Kesiapan Pemerintah Dalam Melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan 2008 (Studi Pada Kecamatan Medan Baru).

(1)

KESIAPAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN MUSYAWARAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN 2008

( STUDI PADA KECAMATAN MEDAN BARU )

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Mendapat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

SKRIPSI

OLEH

JULIA SAMARIA S 040903055

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi ……….. i

Daftar Tabel ………. iv

Daftar Gambar ………. v

Daftar Lampiran ………. vi

Abstrak ……….. vii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Perumusan Masalah………3

C. Tujuan Penelitian………4

D. Manfaat Penelitian………..4

E. Kerangka Teori 1. Pemerintah………..5

2. Pemerintah Tingkat Kecamatan………..7

3. Perencanaan Pembangunan 3.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan………8

3.2 Musyawarah Perencanaan Pembangunan ……….….12

3.3 Musrenbang Kecamatan ………..12

F. Defenisi Konsep……….…20

G. Defenisi Operasional ……….21

H. Sistematika Penulisan ………23 BAB II Metode Penelitian


(3)

A. Bentuk Penelitian………24

B. Lokasi Penelitian ………24

C. Populasi dan Sampel……….24

D. Teknik Pengumpulan Data………25

E. Teknik Analisa Data……….25

BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian………27

BAB IV Penyajian Data………33

BAB V Analisa Data……….……62

BAB VI Kesimpulan………...72

Daftar Pustaka………74 Lampiran


(4)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

Tabel

IV.1 Identitas responden Pegawai Kecamatan berdasarkan jenis

Kelamin ……… 33 IV.2 Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan ……… 34 IV.3 Identitas responden berdasarkan usia ………. 35

IV.4 Distribusi Jawaban responden tentang pemahaman mengenai

Musrenbang …….... 35

IV.5 Distribusi jawaban responden tentang pentingnya Musrenbang….36 IV.6 Distribusi jawaban responden tentang pengaruh Musrenbang

Terhadap perencanaan pembangunan ………… 37 IV.7 Distribusi jawaban tentang persiapan pemerintah ………… 37 IV.8 Distribusi jawaban responden tentang kejelian pemerintah…….. 38 IV.9 Distribusi jawaban responden tentang kedekatan pemerintah ….. 39 IV.10 Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sosialisasi ……. 39 IV.11 Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sasaran

Kecamatan …………. 40 IV.12 Distribusi jawaban responden tentang keseriusan pemerintah

Dalam pelaksanaan Musrenbang …………. 41 IV.13 Distribusi jawaban responden tentang fasilitas yang digunakan… 42 IV.14 Distribusi jawaban responden tentang kecakapan pemerintah

Dalam menguasai tahapan …………. 42

IV.15 Distribusi jawaban responden tentang kepuasan pelaksanaan Musrenbang ………… 43 IV.16 Distribusi identitas peserta berdasarkan jenis kelamin ………. 43 IV.17 Distribusi identitas peserta berdasarkan usia ………… 44 IV.18 Distribusi identitas peserta berdasarkan pekerjaan ………… 44 IV.19 Distribusi identitas peserta berdasarkan pendidikan terakhir …. 45 IV.20 Distribusi Jawaban responden tentang pemahaman mengenai Musrenbang ………… 46 IV.21 Distribusi Jawaban responden tentang pentingnya Musrenbang… 46 IV.22 Distribusi Jawaban responden tentang pengaruh Musrenbang

Terhadap perencanaan pembangunan ………….. 47 IV.23 Distribusi jawaban tentang persiapan pemerintah …………. 48 IV.24 Distribusi jawaban responden tentang kejelian pemerintah …… 48 IV.25 Distribusi jawaban responden tentang kedekatan pemerintah …. 49 IV.26 Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sosialisasi …… 50 IV.27 Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sasaran

Kecamatan ………. 50 IV.28 Distribusi jawaban responden tentang keseriusan pemerintah

Dalam pelaksanaan Musrenbang …………. 51 1V.29 Distribusi jawaban responden tentang fasilitas yang digunakan ….52


(5)

Dalam menguasai tahapan ………… 52 IV.31 Distribusi jawaban responden yang memberi pendapat atau

Saran, dan masukan pada pelaksanaan Musrenbang kelurahan

Dan kecamatan ………… 53

IV.32 Distribusi jawaban responden tentang alasan peserta yang tidak Memberi masukan atau tanggapan pada pelaksanaan

Musrenbang …………. 53

IV.33 Distribusi jawaban responden tentang kepuasan responden


(6)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Struktur organisasi Kecamatan Medan Baru ……….. 32


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian

Lampiran 2. Lembar yang disetujui oleh jurusan

Lampiran 3. Surat Undangan seminar usulan penelitian skripsi Lampiran 4. Daftar hadir peserta seminar proposal

Lampiran 5. Berita acara hasil seminar proposal Lampiran 6. Surat persetujuan dosen pembimbing Lampiran 7. Surat pengantar izin penelitian dari jurusan Lampiran 8. Surat izin penelitian dari Kecamatan Medan Baru

Lampiran 9. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari Kecamatan Medan Baru

Lampiran 10. Lembar Disposisi Pemerintah Kota Medan kapada Kasi PMK Kecamatan Medan Baru

Lampiran 11. Surat Undangan Musrenbang kepada instansi di Kecamatan Medan Baru


(8)

ABSTRAK

Kesiapan Pemerintah Dalam Melaksanakan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan 2008 (Studi Pada Kecamatan Medan Baru) Nama : Julia Samaria S

Nim : 040903055

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembingbing : Drs. Ivan Razali, M.Phil

Yang menjadi judul penelitian ini adalah Kesiapan Pemerintah Dalam Melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan 2008 (Studi Pada Kecamatan Medan Baru). Musrenbang adalah salah satu forum dalam menampung aspirasi masyarakat. Forum ini juga yang akan merencanakan dan menetukan kegiatan-kegiatan pembangunan. Sementara itu, ada dua pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai fasilitator dan yang mempersiapkan dan masyarakat sebagai peserta yang menjadi objek pembangunan. Kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang ini merupakan salah satu penentu keberhasilan Musrenbang dalam penentuan skala prioritas. Dilatar belakangi hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini, yaitu: “ Bagaimana kesiapan pemerintah tingkat kecamatan dalam pelaksanaan Musyawarah perencanaan pembangunan?”

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Teknik penarikan sampel adalah dengan Purposive Sampling. Banyaknya responden sebanyak 31 orang, 15 orang pegawai kecamatan dan 16 orang peserta Musrenbang Kecamatan 2008, dan 4 orang informan dalam wawancara.

Hasil penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang, yaitu :

1. Persiapan, berdasarkan angket dan wawancara disimpulkan bahwa ada sebanyak 87% pegawai dan 78% peserta menyatakan sudah paham tentang Musrenbang, pentingnya Musrenbang disadari oleh pegawai sebanyak 100% pegawai dan 87,5% peserta, berpengaruhnya pelaksanaan Musrenbang terhadap perencanaan pembangunan sebanyak 83,3% pegawai dan 87,5% peserta. Begitu juga dengan kejelasan sosialisasi, ada sebanyak 66,6% pegawai dan 62,5% peserta yang menyatakan sudah jelas.

2. Rancangan/Rencana, dapat diketahui bagaimana pemerintah kecamatan dalam membuat perencanaan. Yaitu ada sebanyak 90% pegawaid an 75% peserta yang menyatakan jelasnya sasaran kecamatan Medan Baru. Untuk mendukung penyusunan rencana dapat dilihat dengan kedekatan pemerintah, yaitu sebanyak 60% pegawai dan 87,5% peserta menyatakan setuju.

3. Perlengkapan, yaitu dengan ketersediaan fasilitas dan sumber daya manusia. Fasilitas dalam hal ini menurut pegaawai sebanyak 53% pegawai dan 75% peserta menyatakan fasilitas memadai. Sumber daya manusia dilihat dengan 93% pegawai dan 56,25% peserta menyatakan bahwa pemerintah sudah serius dalam mempersiapkannya. Kecakapan pemerintah juga dinyatakan


(9)

pegawai sebanyak 93,75% dan 97% peserta. Hal ini juag didukung oleh jawaban peserta dalam memberi tanggapan sebanyak 68,75% , dan dengan jumlah yang sama menyatakan puas dengan hasil Musrenbang tahun 2008 ini.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa kesipan pemerintah kecamatan Medan Baru dalam melaksanakan Musrenbang tahun 2008 sudah cukup baik, walaupun masih ada pegawai dan peserta yang mengungkapkan kurang seriusnya dalam melaksanaan Musrenbang.


(10)

ABSTRAK

Kesiapan Pemerintah Dalam Melaksanakan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan 2008 (Studi Pada Kecamatan Medan Baru) Nama : Julia Samaria S

Nim : 040903055

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembingbing : Drs. Ivan Razali, M.Phil

Yang menjadi judul penelitian ini adalah Kesiapan Pemerintah Dalam Melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan 2008 (Studi Pada Kecamatan Medan Baru). Musrenbang adalah salah satu forum dalam menampung aspirasi masyarakat. Forum ini juga yang akan merencanakan dan menetukan kegiatan-kegiatan pembangunan. Sementara itu, ada dua pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai fasilitator dan yang mempersiapkan dan masyarakat sebagai peserta yang menjadi objek pembangunan. Kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang ini merupakan salah satu penentu keberhasilan Musrenbang dalam penentuan skala prioritas. Dilatar belakangi hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini, yaitu: “ Bagaimana kesiapan pemerintah tingkat kecamatan dalam pelaksanaan Musyawarah perencanaan pembangunan?”

