Studi Penentuan Jumlah LHR Pada Perencanaan Pembangunan Jalan Tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi
STUDI PENENTUAN JUMLAH LHR PADA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL
TANJUNG MORAWA – TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh:
050404094
LADY PATRICIA M
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
(2)
ABSTRAK
Peningkatan jumlah lalu lintas pada suatu ruas jalan yang melebihi kapasitasnya akan menyebabkan kemacetan lalu lintas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat jalan alternatif dengan fasilitas yang lebih baik dari jalan eksisting. Pembangunan jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan jalan sehingga para pelaku perjalanan akan berpindah ke jalan yang baru.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah LHR yang akan melintasi jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi. Pada penelitian ini digunakan data lalu lintas harian rata-rata, kecepatan, panjang jalan, dan waktu tempuh perjalanan yang merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini digunakan dua metode untuk penentuan jumlah LHR, yaitu : metode kurva diversi dan model gravity. Hasil analisis menunjukkan bahwa kendaraan yang akan beralih ke jalan tol berada diantara 45,3,7% - 64%, yang dihitung berdasarkan faktor penentu pemilihan rute, yaitu waktu tempuh, jarak, nilai waktu, dan biaya perjalanan.
Dari hasil analisis sensitivitas diperoleh bahwa perubahan tarif tol akan menyebabkan perubahan probabilitas terhadap pemilihan rute tol. Semakin tinggi tarif tol, maka semakin sedikit para pelaku perjalanan yang akan menggunakan jalan tol.
Pembangunan jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk untuk mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya pada ruas jalan Tanjung Morawa – Tebing Tinggi.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang mendalam hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberi berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Sumatera Utara. Judul dari Tugas Akhir ini adalah :
STUDI PENENTUAN JUMLAH LHR PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL TANJUNG MORAWA – TEBING TINGGI
Pada kesempatan kali ini dengan rasa tulus dan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis T.Hutabarat dan R. Sihombing yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan materil yang senantiasa mengalir tanpa batas selama kuliah dan proses penyelesaian tugas akhir ini.
Rasa terima kasih dan penghargaan yang sama juga penulis tujukan kepada:
1. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan, dan waktu beliau kepada penulis sampai dapat diselesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, Bapak Yusandy Aswad, ST, MT., Bapak Ridwan
Anas, ST, MT selaku dosen pembanding yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta pegawai Departemen Teknik Sipil, Fakultas
(4)
6. Kakak dan adikku tercinta : Katherine Hutabarat, Sylvia Hutabarat, dan Posma Nikolas Hutabarat.
7. Teman – teman angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas dan melimpahkan berkatNya bagi kita semua, dan atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan, baik penulisan maupun pembahasan oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan referensi yang dimilki. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangan penulis harapkan. Akhirnya semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
NIM. 05 0404 094 Lady Patricia M. Hutabarat
(5)
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Umum 1
I.2. Perumusan Masalah Penelitian 3
I.3. Tujuan Penelitian 4
I.4. Manfaat Penelitian 4
I.5. Ruang Lingkup Penelitian 4
I.6. Sistematika Penulisan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
II.1. Umum 7
II.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Rute 8
II.2.1. Waktu Tempuh 9
II.2.2. Nilai Waktu 9
II.2.3. Biaya Perjalanan 9
II.3. Perencanaan Volume Lalu Lintas 10
II.3.1. Model Gravity 11
II.6.1.1. Jenis Model Gravity 12
(6)
II.6.2.1. Model JICA 23
II.6.2.2. Model Logit Binomial – Regresi Pengali 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35
III.1. Umum 35
III.2. Konsep Langkah Penelitian 35
III.3. Gambaran Daerah Studi 36
III.4. Pendekatan Studi 37
III.5. Penjelasan Rencana Kerja 38
BAB IV ANALISA DATA DAN DISKUSI 42
IV.1. Penentuan Jumlah Lalu Lintas Harian Rata – Rata 42
IV.2. Biaya Perjalanan Kendaraan 42
IV.3. Kurva Diversi 65
IV.4. Model Gravity 77
IV.5. Sensitivitas Model 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 89
V.1. Kesimpulan 89
V.2. Saran 91
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pasangan Zona Asal – Tujuan antara Dua Rute
Gambar 2.2 Urutan Langkah Untuk Kalibrasi Model Gravity
