10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Ruang Lingkup Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal
banknote
. Kata Bank berasal dari bahasa Italia banca yang berarti tempat penukaran
uang. Pengertian Bank
menurut Kasmir 2012:42 “ Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak
”. Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam
pembangunan ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang sangat mendukung
terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Berikut adalah fungsi, asas, dan tujuan Menurut Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan dinyatakan bahwa : Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Fungsi : Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan
penyalur dana masyarakat.
11
Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhanekonomi, dan
stabilitas nasional
ke arah
peningkatan rakyat banyak. Menurut Lukman dalam Marissa 2011:39, pada dasarnya terdapat
tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu : 1.
Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi kewajibannya.
2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang
solvable
adalah bank yang manpu menjamin seluruh hutangnya.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
2.1.2 Bank Umum Syariah
2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha investasi, jual beli, atau lainnya berdasarkan prinsip Syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro Ascarya : 2008:30.
12
2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah
Secara garis besar produk-produk bank syariah dapat dikelompokkan ke dalam produk-produk pendanaan, pembiayaan,
jasa perbankan, dan kegiatan sosial dengan berbagai prinsip syariah yang digunakan dalam akadnya, berbagai jenis akad yang diterapkan
oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu: 1.
Akad Pola Titipan Wadi’ah Secara umum Wadi’ah berarti titipan murni dari pihak penitip
muwaddi’ yang mempunyai barangasset kepada pihak penyimpan
mustawda’ yang diberi amanahkepercayaan, baik individu maupun badan hukum dan harus dijaga dari
kerusakan,kerugian dan keutuhannya dan dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki. Akad Wadi’ah dibagi atas 2
yaitu: a.
Titipan Wadi’ah yad Amanah adalah akad penitipan
baranguang dimana
pihak penerima
titipan tidak
diperkenankan menggunakan baranguang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam
perbankan syariah berupa produk
safe deposit box
. b.
Titipan Wadi’ah yad Dhamanah adalah akad penitipan baranguang
dimana pihak
penerima titipan
telah
13
mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan baranguang yang dititipkan tersebut untuk aktivitas
perekonomian tertentu dengan catatan bahwa pihak penerima titipan akan mengembalikan baranguang yang
dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.
2. Akad Pola Bagi Hasil
Profit Sharing
Akad Pola Bagi Hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
a.
Mudharabah
, adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana
shahibul maal
dan pengelola dana
mudharib
untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana kecuali disebabkan oleh
misconduct, negligence
atau
violation
oleh pengelola dana. Akad
Mudharabah
secara umum dibagi atas 3 yaitu : 1
Mudharabah Muthlaqah
adalah akad kerja sama di mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
14
2
Mudharabah Muqayyadah
adalah akad kerja sama di mana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
3
Mudharabah Musytarakah
adalah akad kerja sama di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerja sama investasi.
b. Musyarakah,
adalah akad kerja sama yang didasarkan atas bagi hasil di mana para mitra berkontribusi dalam modal
maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang
disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi modal.Ada
dua jenis
Musyarakah
yaitu : 1
Musyarakah
kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti;
2
Musyarakah
akad, yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial
bersama. 3.
Akad Pola Jual Beli
Tijarah
Akad Pola Jual Beli ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli
terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
15
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
margin
. Akad Jual beli dibagi atas 3 yaitu : 1
Murabahah
, yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
margin
yang diinginkan. 2
Salam,
merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari
advanced payment
atau
forward buying
atau
future sales
dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat
penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau
penjual dalam suatu transaksi
salam
. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut
salam paralel
. 3
Istishna,
adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya
dapat berupa
pembayaran dimuka,
cicilan, atau
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
16
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi
teknis, kualitas,
dan kuantitasnya.
4. Akad Pola Sewa
Ijarah Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu asset atau jasa sementara hak kepemilikan asset tetap pada
pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Ada dua jenis
Ijarah yaitu: 1
Ijarah Murni
merupakan akad yang berhubungan dengan sewa jasa;
2
Ijarah al muntahiya bit tamlik
merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa. 5.
Akad Pola Jasa
Fee-Based Services
Prinsip Pola Jasa
Fee-Based Services
ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk
yang berdasarkan prinsip Pola Jasa
Fee-Based Services
ini antara lain:
1
Wakalah
merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
muwakil
kepada pihak lain
wakil
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan
Wakalah
karena manusia membutuhkannya.
17
2
Kafalah
merupakan Jaminan
yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 3
Hawalah,
Pengalihan utangpiutang dari orang yang berhutangberpiutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnyamenerimanya. 4
Rahn,
adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 5
Al-qardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan
sosial. Dana ini diperoleh dari dana
zakat, infaq
dan
shadaqah
. 2.1.2.3
Sistem Operasional Bank Umum Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan
bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang
membutuhkan misalnya
modal usaha,
dengan perjanjian
18
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan Ema dalam Widya Wahyuningsih,2012 . Sistem operasional Bank Umum Syariah
tersebut meliputi: 1.