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Teknik penarikan sampel adalah dengan Purposive Sampling. Banyaknya responden sebanyak 31 orang, 15 orang pegawai kecamatan dan 16 orang peserta Musrenbang Kecamatan 2008, dan 4 orang informan dalam wawancara.

Hasil penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang, yaitu :

1. Persiapan, berdasarkan angket dan wawancara disimpulkan bahwa ada sebanyak 87% pegawai dan 78% peserta menyatakan sudah paham tentang Musrenbang, pentingnya Musrenbang disadari oleh pegawai sebanyak 100% pegawai dan 87,5% peserta, berpengaruhnya pelaksanaan Musrenbang terhadap perencanaan pembangunan sebanyak 83,3% pegawai dan 87,5% peserta. Begitu juga dengan kejelasan sosialisasi, ada sebanyak 66,6% pegawai dan 62,5% peserta yang menyatakan sudah jelas.

2. Rancangan/Rencana, dapat diketahui bagaimana pemerintah kecamatan dalam membuat perencanaan. Yaitu ada sebanyak 90% pegawaid an 75% peserta yang menyatakan jelasnya sasaran kecamatan Medan Baru. Untuk mendukung penyusunan rencana dapat dilihat dengan kedekatan pemerintah, yaitu sebanyak 60% pegawai dan 87,5% peserta menyatakan setuju.

3. Perlengkapan, yaitu dengan ketersediaan fasilitas dan sumber daya manusia. Fasilitas dalam hal ini menurut pegaawai sebanyak 53% pegawai dan 75% peserta menyatakan fasilitas memadai. Sumber daya manusia dilihat dengan 93% pegawai dan 56,25% peserta menyatakan bahwa pemerintah sudah serius dalam mempersiapkannya. Kecakapan pemerintah juga dinyatakan


(11)

pegawai sebanyak 93,75% dan 97% peserta. Hal ini juag didukung oleh jawaban peserta dalam memberi tanggapan sebanyak 68,75% , dan dengan jumlah yang sama menyatakan puas dengan hasil Musrenbang tahun 2008 ini.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa kesipan pemerintah kecamatan Medan Baru dalam melaksanakan Musrenbang tahun 2008 sudah cukup baik, walaupun masih ada pegawai dan peserta yang mengungkapkan kurang seriusnya dalam melaksanaan Musrenbang.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri, proses dan hasil pembangunan di Indonesia yang tidak berhasil secara maksimal dikarenakan kurangnya pemahaman akan pembangunan yang memberdayakan masyarakat baik oleh pemerintah maupun masyarakat (Nugroho, 2001: 375). Rendahnya kapasitas untuk mengembangkan partisipasi yang diakibatkan tidak terbiasanya masyarakat melibatkan diri, sedangkan didalam proses pembangunan pemerintah seharusnya dalam kebijakannya harus senantiasa melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan, yang pada nantinya akan memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat (Juliantara, 2004:86-87).

Pemerintah, dalam menjalankan proses-proses pemerintahan dalam membangun masyarakat harus menekankan perlunya partisipasi masyarakat dengan beragam kepentingan ataupun latar belakang yang berbeda. Hal ini bukan hal yang mudah bagi pemerintah dalam memaksimalkan pembangunan yang harus melibatkan masyarakat yang beragam. Suatu pertimbangan yang sama juga dengan munculnya desentralisasi di tingkat kabupaten/kota pemerintah lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih tahu kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat ( Juliantara, 2004:84).

Untuk itulah diperlukan perencanaan yang baik dan sistematis dalam menentukan perencanaan pembangunan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua lapisan masyarakat. Permasalahannya adalah, mampukah pemerintah dalam mengakomodir pelaksanaan pembangunan yang partisipatif dan menyeluruh yang membutuhkan kerjasama


(13)

masyarakat baik berupa pendapat, dukungan, ataupun keikutsertaan secara aktif ( Alexander, 2005: xxx).

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa dalam penyusunan perencanaan pembangunan memerlukan koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui suatu Forum yang disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang.

Adanya forum ini diharapkan dapat merupakan langkah yang baik dalam pemberdayaan masyarakat, selanjutnya untuk diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga menghasilkan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Forum ini memerlukan keseriusan pihak-pihak yang terlibat, khususnya dalam menentukan rencana pembangunan. Pihak-pihak yang dimaksud adalah peserta yang ikut serta dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan di tiap tingkat pemerintahan. Terlaksananya forum ini dengan baik diperlukan persiapan yang matang berupa sumber daya manusia, dana dan keterlibatan masyarakat.

Akan tetapi, jika dilihat secara mendalam, sejak dilaksanakannya forum ini, masih sering ditemukan pelaksanaan yang hanya bersifat formalitas saja baik dari tingkat kelurahan, kecamatan maupun tingkat kabupaten/kota (Wrihatnolo (2003:300. Selanjutnya, Wrihatnolo (2003) menambahkan bahwa dari angket yang disebarkan bagi peserta Musrenbang yang berasal dari unsur pemerintah daerah ataupun pelaksana teknis menyimpulkan bahwa Musrenbang dilakukan hanya sebagai seremonial saja.

Permasalahan ini jika ditinjau juga sebagai negara demokrasi yang menekankan masyarakat sebagai tokoh utama pembangunan yang seharusnya melibatkan masyarakat


(14)

dihubungkan dengan temuan Wrihatnolo, hal-hal tersebut diatas perlu diamati dan diteliti secara lebih mendalam penyebabnya.

Berdasarkan asumsi bahwa pelaku pelaksanaan Musrenbang adalah pemerintah setempat dimana Musrenbang dilasanakan, maka pemerintah yang bersangkutan haruslah bertanggungjawab dalam pelaksanaan Musrenbang. Misalnya, pada Musrenbang Kecamatan, pemerintah di tingkat kecamatanlah yang menentukan apakah Musrenbang itu dilakukan dengan benar berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk tekhnisnya, dan elemen-eleman apa saja yang dibutuhkan untuk tercapainya hasil Musrenbang yang diharapkan.

Berdasarkan argument-argumen diatas, penulis melihat bahwa pelaksanaan ataupun eleman-elemen yang penting yang dapat mempengaruhi terlaksananya Musrenbang yang diharapkan, adalah merupakan suatu awal dari proses yang strategis agar peran serta masyarakat dapat diakomodir secara lebih optimal.

Untuk itu, penulis akan memfokuskan diri dalam mengadakan penelitian tentang kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang pada tingkat kecamatan, khsusnya di Kecamatan Medan Baru. Lebih khsus lagi, penulis akan mengeksplorasi untuk mengetahui bagaimana kesiapan pemerintah dalam melaksanakan Musrenbang, sampai ditingkat mana pemerintah melakukan dengan benar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menetukan perumusan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimanakah Kesiapan Pemerintah Tingkat Kecamatan dalam Melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tahun 2008?”


(15)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

 Untuk mengetahui kesiapan pemerintah dalam pelaksanaan Musyawarah perencanaan Pembangunan kecamatan yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan tahapan yang telah ditetapkan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

 Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah , berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara  Bagi Fisip USU, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa yang

tertarik dalam bidang ini.

 Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan tahun berikutnya khususnya di Kecamatan Medan baru.

E. Kerangka Teori 1. Pemerintah

Pemerintah dan pemerintahan adalah dua kata yang mempunyai makna yang berkaitan. Pemerintahan adalah suatu tatanan penyelenggaraan negara yang di dalamnya ada pemerintah dan sistemnya. Pemerintah adalah pelaksana, dalam hal ini ada dua makna. Makna luas yaitu “Pelaksana negara” dan makna yang sempit adalah “Pengarah urusan


(16)

dalam bahasa baku berasal dari kata ”perintah” yang secara etimologis bermakna “ pemberi perintah” ( Nugroho: 2003).

Pemerintah adalah sekelompok orang yang diberi suatu kekuasaan legal oleh masyarakat setempat untuk melaksanakan pengaturan atas interaksi yang terjadi dalam pergaulan masyarakat (baik antara individu dengan individu, individu dengan lembaga pemerintah, lembaga pemerintah dengan pihak swasta, pihak swasta dengan individu) untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya sehari-hari, sehingga interaksi tersebut dapat berjalan secara harmonis ( Setyawan, 2004; 32).

Setyawan juga menyebutkan bahwa pemerintah dalam arti sempit adalah eksekutif yang melaksanakan kegiatan fungsi menjalankan undang-undang, yaitu sekelompok orang yang diberi tugas untuk merencanakan , mengumpulkan, menyusun, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengarahkan segenap upaya masyarakat/penduduk dalam suatu negara dalam rangka mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan (2004:34). Manila (1997:17) menekankan bahwa pemerintah itu adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara atau daerah atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara.

Undang-Undang otonomi daerah nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa pemerintah ada dua, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD negara republik Indonesia tahun 1945. Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Artinya pemerintah daerah secara luas adalah pemerintah dan DPRD.


(17)

Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dalam menjalankan otonomi yang seluas-luasnya pemerintah daerah memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya sebagai satu kesatuan negara Republik Indonesia.

Di dalam Undang-Undang otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004, pasal 3 menyebutkan pemerintah daerah ada dua, yaitu:

 Pemerintah daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi

 Pemerintah daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota

Dalam sejarah pemerintahan Indonesia, otonomi daerah telah dimulai sejak dulu, yaitu dengan adanya pembagian tingkatan pemerintahan yang dimulai dari tingkat bawah sampai tingkat pusat walaupun memang pembagian kekuasaan belum jelas. Tetapi pada saat itu pembagian tingkatan pemerintahan dibagi atas tiga tingkatan, yaitu:

Daerah Tingkat I : Provinsi Daerah Tingkat II : Kabupaten Daerah Tingkat III : Kecamatan

Kemudian di masa reformasi pembagian kekuasaan pun semakin jelas dengan adanya undang nomor 22 tahun 1999 dan kemudian diperbaharui dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004, yang menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan per


(18)

undang-Daerah tingkat I, yaitu provinsi yang saat ini disebut pemerintah daerah provinsi memberi hak otonom juga bagi pemerintah daerah yang di bawahnya. Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan secara langsung pemerintahan ini membawahi daerah tingkat III, yaitu kecamatan.

