuknya metanol ini akan memberikan efek negatif pada enzim [21]. Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kondisi terbaik yang didapatkan 31 adalah pada rasio molar PFADDMC 1:9 yang memberikan kandungan ester terbanyak sebesar 95,87. Gambar 4.2 Hubungan antara Rasio Molar dengan Kandungan Ester pada Waktu 60 menit, Jumlah Katalis 10 berat, Kecepatan Pengadukan 300 rpm dan suhu 60 o C 4.2.1.2 Pengaruh Suhu terhadap Kandungan Ester Adapun hasil penelitian pembuatan biodiesel dari PFAD dengan menggunakan Novozym ® 435 dengan variasi suhu dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Penelitian Pembuatan Biodiesel dari PFAD dengan Menggunakan Novozym ® 435 dengan Variasi Suhu Rasio Mol PFADDMC Waktu menit Jumlah Katalis Kecepatan Pengadukan rpm Suhu o C Kemurnian 1:9 60 10 300 40 91,1842 50 93,3018 60 95,8725 70 94,3941 80 86,2549 Hubungan antara suhu terhadap kemurnian biodiesel dengan kondisi waktu reaksi 60 menit, rasio molar PFADDMC 1:9 dan jumlah katalis 10 dapat dilihat pada gambar 4.2. Dari gambar 4.3 dapat diihat bahwa semakin tinggi suhu maka 88 90 92 94 96 98 1 2 3 4 5 K an d u n gan E ste r Rasio Molar PFAD:DMC 1:6 1:7 1:8 1:9 1:10