Sistem Penghimpunan Dana Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank
konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga
kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak
melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari
sumbernya, dana bank syariah terdiri atas: a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik
owner
. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,
perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan
fixed assetnon earning asset
. Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan
kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal
19
pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui
musyarakah fi
sahm asy-syarikah
atau
equity participation
pada saham perseroan bank. b. Titipan
Wadi’ah Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah
al-
wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung
jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak
mengambil titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Investasi
Mudharabah
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah
mudharabah
yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana
shahibul maal
dengan pengelola dana
mudharib
, dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan
sebagai investor murni yang menanggung aspek
sharing risk
dan
return
dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah
lender
atau
kreditor
bagi bank seperti halnya pada bank konvensional. 2.
Sistem Penyaluran Dana
Financing
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
20
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan
murabahah, salam dan istishna’. b.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa
Ijarah
. Transaksi
ijarah
dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip
ijarah
sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual
beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada
ijarah
obyek transaksinya jasa. c.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa,
dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-
pola
musyarakah
dan
mudharabah
.
2.1.3 Bank Umum Konvensional
2.1.3.1 Pengertian Bank Umum Konvensional
Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Bank
merupakan Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Defenisi ini menunjukkan bahwa objek
21
aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada
masyarakat juga termasuk individu.
2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Adapun Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia 2011 adalah sebagai
berikut: 1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal diatas lainnya;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: 5.
Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana
kepada bank
lain, baik
dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; 7.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
22
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga; 9.
Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat; 12.
Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia; 13.
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh pihak bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang tentang
Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ; 15.
Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;
23
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI; dan
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan dana pensiun yang berlaku.
2.1.4 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Konvensional
Hal mendasar yang membedakan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum
S
yari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan
oleh nasabah kepada bank, dan atau yang diberikan oleh bank kepada nasabah.
Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Bagi hasil
menurut terminologi asing inggris dikenal dengan
profit sharing
. Dalam kamus ekonomi
diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif,
profit sharing
diartikan “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai di sebuah
perusahaan Muhammad 2001. Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya
memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam
24
investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah
aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Adapun Perbedaan
antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil
Bagi Hasil Bunga
a. Penentuan
besarnya rasionisbah bagi hasil dibuat
pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada
jumlah keuntungan yang diperoleh.
c. Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek
yang dijalankan. Bila usaha rugi,
kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak.
d. Jumlah
pembagian laba
meningkat sesuai
dengan peningkatan
jumlah pendapatan.
e. Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil a.
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi
harus selalu untung.
b. Besarnya
persentase berdasarkan
pada jumlah
uangmodal yang
dipinjamkan. c.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
d. Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat
atau keadaan ekonomi sedang “booming”
e. Eksistensi bunga diragukan
kalau tidak dikecam oleh semua agama termasuk Islam
Sumber : Antonio, 2001; 61
25
Adapun Perbedaan antara Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah
BUK BUS
Fungsi dan
Kegiatan Bank Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi,
Manager Investasi, Investor, Sosial
dan Jasa Keuangan Mekanisme dan
Objek Usaha Tidak
antiriba dan
antimaysir Antiriba dan antimasyir
Prinsip Dasar
Operasi Bebas
nilai prinsip
materialis Uang sebagai Komoditi
Bunga Tidak bebas nilai prinsip
syariah islam Uang sebagai alat tukar
dan bukan komoditi Bagi hasil, jual beli, sewa
Prioritas Pelayanan
Kepentingan pribadi Kepentingan public
Orientasi Keuntungan
Tujuan sosial-ekonomi
islam, keuntungan Bentuk
Bank komersial Bank komersial, bank
pembangunan, bank
universal atau
multi- porpose
Evaluasi Nasabah
Kepastian pengambilan
pokok dan
bunga creditworthiness
dan collateral
Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko
Hubungan Nasabah
Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha
Sumber Likuiditas
Jangka Pendek Pasar Uang, Bank Sentral
Pasar Uang
Syariah, Bank Sentral
Pinjaman yang diberikan
Komersial dan
nonkomersial, berorientasi laba
Komersial dan
nonkomersial berorientasi laba dan nirlaba
Lembaga Penyelesai
Sengketa Pengadilan, Arbitrase
Pengadilan, Badan
Arbitrase Syariah
Nasiona Struktur
Organisasi Pengawas
Dewan Komisaris Dewan
Komisaris, Dewan
Pengawas Syariah, Dewan Syariah
Nasional
Sumber : Ascarya, 2008 ; 33
26
2.1.5 Rasio Keuangan