2. Pemerintah Tingkat Kecamatan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 126 menyebutkan bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten atau Perda berpedoman pada Peraturan pemerintah. Pemerintah tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Selain itu Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi:

a. Mengkoordinir kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. Mengkoordinir upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

c. Mengordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;


(19)

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan;

Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota, dan perangkat kecamatan tersebut bertanggung jawab kepada camat (Undang-Undang Otonomi Daerah Terbaru, 2005:116-117).

3. Perencanaan Pembangunan

3.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan diperlukan karena didasari perlunya perkiraan, arahan kegiatan/pedoman sehingga dapat memilih berbagai alternatif dalam penyusunan skala prioritas dan apabila perencanaan sudah selesai dilaksanakan hal itu akan menjadi suatu acuan untuk perbaikan kedepan (Alexander, 2005: 28).

Dalam pelaksanaan pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat diperlukan pembangunan. Pembangunan adalah suatu upaya yang dilaksanakan oleh semua pihak terkait dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Bintoro, pembangunan adalah upaya pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan(termasuk sumber-sumber ekonomi untuk mencapai tujuan-tujuan dalam menciptakan suatu kondisi yang lebih baik (1985:25).


(20)

Nugroho (2003:22), mengemukakan bahwa pembangunan pada prinsipnya adalah berhadapan dengan dua pihak yaitu pihak yang lemah dan yang kuat, dan seharusnya pembanguanan itu hadir untuk memihak yang lemah agar menjadi kuat dan menjaga yang kuat agar tidak jatuh lemah dan apabila bisa mereka menjadi mitra pemerintah dalam membantu yang lemah.

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari defenisi ekonomi, sosial. politik, atau hukum. Perubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan dalam dalam perubahan itu. Perubahan alami adalah perubahan yang melembaga dalam bangun sosial sekelompok manusia dan hanya perubahan yang alami mampu menjamin adanya perubahan terukur secara konstan ( Wrihatnolo, 2003; 10).

Masyarakat yang akan dibangun baik yang lemah dan yang kuat mempunyai keberagaman kepentingan dan kebutuhannya juga berbeda Perencanaan diperlukan karena semakin banyaknya kuantitas manusia dan semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat itu diikuti juga dengan keterbatasan sumber daya alam. Untuk itu pemerintah perlu merencanakan pembangunan.

Perencanaan Pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Perencanaan pembangunan ditujukan untuk pemerataan pembangunan, yaitu meminimalkan kesenjangan yang ada dengan mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap, stabilitas ekonomi, memperluas lapangan kerja dan mewujudkan kemandirian pembangunan ( Bintoro: 1985:25).


(21)

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua, komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan negara. Perencanaan pembangunan nasional adalah perencanaan penyelenggaraan semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Didalam sistem perencanaan pembangunan nasional terdapat kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dihasilkan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Perencanaan pembangunan tersebut akan menghasilkan (UU Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional):

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang /RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM Naional merupakan penjabaran visi, misi, dan program presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/Lembaga dan lintas kementerian /Lembaga kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh temasuk arah kebijakan


(22)

fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

3. Rencana Kerja Pemerintah/RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, kementerian/lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang/RPJP Daerah, memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah mengacu pada RPJP Nasional

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM Daerah, merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daearah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

6. Rencana Kerja Perangkat/RKP Daerah merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.


(23)

3.2 Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Dalam rangka menyusun RKP dan RKP daerah, pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyusun dokumen rencana kerja. Penyusunan rancangan tersebut dilakukan melalui proses pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dengan seluruh satuan kerja perangkat daearah (SKPD) melalui penyelenggaraan Musrenbang di daerah masing-masing (Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan dan Menteri Dalam Negeri dalam pelaksanaan Musrenbang ,2007: 2).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang disingkat dengan Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Pelaksanaan Musrenbang tahun 2008 ditujukan untuk penyusunan rancangan RKP dan RKPD tahun 2009. Pelaksanaan Musrenbang harus sesuai dengan Jadual, yang dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan diikuti dengan rapat koordinasi pusat (Rakorpus) RKP, Musrenbang provinsi dan diakhiri dengan Musrenbang Nasional, yang ditetapkan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan dan Menteri Dalam Negeri melalui Surat Edara Bersama, dimana surat tersebut diedarkan setiap tahun pelaksanaan Musrenbang (2007:2).

Musrenbang Kecamatan Tahun 2008 A. Pengertian

1. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan di tingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa/kelurahan serta menyepakati rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan rencana kerja kecamatan


(24)

dan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah kabupataen/kota pada tahun berikutnya.

2. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan kegiatan prioritas adri desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di wilayah kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil musyawarah.

3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas untuk mengelola anggaran dan barang daerah.

4. Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah.

5. Nara sumber adalah pihak-pihak pemberi informasi yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan dalam Musrenbang Kecamatan.

6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang Kecamatan.

7. Musrenbang Kecamatan menghasilkan anatara lain:

a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh kecamatan dan menjadi Rencana Kerja (Renja) kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya.

b. Daftar kegiatan prioritas yang akan diusulkan ke Kabupaten/Kota yang disusun menurut SKPD dan atau gabungan SKPD untuk dibiayai melalui anggaran SKPD yang bersumber dari APBD kabupaten/Kota.


(25)

c. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/Kota.

B. Tujuan

Musrenbang kecamatan diselenggarakan untuk:

1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan.

2. Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan.

3. Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.

C. Masukan

Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan antara lain adalah:

1. Dari Desa/Kelurahan:

a. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan tahunan dari masing-masing desa/kelurahan yang berisi kegiatan prioritas yang dilengkapi kode desa/kelurahan dan kecamatan.

b. Daftar nama anggota delegasi dari desa/kelurahan untuk mengikuti Musrenbang kecamatan.


(26)

c. Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga/organisasi sosial kemasyarakatan, koperasi, LSM yang bekerja di kecamatan, atau organisasi tani/nelayan di tingkat kecamatan.

d. Daftar masalah, dan usulan kegiatan prioritas Desa/kelurahan hasil identifikasi pelaku program pembangunan di tingkat desa/kelurahan yang dibiayai oleh hibah/bantuan luar negeri.

2. Dari Kabupaten/Kota:

a. Kode kecamatan (dua angka yang sama dengan yang disampaikan di desa/kelurahan) untuk memudahkan SKPD dan Bappeda mengetahui kecamatan yang mengusulkan kegiatan tersebut.

b. Kegiatan prioritas pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan SKPD pelaksananya beserta rencana pendanaannya di kecamatan tersebut.

c. Penjelasannya nama dan jumlah Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD sebagaimana telah ditentukan oleh Bappeda, berikut fungsi dan program terkaitnya.

Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan terdiri dari: 1. Tahapan Persiapan

a. Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari masing-masing desa/kelurahan berdasarkan fungsi SKPD yang menjadi tanggungjawab SKPD.


(27)

b) Menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan c) Mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan

tempat Musrenbang kecamatan minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakuka, agar peserta bisa mempersiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang. d) Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta

Musrenbang Kecamatan, baik wakil dari desa/kelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.

e) Menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang kecamatan.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan

b. Pemaparan Camat mengenai masalah-masalah utama kecamatan, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran.

c. Pemaparan kepala-kepala cabang SKPD setempat atau pejabat SKPD kabupaten/kota mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta strategi dan besaran plafon dananya. d. Pemaparan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan tentang masalah utama

dan kegiatan prioritas dari masing-masing desa/kelurahan menurut fungsi SKPD

e. Verifikasi oleh delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua kegiatan prioritas yang diusulkan oleh desa/kelurahan sudah tercantum menurut


(28)

masing-f. Kesepakan kriteria untuk menentukan prioritas pembangunan kecamatan untuk masing-masing fungsi SKPD atau gabungan SKPD.

g. Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahsan berdasarkan fungsi SKPD atau gabungan SKPD yang tercantum.

h. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta Musrenbang namun belum diusulkan oleh desa/kelurahan .

i. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan berdasarkan masing-masing fungsi SKPD

j. Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi SKPD atau gabungan SKPD di hadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.

k. Pemilihan dan penetapan daftar nama delegasi kecamatan (3-5 orang) untuk mengikuti forum SKP dan Musrenbang kabupaten/kota. Komposisi delegasi tersebut harus terdapat perwakilan perempuan.

Dalam pelaksanaannya, Kecamatan menerima Surat Edaran dari Pemerintah Daerah yang berupa instruksi untuk melaksanakan Musrenbang Kecamatan Tahun 2008. Yaitu melalui surat Walikota nomor 005/693 pada tanggal, 24 Januari 2008. bahwa untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam penyusunan progran perencanaan pembangunan yang partisipatif, perlu dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan pada:

1. Kelurahan dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 22 Pebruari 2008

2. Kecamatan dilaksanakan pada tanggal 25 Pebruari s/d 11 Maret 2008 3. Kota Medan dilaksanakan pada akhir bulan Maret 2008


(29)

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan Musrenbang Kelurahan adalah:

1. Bahan-bahan bahasan :

a. Daftar prioritas masalah dari tingkat Kelurahan/masyarakat

b. Peta potensi dan permasalahan (Peta kerawanan kemiskinan, pengangguran, kesehatan dan lain-lain)

c. Informasi realisasi usulan yang telah diajukan tahun sebelumnya d. Evaluasi pelaksanaan pembangunan di kelurahan tahun sebelumnya e. Membuat berita acara dalam pelaksanaan Musrenbang

2. Peserta Musrenbang Tingkat Kelurahan adalah: a. Lurah dan perangkat Lurah

b. Pengurus Harian LPM Kelurahan c. Pengurus Harian TP. PKK Kelurahan d. Kepala Lingkungan

e. Tokoh Masyarakat, Pemuka Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Wanita, Pengusaha dan Kader-kader dari berbagai jenis kegiatan yang ada di Kelurahan

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam Musrenbang Kecamatan adalah: 1. Bahan-bahan bahasan:

a. Makalah dari Kelurahan

b. Informasi tentang issu-issu strategis di Kecamatan masing-masing


(30)

d. Membuat berita acara dalam pelaksanaan Musrenbang 2. Peserta Musrenbang Tingkat Kecamatan adalah:

a. Perwakilan sejumlah satuan kerja Perangkat Daerah Kota Medan (Instansi tingkat Kota Medan yang terkait langsung)

b. Anggota DPRD Kota Medan yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapem) masing-masing Kecamatan.

c. Aparat Kecamatan d. Lurah

e. Ketua TP.PKK Kelurahan f. Ketua LPM Kelurahan

g. Stakeholders lainnya yang dianggap perlu 3. Tahapan Pelaksanaan di tingkat kecamatan adalah:

a. Ketua BAPPEDA Kota Medan menyampaikan informasi tentang issu-issu strategis Kota Medan/AKU Pemko Medan

b. Ekspose Camat tentang prioritas masalah (seperti kemiskinan, pengangguran, kesehatan dan pendidikan) dan menyampaikan hasil forum pembangunan di tahun sebelumnya yang telah direalisasikan.

c. Lurah mempresentasikan prioritas kebutuhan dari masing-masing kelurahan d. Tanggapan dari peserta Musrenbang Kecamatan

e. Merumuskan kriteria prioritas untuk menyeleksi usulan

f. Menetapkan wakil Kecamatan ntuk mengikuti Musrenbang kota Medan Yang direncanakan pada Bulan Maret 2008 sebanyak 3 orang yang terdiri atas 2 (dua)


(31)

orang perangkat kecamatan dan 1 (satu) orang yang mewakili ketua LPM Kelurahan.

F. Defenisi Konsep

Defenisi Konsep merupakan unsur penelitian yang penting untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1999:33).

Adapun defenisi konsep yang penulis kemukakan adalah:

1. Kesiapan. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia kontemporer, ‘kesiapan’ merupakan kata nomina atau kata benda dengan konfiks ke-an ( 2002:1038), dengan kata dasar ‘siap’. ‘ Siap’ berarti mengatur atau membereskan sesuatu sehingga tinggal memakai saja ( 2002: 1417). Sementara itu, persiapan adalah perlengkapan dan pesediaan untuk sesuatu dalam perbuatan, hal, tindakan, rancangan dan sebagainya untuk sesuatu ( 2002: 1417). Jadi, kesiapan adalah suatu keadaan telah siap, yaitu segala sesuatu telah diatur dan dibereskan untuk suatu pekerjaan dengan persiapan berupa perlengkapan, hal, tindakan, rancangan dan sebagainya.

2. Pemerintah adalah pelaksana atau penyelenggara urusan negara dalam rangka mencapai tujuan nasional. Pemerintah tingkat kecamatan adalah pemerintahan yang dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan dibantu oleh perangkat kecamatan.

3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan di tingkat kecamatan untuk


(32)

rencana kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan rencana kerja kecamatan dan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah kabupataen/kota pada tahun berikutnya.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, atau suatu informasi ilmiah yang membantu peneliti. Sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaimana caranya mengukur variabel penelitian tersebut (Singarimbun, 1999; 46-47).

Berdasarkan defenisi konsep “kesiapan”, yaitu suatu keadaan telah siap, yaitu segala sesuatu telah diatur dan dibereskan untuk suatu pekerjaan dengan persiapan berupa perlengkapan, hal, tindakan, rancangan dan sebagainya, maka dalam penelitian ini penulis menentukan defenisi operasional berdasarkan defenisi konsep. Dimana kesiapan yang dimaksud adalah dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan tahun 2008. Oleh karena itu, kesiapan tersebut dapat dilihat berdasarkan hal-hal berikut:

1. Persiapan, yaitu dengan melihat tahapan-tahapan atau mekanisme pelaksanaan Musrenbang Kecamatanyang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Surat Edaran Bersama menteri perencanaan pembangunan dan menteri dalam negeri yang diuraikan dalam kerangka teori, yang persiapannya dilakukan dengan berbagai kegiatan.

2. Rancangan atau rencana pembangunan kecamatan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Sehingga pelaksanaan Musrenbang tingkat kecamatan tetap difokuskan dan diarahkan pada pencapaian sasaran pada rencana pembangunan kecamatan tersebut.


(33)

3. Perlengkapan, yaitu mencakup:

a. Ketersediaan sarana dan prasana. Yaitu kesiapan suatu alat, tenaga, barang, modal dan sebagainya untuk dapat dipergunakan atau diopersikan dalam waktu yang telah ditetapkan (Peter Salim, 2002:1384). Yaitu berupa alat, media, atau kendaraan, yang menunjang terlaksananya Musrenbang tingkat kecamatan.

b. Sumber daya manusia, yaitu orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi/pemerintahan yang dapat dihitung jumlahnya dan merupakan potensi yang menjadi penggerak organisasi yang punya ketrampilan, kecakapan, keahlian, kepribadian, dan motivasi (Nanawi, 2001: 37), yang dalam hal ini sumber daya manusianya dilihat dalam pelaksanaan Musrenbang kecamatan.


(34)

H. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan Sistematika penulisan .

Bab II Metode Penelitian

Bab ini memuat Bentuk Penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknuik pengmpulan data, dan teknik analisa data.

Bab III Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa sehjarah, visi, misi dan struktur organisasi.

Bab IV Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang dianalisis.

Bab V Analisa Data

Bab ini memuat kajian dan analisa data yang diperoleh dari lokasi penelitian. Bab VI penutup


(35)

BAB II

METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2003: 11). B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kecamatan Medan Baru, Jl. Rebab Padang Bulan, Medan. C. Populasi dan Sampel.

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pemerintahan di Kecamatan Medan Baru dan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan Medan Baru.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan Purposive Sampling, yaitu banyaknya sampel dan yang menjadi sampel ditentukan dimana sampel itu harus yang mengerti permasalahan penelitian untuk ketepatan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono


(36)

tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang mengetahui permasalahan penelitian, yaitu 15 orang pegawai pemerintahan di Kecamatan Medan Baru khususnya di Bidang Pemberdayaan Masyarakat Kota dan 16 orang peserta musrenbang kecamatan. D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data/keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Teknik pengumpulan data primer, yaitu :

1. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengmpulan data dengan mengamati secara langsung sejumlah acuan yang berkenan dengan topik penelitian.

2. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan kepada pihak-pihak terkait.

3. Wawancara, yaitu teknik pengmpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak terkait.

Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu:

1. Dokomentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar, jurnal, dan laporan penelitian lainnya.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari


(37)

berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006: 247).


(38)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Baru terletak di Jl. Rebab No. 34, Padang Bulan Medan. Kecamatan Medan Baru adalah salah satu kecamatan yang ada di wilayah Pemerintah Kota Medan, dengan luas wilayahnya + 540 Ha yang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : dengan Jl. Gajah Mada Kecamatan Medan Petisah

Sebelah Selatan : dengan Jl. Sembada Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur : dengan Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia Sebelah Barat : dengan Jl. Darussalam Kecamatan Medan Sunggal

Dalam penyelenggaraan Pemerintahan, Kecamatan Medan Baru membawahi 6 (enam) Kelurahan terdiri dari 64 Lingkungan:

1. Kelurahan Titirantai = 10 Lingkungan 2. Kelurahan Padang Bulan = 12 Lingkungan 3. Kelurahan Merdeka = 13 Lingkungan 4. Kelurahan Babura = 13 Lingkungan 5. Kelurahan Petisah Hulu = 12 Lingkungan 6. Kelurahan Darat = 4 Lingkungan JUMLAH 64 Lingkungan 2. Kependudukan

Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru sampai dengan bulan Desember 2007 sebanyak 41. 670 jiwa, 8.423 kepala keluarga, lihat table dibawah :


(39)

No Kelurahan KK Laki-laki Perempuan Jumlah LK+PR 1. Titirantai 3.123 5.754 5.826 11.580 2. Padang Bulan 3.887 6.155 5.966 12.121

3. Merdeka 2.372 4.647 4.814 9.461

4. Babura 2.599 5.292 5.469 12.761

5. Petisah Hulu 2.132 1.887 1.935 3.822

6. Darat 1.014 5.235 5.188 10.423

JUMLAH 15.129 28.970 29.198 60.168

Sumber: Dokumentasi Kecamatan Medan baru

Penduduk Kecamatan Medan Baru terdiri dari beberapa suku antara lain: 1. Suku Melayu

2. Suku Jawa 3. Suku Mandailing 4. Suku Batak

5. Suku Minangkabau 6. Suku Karo

7. Suku Dairi/Pakpak serta WNI turunan 8. Suku Nias

3. Lintas Sektoral

Dinas Instansi Lintas yang ada di Kecamatan Medan Baru sebagai berikut: 1. Koramil 05/MB


(40)

3. Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Baru 4. PPLKB Kecamatan Medan Baru

5. K.U.A. Kecamaatan Medan Baru 6. Puskesmas Padang Bulan

7. Materi Statistik Kecamatan Medan Baru 8. Penyuluh Pertanian Kecamatan Medan Baru 4. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi kecamatan Medan Baru adalah sebagai berikut: VISI

Mengacu pada moto Kota Medan yang bestari dengan masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera serta berwawasan lingkungan. Dengan menciptakan Medan Baru yang: Bersih, Tertib, Aman, Rapi, Indah dan Berwawasan Lingkungan.

MISI

1. Memberdayakan Kelurahan dan Masyarakat 2. Meningkatkan sumber daya manusia

3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 4. Meningkatkan kebersihan

5. Meningkatkan Keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif 6. Meningkatkan Penghijauan

7. Meningkatkan pendapatan asli daerah Tujuan


(41)

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di bidang jasa perizinan kepada masyarakat

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang kesehatan kepada masyarakat

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang pembangunan kepada masyarakat

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang sosial dan keagamaan

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jasa pelayanan di bidang social peranan wanita Sasaran

1. Terwujudnya masyarakat yang memiiki kependudukan

2. Terwujudnya standart pelayanan KTP/KRT kepada masyarakat 3. Terwujudnya data dan informasi kependudukan yang akurat 4. Terwujudnya tertib administrasi

5. Terwujudnya standart pelayanan yang sesuai dengan peraturan 6. Meningkatkan pelayanan aparat di bidang perizinan

7. Tercapainya pengusaha yang memiliki izin usaha

8. Teroptimalnya tingkat kesehatan masyarakat secara menyeluruh

9. Meningkatkan budaya hidup bersih dan budaya hidup sehat di kalangan masyarakat 10.Meningkatkan swadaya masyarakat

11.Teroptimalnya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan gotong royong 12.Terwujudnya masyarakat yang saling menghormati antar golongan


(42)

Tugas Pokok

Berdasarkan surat keputusan Walikota Nomor 63 tahun 2001 tanggal 13 Nopember 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan di lingkungan Pemerintah Kota Medan, pada pasal 3 disebutkan Tugas Pokok Camat adalah:

Membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat dalam wilayah kecamatan.

Fungsi

Sesuai dengan pasal 4 keputusan Walikota Medan nomor 63 tahun 2001 tanggal 13 Nopember 2001 tentang tugas pokok dan fungsi kecamatan di lingkungan pemerintah kota Medan, Camat mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah daearah 2. Menyelenggarakan pelayanan pemerintah kecamatan

3. Menyelenggarakan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

4. Memantau dan mengendalikan program kerja kelurahan 5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala daerah.


(43)

CAMAT Drs. Joni Halim

Tarigan

Kasi Pemerintahan S. Dalimunthe

Kasi Tantrib Viktor Sidabutar, SH

Kasi PMK Maribel Hasuguian

Kasi Kesos Drs. B.C. Hutasoit

Kasi Pelayanan Umum Drs. A. Sidauruk Jabatan

Fungsional

SEKCAM Rusendri S. Sos

STRUKTUR ORGANISASI


(44)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data melalui penyebaran kuesioner penelitian pada 15 orang pegawai kantor camat dan 16 orang peserta Musrenbang Kecamatan Medan Baru, diikuti dengan wawancara secara mendalam. Jumlah seluruh pegawai ada sebanyak 27 orang, akan tetapi hanya 15 orang yang mengembalikan kuisioner. Data yang disajikan ada dalam dua bagian yaitu data mengenai identitas responden, dan data jawaban responden terhadap kuisioner.

I. Data dari responden

1.1Identitas responden Pegawai Kecamatan

Tabel IV. 1. Distribusi identitas ke dalam tabel tunggal frekuensi sebagai berikut:

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi

1 Laki-laki 9 60%

2 Perempuan 6 40%

Jumlah 15 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa responden laki-laki adalah sembilan orang atau enam puluh persen dari jumlah seluruh responden, dan jumlah responden perempuan adalah enam orang atau empat puluh persen jumlah seluruhnya.


(45)

Tabel IV.2. Distribusi Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SLTP 1 7%

2 SLTA 4 27%

3 D1-D3-D4 5 32%

4 S1 4 27%

5 S2 Ke atas 1 7%

Jumlah 15 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel IV.2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan SLTP adalah satu orang atau tujuh persen dari jumlah seluruh responden. Kemudian responden dengan pendidikan SLTA ada sebanyak empat orang atau tiga puluh empat persen dari jumlah seluruh responden. Responden dengan pendidikan D1-D2-D3 ada sebanyak lima orang atau tiga puluh dua persen dari jumlah responden. Responden yang berpendidikan S1 ada sebanyak empat orang atau dua puluh tujuh responden. Begitu juga dengan responden yang berpendidikan S2 ke atas ada sebanyak satu orang atau tujuh persen dari jumlah seluruh responden.


(46)

Tabel IV. 3. Distribusi Identitas Responden berdasarkan usia

No Usia Frekuensi Persentasi

1 26-30 3 20%

2 31-35 2 15%

3 36-40 2 15%

4 41-45 5 30%

5 >45 3 20%

Jumlah 15 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel IV.3 dapat dilihat bahwa ada sebanyak tiga orang pegawai yang berusia duapuluh sampai tiga puluh tahun atau sebanyak 20 % dari jumlah seluruhnya. Pegawai yang berusia tiga puluh satu sampai usia tiga puluh lima tahun ada sebanyak dua orang atau 13,2% dari jumlah seluruh responden. Pegawai yang berusia tiga puluh enam sampai empat puluh tahun ada sebanyak dua orang atau 13,2% dari jumlah semua responden. Pegawai yang berusia empat puluh satu tahun sampai empat puluh lima tahun ada sebanyak lima orang atau 30% dari jumlah responden. Sementara itu yang berusia empat puluh lima tahun ke atas ada sebanyak tiga orang atau 20% dari jumlah responden.

1.2. Jawaban Responden

Jawaban responden didistribusikan ke dalam tabel tunggal sebagai berikut:

Tabel IV.4. Distribusi jawaban responden tentang pemahaman responden pada pelaksanaan Musrenbang


(47)

No Keterangan Frekuensi Persentasi (%)

1 Sangat paham 4 27 %

2 Paham 9 60 %

3 Kurang paham 2 13 %

4 Tidak paham 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada empat orang (27%) responden yang menyatakan bahwa pemahaman tentang pelaksanaan Musrenbang dengan sangat paham. Kemudian ada sebanyak sembilan orang (60%) responden yang menyatakan paham tentang pelaksanaan Musrenbang. Selanjutnya ada sebanyak dua orang (13%) responden yang kurang paham tentang pelaksanaan Musrenbang.

Tabel IV.5. Distribusi jawaban responden tentang pentingnya Musrenbang dalam Perencanaan pembangunan.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat penting 6 40%

2 Penting 9 60%

3 Kurang penting 0 0

4 Tidak penting 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel di atas dapat diketahaui bahwa ada sebanyak enam orang (40%) yang menyatakan bahwa pelaksanaan Musrenbang dalam perencanaan pembangunan adalah sangat penting. Kemudian ada sebanyak sembilan orang (60%) yang menyatakan


(48)

Tabel IV.6. Distribusi jawaban responden tentang pengaruh Musrenbang terhadap perencanaan pembangunan.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat berpengaruh 5 33%

2 Berpengaruh 8 53%

3 Kurang berpengaruh 1 7%

4 Tidak berpengaruh 1 7%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak lima orang (33%) yang menyatakan bahwa Musrenbang sangat berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan. Kemudian ada sebanyak delapan orang (53%) responden yang menyatakan bahwa Musrenbang berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan. Selanjutnya ada sebanyak satu orang (7%) responden yang menyatkan bahwa Musrenbang kurang berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan. Begitu juga responden yang menyatakan bahwa Musrenbang tidak berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan sebanyak satu orang (7%).

Tabel IV.7. Distribusi jawaban responden tentang persiapan yang banyak dalam pembangunan.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat setuju 5 33%

2 Setuju 10 67%

3 Kurang setuju 0 0

4 Tidak setuju 0 0


(49)

Dari tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak lima orang (33%) responden yang menyatakan sangat setuju apabila pemerintah mengadakan berbagai persiapan dalam pelaksanaan Musrenbang. Kemudian ada sepuluh orang (67%) responden yang menyatakan setuju dengan banyaknya persiapan yang dilakukan pemerintah.

Tabel IV.8. Distribusi jawaban responden tentang kejelian pemerintah dalam mengajukan usulan program

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat jeli 3 20%

2 Jeli 3 20%

3 Kurang jeli 9 60%

4 Tidak jeli 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada sebanyak tiga orang (20%) responden yang menyatakan bahwa pemerintah sangat jeli dalam mengajukan usulan program. Kemudian ada sebanyak tiga orang (20%) yang menyatakan bahwa pemerintah jeli dalam mengajukan usulan program yang sesuai kebutuhan masyarakat. Responden yang menyatakan bahwa pemerintah kurang jeli dalam memperhatikan kebutuhan masyarakat ada sebanyak sembilan orang (60%) .

Tabel IV.9. Distribusi jawaban responden tentang kedekatan pemerintah dengan masyarakat luas.


(50)

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat setuju 3 20%

2 Setuju 6 40%

3 Kurang setuju 4 27%

4 Tidak setuju 2 13%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Kedekatan yang dimaksud disini adalah kedekatan pemerintah dengan masyarakat dalam hal mengetahui keadaan masyarakat luas baik segi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada tiga orang (20%) responden yang menyatakan sangat setuju tentang kedekatan pemerintah dengan masyarakat luas. Responden yang menyatakan setuju ada sebanyak enam orang (40%). Kemudian responden yang menyatakan kurang setuju ada sebanyak empat orang (27%). Begitu juga responden yang tidak setuju ada sebanyak dua orang (13%).

Tabel IV.10. Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sosialisasi pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat jelas 5 33,3%

2 Jelas 5 33,3%

3 Kurang jelas 5 33,3%

4 Tidak jelas 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak lima orang (33,3%) responden yang menyatakan kejelasan sosialisasi pelaksanaan Musrenbang sangat jelas. Kemudian ada lima


(51)

orang (33,3%) responden yang menyatakan sosialisasi pelaksanaan Musrenbang jelas. Dengan jumlah yang sama sebanyak lima orang (33,3%) responden menyatakan bahwa sosialisasi pelaksanaan Musrenbang kurang jelas.

Tabel IV.11. Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sasaran pemerintah kecamatan Medan Baru.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat jelas 3 20%

2 Jelas 11 73%

3 Kurang jelas 1 7%

4 Tidak jelas 0 0

Sumber : Hasil Penelitian 2008

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak tiga orang (20%) menyatakan sasaran kecamatan Medan Baru sangat jelas. Kemudian ada sebanyak sebelas orang (73%) responden yang menyatakan kurang jelasnya sasaran kecamatan Medan Baru. Sementara itu, ada sebanyak satu orang (7%) responden yang menyatakan bahwa sasaran kecamatan Medan Baru kurang jelas.


(52)

Tabel IV.12. Distribusi jawaban responden tentang keseriusan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat serius 3 20%

2 Serius 11 73%

3 Kurang serius 1 7%

4 Tidak serius 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak tiga orang (20%) responden yang menyatakan bahwa pemerintah sangat serius dalam pelaksanaan Musrenbang. Kemudian ada se banyak sebelas orang (73%) responden yang menyatakan bahwa pemerintah serius dalam pelaksanaan Musrenbang. Selanjutnya, ada sebanyak satu orang (7%) responden yang menyatakan pemerintah tidak serius dalam pelaksanaan Musrenbang.

Tabel IV.13. Distribusi jawaban responden tentang fasilitas yang digunakan . No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat memadai 0 0

2 Memadai 8 53%

3 Kurang memadai 6 40%

4 Tidak memadai 1 7%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ada sebanyak delapan orang (53%) responden yang menyatakan bahwa fasilitas yang digunakan memadai. Kemudian ada sebanyak enam orang (40%) responden yang menyatakan fasilitas yang digunakan kurang memadai.


(53)

Selanjutnya, ada sebanyak satu orang (7%) responden yang menyatakan bahwa fasilitas yang digunakan tidak memadai.

Tabel IV.14. Distribusi jawaban responden tentang kecakapan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat baik 4 27%

2 Baik 9 60%

3 Kurang baik 2 13%

4 Tidak baik 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Kecakapan yang dimaksud adalah kemampuan pemerintah dalam menguasai pelaksanaan Musrenbang baik tahapan persiapan, dan bahan usulan kgiatan.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak empat orang (27%) responden yang menyatakan sangat baik tentang kecakapan pemerintah dalam pelaksanaan bahan. Kemudian ada sebanyak sembilan orang (60%) yang menyatakan baik tentang kecakapan pemerintah. Selanjutnya ada sebanyak dua orang (13%) responden yang menyatakan kecakapan pemerintah kurang baik.


(54)

Tabel IV.15. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat puas 1 7%

2 Puas 9 60%

3 Kurang puas 5 33%

4 Tidak puas 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Dari tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak satu orang (7%) responden yang menyatakan sangat puas setelah pelaksanaan Musrenbang. Kemudian ada sebanyak sembilan orang (60%) responden yang menyatakan puas dengan pelaksanaan Musrenbang. Selanjutnya, ada sebanyak lima orang (33%) responden yang menyatakan kurang puas setelah pelaksanaan Musrenbang.

1.3. Identitas Peserta Musrenbang

Tabel IV.16. Distribusi identitas peserta berdasarkan jenis kelamin. No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 14 87,5%

2 Perempuan 2 12,5%

Jumlah 16 100%

Sumber: Lokasi Penelitian Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa ada sebanyak empat belas orang (87,5%) dengan jenis kelamin Laki-laki. Kemudian ada sebanyak dua orang (12,5%) dari


(55)

Tabel IV.17. Distribusi identitas responden berdasarkan usia.

Usia Frekuensi Persentase (%)

1 36-40 5 31,25%

2 41-45 3 18,75%

3 46-50 2 12,5%

4 51-55 3 18,75%

5 >56 3 18,75%

Jumlah 16 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa ada sebanyak lima orang (31,25%) responden yang berusia 36-40 tahun. Kemudian ada sebanyak tiga orang (18,75%) responden yang berusia 41-45 tahun. Sementara itu ada sebanyak dua orang (12,5%) responden yang berusia 46-50 tahun. Begitu juga dengan responden yang berusia antara 51-55 tahun ada sebanyak tiga orang (18,75%). Responden yang berusia 56 tahun keatas ada

sebanyak tiga orang (18,75%). Tabel IV.18. Distribusi identitas peserta responden berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Wiraswasta 14 87,5%

2 Pegawai swasta 2 12,5%

Jumlah 16 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008


(56)

wiraswasta ada sebanyak empat belas orang (87,5%). Kemudian ada sebanyak dua orang (12,5%) responden dengan pekerjaan pegawai swasta.

Tabel IV.19. Distribusi identitas Peserta Musrenbang berdasarkan pendidikan terakhir.

No Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase (%)

1 SLTP 3 18,75%

2 SMA 6 37,5%

3 D1, D2, D3, D4 2 12,5%

4 S1 3 18,75%

5 S2 2 12,5%

Jumlah 16 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak tiga orang (18,75%) responden. Responden dengan pendidikan terakhir SMA ada sebanyak enam orang (37,5%). Kemudian jumlah responden dengan pendidikan terakhir D1, D2, D3, D4 ada sebanyak dua orang (12,5%) responden. Begitu juga responden dengan pendidikan terakhir S1 ada sebanyak tiga orang (18,75%). Serta responden denagn pendidikan terakhir S2 sebanyak dua orang (12,5%).

1.4. Jawaban responden peserta Musrenbang

Berikut adalah distribusi jawaban responden peserta Musrenbang dalam tabel tunggal.

Tabel IV. 20 Distribusi jawaban responden tentang pemahaman pelaksanaan Musrenbang


(57)

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat paham 3 18,75%

2 Paham 11 68,75%

3 Kurang paham 2 12,5%

4 Tidak paham 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak tiga orang (18,75%) responden yang menyatakan sangat paham tentang pelaksanaan Musrenbang. Responden yang menyatakan paham tentang pelaksanaan Musrenbang ada sebanyak sebelas orang (68,75%). Sementara itu yang menyatakan kurang paham ada sebanyak dua orang (12,5%) responden.

Tabel IV. 21. Distribusi jawaban responden tentang pentingnya Musrenbang dalam perencanaan pembangunan.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Penting 6 37,5%

2 Penting 8 50%

3 Kurang penting 2 12,5%

4 Tidak penting 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak enam orang (37,5%) yang menyatakan bahwa Musrenbang sangat penting dalam perencanaan pembangunan. Kemudian ada sebanyak delapan orang (50%) yang menyatakan Musrenbang penting


(58)

dalam perencanaan pembangunan. Sementara itu, ada dua orang (12,5%) yang menyatakan kurang pentingnya Musrenbang dalam perencanaan pembangunan.

Tabel IV. 22. Distribusi jawaban responden tentang pengaruh Musrenbang terhadap perencanaan pembangunan.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat berpengaruh 6 37,5%

2 Berpengaruh 8 50%

3 Kurang berpengaruh 2 12,5%

4 Tidak berpengaruh 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak enam orang (37,5%) yang menyatakan bahwa Musrenbang sangat berpengaruh terhadap perencanaan pembangunan. Kemudian ada sebanyak delapan orang (50%) responden yang menyatakan Musrenbang berpengaruh dalam perencanaan pemabngunan. Sementara itu, ada sebanyak dua orang (12,5%) responden yang menyatakan bahwa Musrenbang kurang berpengaruh pada perencanaan pembangunan.


(59)

Tabel IV. 23. Distribusi jawaban responden tentang persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat setuju 7 43,75%

2 Setuju 7 43,75%

3 Kurang setuju 2 12,5%

4 Tidak setuju 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak tujuh orang (43,75%) responden yang menyatakan sangat setuju tentang persiapan banyak yang dilakukan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang. Kemudian ada sebanyak tujuh orang (43,75%) yang juga menyatakan setuju apabila pemerintah melakukan banyak persiapan dalam pelaksanaan Musrenbang. Sementara itu, ada sebanyak dua orang (12,5%) yang kurang setuju apabila pemerintah melakukan banyak persiapan.

Tabel IV. 24. Distribusi jawaban responden tentang kejelian pemerintah dalam mengajukan usulan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat jeli 0 0

2 Jeli 8 50%

3 Kurang jeli 7 43,75%

4 Tidak jeli 1 6,25%


(60)

Kejelian artinya ketelitian, memperhatikan dengan cermat, yaitu penuh minat dan kesungguhan. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak delapan orang (50%) yang menyatakan bahwa pemerintah jeli dalam mengajukan usulan kegiatan. Kemudian ada sebanyak tujuh orang (43,75%) responden yang menyatakan kurang jelinya pemerintah dalam mengajukan usulan kegiatan. Dan ada satu orang (6,25%) responden menyatakan pemerintah tidak jeli dalam mengajukan usulan.

Tabel IV. 25. Distribusi jawaban responden tentang kedekatan pemerintah dengan masyarakat.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat setuju 4 25%

2 Setuju 10 62,5%

3 Kurang setuju 2 12,5%

4 Tidak setuju 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak empat orang (25%) responden yang sangat setuju tentang kedekatan pemerintah dengan masayarakat. Kemudian ada sebanyak sepuluh orang (62,5%) responden yang menyatakan setuju tentang kedekatan pemerintah dengan masyarakat. Sementara itu, ada sebanyak dua orang (12,5%) responden yang menyatakan kurang setuju tentang kedekatan pemerintah dengan masyarakat.


(61)

Tabel IV. 26. Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sosialisasi pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat jelas 2 12,5%

2 Jelas 8 50%

3 Kurang jelas 3 18,75%

4 Tidak jelas 3 18,75%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa ada sebanyak dua orang (12,5%) yang menyatakan bahwa sosialisasi pelaksanaan Musrenbang sangat jelas. Kemudian ada sebanyak delapan orang (50%) responden yang menyatakan sosilalisasi yang dilakukan jelas. Sementara itu ada sebanyak tiga orang (18,75%) yang menyatakan kurang jelasnya sosialisasi pelaksanaan Musrenbang, dan dengan jumlah yang sama juga menyatakan tidak jelasnya sosilasasi pelaksanaan Musrenbang.

Tabel IV. 27. Distribusi jawaban responden tentang kejelasan sasaran kecamatan Medan Baru.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat jelas 3 18,75%

2 Jelas 9 56,25%

3 Kurang jelas 1 6,25%

4 Tidak jelas 3 18,75%


(62)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak tiga orang (18,75%) yang menyatakan bahwa sasaran kecamatan Medan Baru sangat jelas. Kemudian ada sebanyak sembilan orang (56,25%) yang menyatakan jelasnya sasaran kecamatan Medan Baru. Sementara itu ada satu orang (6,25%) responden yang menyatakan bahwa sasaran kecamatan Medan Baru kurang jelas. Dan ada tiga orang (18,75%) responden yang menyatakan tidak jelasnya sasaran kecamatan Medan Baru.

Tabel IV. 28. Distribusi jawaban responden tentang keseriusan pemerintah dalam pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat serius 1 6,25%

2 Serius 8 50%

3 Kurang serius 5 31,25%

4 Tidak serius 2 12,5%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada sebanyak satu orang (6,25%) responden yang menyatakan pemerintah sangat serius dalam pelaksanaan Musrenbang. Kemudian ada sebanyak delapan orang (50%) responden yang menyatakan pemerintah serius dalam pelaksanaan Musrenbang. Sementara itu, ada sebanyak lima orang (31,25%) responden yang menyatakan pemerintah kurang serius, dan ada sebanyak dua orang (12,5%) yang menyatakan pemerintah tidak serius.

Tabel IV. 29. Distribusi jawaban responden tentang fasilitas yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan Musrenbang.


(63)

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat memadai 0 0

2 Memadai 12 75%

3 Kurang memadai 3 18,75%

4 Tidak memadai 1 6,25%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak du belas orang (75%) yang menyatakan fasilitas yang digunakan memadai. Kemudian ada sebanyak tiga orang (18,75%) yang menyatakan bahwa fasilitas yang digunakan kurang memadai, dan ada satu orang (6,25%) responden yang menyatakan fasilitas yang digunakan tidak memadai.

Tabel IV. 30. Distribusi jawaban responden tentang kecakapan pemerintah dalam menguasai tahapan pelaksanaan ( tahapan persiapan, dan bahan usulan)

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat baik 2 12,5%

2 Baik 13 81,25%

3 Kurang baik 1 6,25%

4 Tidak baik 0 0

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak dua orang (12,5%) yang menyatakan tentang kecakapan pemerintah. Kemudian ada sebanyak tiga belas orang (81,25%) yang menyatakan kecakapan pemerintah baik, dan ada sebanyak satu orang (6,25%) responden yang menyatakan kecakapan pemerintah kurang baik.


(64)

Tabel IV. 31. Distribusi jawaban responden yang memberi pendapat atau saran, dan masukan pada pelaksanaan Musrenbang kelurahan dan kecamatan.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 11 68,75%

2 Tidak 5 31,25%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak sebelas orang (68,75%) responden yang memberi masukan atau pendapat dalam pelaksanaan Musrenbang. Sementara itu, ada sebanyak lima orang atau 31,25% responden yang menyatakan tidak memberi saran atau masukan dalam pelaksanaan Musrenbang.

Tabel IV. 32. Distribusi jawaban responden tentang alasan bagi yang tidak memberi masukan atau tanggapan pada pelaksanaan Musrenbang.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak diberi kesempatan 2 12,5%

2 Tidak mengerti 0 0

3 Malu atau takut 0 0

4 Tidak ingin bertanya 3 18,75%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa yang menyatakan tidak memberi masukan ada lima orang, dua orang (12,5%) menyatakan tidak bertanya karena tidak diberi kesempatan, dan tiga orang (18,75%) responden menyatakan tidak ingin bertanya.


(65)

Tabel IV. 33. Distribusi jawaban responden tentang kepuasan responden terhadap pelaksanaan Musrenbang tahun ini.

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat puas 1 6,25%

2 Puas 11 68,75%

3 Kurang puas 3 18,75%

4 Tidak puas 1 6,25%

Sumber: Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada sebanyak satu orang (6,25%) responden yang sangat puas setelah pelaksanaan Musrenbang. Kemudian ada sebanyak sebelas orang (68,75%) yang puas, sementara itu ada sebanyak tiga orang (18,75%) yang kurang puas, dan ada satu orang ( 6,25%) responden yang tidak puas.

2. Wawancara dengan Informan

1. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kota (Kasi PMK) Kecamatan Medan Baru

Musyawarah Perencanaan pembangunan adalah sebuah perencanaan yang dimulai dari tingkat Kelurahan untuk memperoleh aspirasi dari masyarakat dalam mewujudkan pembangunan dari bawah (Buttom-up planning). Melalui Musyawarah ini diharapkan akan menghasilkan program pembangunan dengan skala prioritas yang sesuai kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu, musyawarah perencanaan pembangunan ini sangat penting karena masyarakatlah yang paling mengetahui apa yang perlu untuk kebutuhan mereka. Misalnya:


(66)

pengadaan pengorekan. Maka, masyarakat mengusulkan pengadaan pengorekan parit karena memang sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari tersumbatnya parit yang dapat menimbulkan lingkungan yang tidak sehat.

Dalam pelaksanaan Musrenbang ini, kecamatan menerima surat edaran atau surat perintah dari Pemerintah Kota untuk diadakannya Musyawarah ini dengan mengadakan berbagai persiapan sesuai dengan tahapan persiapan yang sudah ditentukan. Semua persiapan di Kelurahan dan di Kecamatan dikoordinir oleh Seksi PMK, karena tidak dibentuknya panitia pelaksana Musrenbang. Karena untuk membentuk panitia diperlukan biaya, sementara itu tidak ada biaya operasional. Oleh sebab itu, kecamatan mengambil kebijakan pelaksanaannya dikoordinir oleh Seksi PMK dengan biaya swadaya dari Kecamatan Medan Baru sendiri.

Sebagai yang mengkoordinir pelaksanaan ini, Seksi PMK melakukan bebagai persiapan sesuai dengan tahapan yang ditentukan. Diawali dengan memberitahukan kepada ke-enam Lurah melalui instruksi Camat di Kecamatan Medan Baru untuk mengadakan Musrenbang Kelurahan di masing-masing Kelurahan. Dalam pemberitahuan ini tidak lupa diingatkan kepada setiap Lurah untuk mengadakan Musrenbang dengan serius dalam melibatkan masyarakat.

Setiap Kelurahan membuat hasil Musyawarah dalam sebuah makalah yang di dalamnya menguraikan bagaimana kondisi masyarakat dan lingkungan kelurahan itu, apa yang menjadi rencana kerja dan urutan usulan pembangunan baik fisik dan non fisik sesuai skala prioritas. Setelah Musrenbang Kelurahan, diadakanlah Musrenbang Kecamatan dan setiap kelurahan menyampaikan hasil Musrenbang Kelurahan. Selain Lurah, usulan kegiatan pembangunan Kecamatan juga disampaikan oleh Kepala Puskesmas dari Dinas


(67)

Kesehatan dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan. Hal ini sesuai dengan issu Pemko Medan dalam pengelenggaraan Pembangunan yang mencakup bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Oleh karena itu, setiap instansi pemerintah dan perwakilan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Baru turut diundang sebagai peserta untuk mengikuti Musrenbang untuk memberikan pendapat dalam pembangunan ke depan.

Peserta Musrenbang Kecamatan adalah:

1. Tokoh Masyarakat, Agama, Pemuda Pendidikan 2. Utusan masing-masing Kelurahan, yaitu:

 Lurah sebagai Narasumber  PKK Kelurahan

 Perwakilan Lingkungan dan istri Kepling 3. Camat

4. Kepala Seksi di kecamatan Medan Baru dalam hal ini pegawai kecamatan Medan Baru tidak menjadi peserta tapi hanya diwakilkan 4 orang Kepala Seksi 5. Dinas Instansi

 Puskesmas

 KUA (Kantor Urusan Agama)  KB (Keluarga Berencana)  Pertanian

 Pendidikan


(68)

Sebelumnya ditarget semua yang hadir sebanyak 48 orang ( Tiap kelurahan 6 orang peserta), tetapi yang hadir jauh dari yang diharapkan.

Pelaksanaan Musrenbang dilaksanakan dalam pencapaian Visi dan Misi Kecamatan Medan Baru dan secara umum Visi dan Misi Pemko Medan. Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Medan khususnya masyarakat Medan Baru.

2. Wawancara dengan Camat Medan Baru

Musyawarah perencanaan pembangunan adalah musyawarah untuk menentukan skala prioritas untuk diarahkan menjadi kegiatan di tahun aggaran ke depan. Usulan itu berasal dari tingkat desa pada pemerintahan kabupaten dan dari tingkat kelurahan bagi pemerintahan kota sampai dengan tingkat atas. Dalam Musrenbang ini, prioritas yang menjadi usulan selama satu tahun dtinjau dari aspek sosial, ekonomi, dan fisik.

Peserta Musrenbang adalah dari setiap lini masyarakat, yaitu Tokoh agama, Pemuda, Organisasi kemasyarakatan, dan pihak instansi terkait. Persiapan yang dilakukan dimulai dari pelaksanaan Musrenbang tingkat Kelurahan, dengan mengarahkan kepada Lurah untuk mengadakan Musrenbang dengan menentukan kebutuhan berdasarkan skala prioritas, yang mendesak, dan diangggap vital untuk dilakukan. Sehingga apa yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan.

Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang berbeda, oleh karena itu perlu kejelian Lurah untuk melihat bagaimana menentukan kebutuhan masyarakat yang beragam. Kebutuhan yang beragam ini dipengaruhi oleh tempat tinggal, pekerjaan dan tingkat kemampuan masyarakat. Seperti misalnya Kelurahan Padang Bulan yang merupakan Lingkungan Perguruan Tinggi, kebutuhannya lebih ditekankan kepada pembinaan masyarakat dalam hal jasa. Karena secara umum masyarakat di kelurahan ini sudah dalam


(69)

tingkat ekonomi menengah ke atas. Jadi, karena berada di lingkungan perguruan tinggi masayarakat lebih membutuhkan pembinaan di bidang jasa.

Berbeda lagi dengan Kelurahan Babura yang dekat dengan pinggiran sungai, yang kehidupan masyarakatnya dipengaruhi keadaan fisiologis yang ada di pinggiran sungai, seperti penanganan banjir. Kebutuhan ini misalnya dengan mengadakan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan bagi abang becak untuk menambah pendapatan keluarga dengan memberi pelatihan pekerjaan usaha kecil atau lapangan kerja sendiri yang sesuai dengan ketrampilan berbeda dengan pembinaan yang dilakukan bagi masyarakat di Padang Bulan yang sudah lebih diberdayakan untuk lebih berpotensi dan terperdaya.

Peran kelurahan sangat diperlukan karena mereka lebih dekat dengan masyarakat. Karena masyarakat yang lebih tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka. Walaupun memang masyarakat hanya bisa memberi usulan yang dirangkum menjadi satu kesatuan kegiatan yang dipandang sebagai skala prioritas, sementara itu realisasi pembangunan tidak semua terpenuhi. Karena keterbatasan dana.

3. Wawancara dengan Kepala Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Musyawarah perencanaan pembangunan adalah suatu program pemerintah untuk memperoleh rencana kerja berdasarka prioritas masyarakat. Musrenbang ini sangat penting dilakukan karena ini menyangkut rencana dari bawah untuk mencapai pemerataan pembangunan di tiap kecamatan.

Puskesmas, yang dalam hal ini memberi usulan kegiatan Dinas kesehatan di Kecamatan Medan Baru mengirimkan rencana unit kerja melalui Musrenbang. Rencana kerja ini


(1)

diakibatkan ketidak inginan untuk bertanya. Sementara itu dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan tidak ada yang bertanya, karena tidak diberi kesempatan bertanya oleh Moderator.

Berdasarkan data-data yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa pemerintah kecamatan Medan Baru sudah cukup siap dalam melaksanakan Musrenbang. Kesipaan pemerintah kecamatan ini juag didukung oleh instansi yang ada di Kecamatan Medan Baru, yang sudah banyak bekerja sama dengan pemerintah dan sudah cukup mengetahui bagaimana pemerintah. Hal ini juga didukung oleh peserta yang merasa puas pada pelaksanaan Musrenbang tersebut dengan persentase sebanyak 68,75% puas. Walaupun masih ada responden yang belum puas, dikarenakan karena masih kurang maksimal dan responden lebih berorientasi pada realisasi Musrenbang tersebut.

Pada latar belakang permasalahan, penulis mengemukakan bahwa salah satu yang melatar belakangi penelitian ini adalah karena adanya pendapat Wrihatnolo dalam bukunya “Manajemen Pembangunan Indonesia’, yang menyatakan bahwa pelaksanaan Musrenbang dilakukan hanya seremonial saja. Tentu selama penelian, hal inilah yang selalu menjadi bahan pertanyaan bagi penulis sendiri.

Melalui observasi, peneliti menemukan bahwa dokumentasi Kecamatan selama tiga tahun berturut-turut menunjukkan isi yang sama. Dapat disimpulkan bahwa selama tiga tahun apa yang dimusyawarahkan selalu sama dan usulan yang diajukan selalu sama. Awalnya ada tanggapan bahwa benar Musrenbang hanya dilakukan seremonial saja. Tetapi belum ada jawaban yang jelas. Pada penelitian lebih lanjut, yaitu melalui wawancara dan angket ditemukan jawaban. Yaitu bahwa, realisasi usulan kegiatan yang belum juga ada menyebabkan usulan tersebut selalu sama dari tahun ke tahun. Karena apa yang


(2)

disampaikan dari tahun-tahun sebelumnya tidak direalisasikan, sementara usulan tersebut merupakan kebutuhan masyarakat, dan akhirnya setiap tahunnya usulan tersebutlah yang akan diusulkan lagi.

Hal ini tentu mempengaruhi masyarakat dalam menanggapi Musrenbang dengan lebih serius. Karena sudah ada anggapan, Musrenbang dilakukan hanya sekedar saja, dan Kelurahanpun melakukan Musrenbang Kelurahan dengan seadanya saja.


(3)

BAB VI KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket yang disebarkan kepada pegawai Kecamatan dan peserta Musrenbang, maka penulis menyimpulkan bahwa pemerintah kecamatan sudah cukup siap dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan tahun 2008.

Kesiapan Pemerintah dalam hal ini dinilai baik, yaitu melalui persiapan yang dilakukan, rancangan ataupun rencana yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung dan juga sumber daya manusia.

Persiapan yang dilakukan sudah cukup baik. Pemerintah kecamatan yang dalam hal ini Kasi PMK sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan persiapan sampai pada tahap pelaksanaannya. Baik dalam kejelasan sosialisasi, sasaran Kecamatan dan juga perencanaan yang baik. Sarana yang digunakan juga sudah memadai dan mendukung pelaksanaan Musrenbang. Begitu juga dengan sumber daya manusia, yaitu kecakapan, keseriusan ( Kesungguhan hati, dan penuh minat), kedekatan pemerintah yang sudah baik dengan masyarakat, dan juga kemampuan pemerintah dalam menguasai tahapan–tahapan pelaksanaan Musrenbang.

Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa pemerintah kecamatan sudah seris dalam mengerjakannya dan ini menunjukkan Kesiapan yang baik dari Pemerintah kecamatan. Walaupun memang masih didapati ketidak maksimalan dalam pengerjaannya dan masih kurang memotivasi masyarakat untuk memberi pendapat.


(4)

Saran-Saran

 Musrenbang yang dianggap seremonial saja merupakan hal yang memang demikian, karena keterbatasan dana dalam merealisasikan semua atau hampir semua usulan kegiatan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan apabila pemerintah pusat dan pengambil keputusan menentukan pelaksanaan Musrenbang tidak lagi setiap tahunnya. Tetapi dalam tiga tahun sekali. Maka, dalam tiga tahun tersebut pemerintah memfokuskan pembangunan pada kecamatan tertentu denagn realisasi yang jelas. Karena, apabila dilakukan Musrenbang setiap tahun denagn hasil yang selalu sama, sementara persiapannya banyak akan menghabiskan banyak biaya. Tetapi, apabila setiap tiga tahun sekali difokuskan pada kecamatan tertentu akan lebih efektif dan efisien.

 Perlunya usaha yang lebih baik dari pemerintah untuk menjadikan Musrenbang sebagai pemicu keikutsertaan masyarakat untuk ambil bagian dalam pembangunan.

 Pemerintah harus semakin meningkatkan sosialisasi Musrenbang dan Program Pembangunan lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pembaruan. Jakarta.

Dwipayana, Ari. 2003. Membangun Good Governance Di Desa. IRE Press. Yogyakarta. Juliantara, Dadang. 2004. Mewujudkan Kabupaten Partisipatif. Pembaruan . yogyakarta. Manila. 1997. Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Nanawi, Hadari. 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nugroho, Riant. 2003. Reinventing Indonesia. Elex Media Komputindo. Jakarta. . 2001. Reinventing Pembangunan. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Salim, Peter dan Yenny. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press. Jakarta.

Setyawan Salam, Dharma. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Djambatan. Jakarta. Singarimbun, Masri. 1999. Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi Negara. Alfabeta. Bandung. Suryanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Kencana. Jakarta.

Tjokroaminoto, Bintoro. 1985. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES. Jakarta. Wrihatnolo, dkk. 2003. Manajemen Pembangunan Indonesia.: Sebuah pengantar dan Panduan. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sumber lain:

Harian Analisa, Desember 2007.


(6)

Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004

UU Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri untuk pelaksanaan Musrenbang 2007.