(8)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Kurva Diversi Nisbah Waktu Tempuh
Grafik 2.2 Kurva Diversi Penghematan Waktu Tempuh dan Selisih Jarak Via Tol
Grafik 4.1 Analisa sensitivitas terhadap perubahan tarif tol (Golongan I)
Grafik 4.2 Analisa sensitivitas terhadap perubahan tarif tol (Golongan IIA)
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penentuan Lebar Alur dan Bahu Jalan
Tabel 3.1 Bentuk Umum dari Matriks Asal – Tujuan (MAT)
Tabel 4.1 Nilai waktu yang berlaku di Indonesia
Tabel 4.2 Faktor koreksi konsumsi bahan bakar dasar kendaraan
Tabel 4.3 Konsumsi dasar minyak pelumas
Tabel 4.4 Faktor koreksi konsumsi minyak pelumas terhadap kondisi kekasaran
permukaan
Tabel 4.5 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1)
Tabel 4.6 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1)
Tabel 4.7 Biaya pemakaian ban berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1)
Tabel 4.8 Biaya pemeliharaan suku cadang berdasarkan jenis kendaraan (Ruas
1)
Tabel 4.9 Upah montir berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1)
Tabel 4.10 Biaya operasi kendaraan (Ruas 1)
Tabel 4.11 Biaya perjalanan kendaraan (Ruas 1)
Tabel 4.12 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 2)
Tabel 4.13 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 2)
Tabel 4.14 Biaya pemakaian ban berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 2)
Tabel 4.15 Biaya pemeliharaan suku cadang berdasarkan jenis kendaraan (Ruas
2)
(10)
Tabel 4.17 Biaya operasi kendaraan (Ruas 2)
Tabel 4.18 Biaya perjalanan kendaraan (Ruas 2)
Tabel 4.19 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 3)
Tabel 4.20 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 3)
Tabel 4.21 Biaya pemakaian ban berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 3)
Tabel 4.22 Biaya pemeliharaan suku cadang berdasarkan jenis kendaraan (Ruas
3)
Tabel 4.23 Upah montir berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 3)
Tabel 4.24 Biaya operasi kendaraan (Ruas 3)
Tabel 4.25 Biaya perjalanan kendaraan (Ruas 3)
Tabel 4.26 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 4)
Tabel 4.27 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 4)
Tabel 4.28 Biaya pemakaian ban berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 4)
Tabel 4.29 Biaya pemeliharaan suku cadang berdasarkan jenis kendaraan (Ruas
4)
Tabel 4.30 Biaya upah montir berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 4)
Tabel 4.31 Biaya operasi kendaraan (Ruas 4)
Tabel 4.32 Biaya perjalanan kendaraan (Ruas 4)
Tabel 4.33 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 5)
Tabel 4.34 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 5)
Tabel 4.35 Biaya pemakaian ban berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 5)
Tabel 4.36 Biaya pemeliharaan suku cadang berdasarkan jenis kendaraan (Ruas
(11)
Tabel 4.37 Upah montir berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 5)
Tabel 4.38 Biaya operasi kendaraan (Ruas 5)
Tabel 4.39 Biaya perjalanan kendaraan (Ruas 5)
Tabel 4.40 Biaya perjalanan kendaraan pada seluruh ruas jalan
Tabel 4.41 Data Volume Lalu Lintas, Panjang Jalan, dan Waktu Tempuh
Tabel 4.42 Data Jumlah Kendaraan yang Melintasi Jalan Tol Berdasarkan Kurva
Penghematan Jarak dan Waktu Tempuh Tahun 2007
Tabel 4.43 Data Jumlah Kendaraan yang Melintasi Jalan Eksisting pada Tahun
2010
Tabel 4.44 Data Jumlah Kendaraan yang Melintasi Jalan Tol Berdasarkan Kurva
Penghematan Jarak dan Waktu Tempuh
Tabel 4.45 Informasi Persentase Pemilihan Jalan Eksisting dan Jalan Tol
(Golongan I)
Tabel 4.46 Perhitungan Analisis Regresi-Linier Untuk Model Logit Binomial
Selisih (Gol I)
Tabel 4.47 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol (Golongan I)
Tabel 4.48 Perhitungan Analisis Regresi – Linier Untuk Model Logit Binomial
Nisbah (Golongan I)
Tabel 4.49 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol (Golongan I)
Tabel 4.50 Perhitungan Analisis Regresi Linier Untuk Model Logit Binomial
Selisih (Gol IIA)
(12)
Tabel 4.52 Perhitungan Analisis Regresi – Linier Untuk Model Logit Binomial
Nisbah (Golongan IIA)
Tabel 4.53 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol (Golongan IIA)
Tabel 5.54 Informasi Persentase Pemilihan Jalan Eksisting dan Jalan Tol (Gol
IIB)
Tabel 4.55 Perhitungan Analisis Regresi – Linier Untuk Model Logit Binomial
Selisih (Gol IIB)
Tabel 4.56 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol (Golongan IIB)
Tabel 4.57 Perhitungan Analisis Regresi – Linier Untuk Model Logit Binomial
Nisbah (Golongan IIB)
Tabel 4.58 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol (Golongan IIB)
Tabel 4.59 Data Pegerakan Kendaraan Golongan I
Tabel 4.60 Jarak Perjalanan Kendaraan Golongan I
Tabel 4.61 Perhitungan Analisa Regresi Untuk Model Gravity (Golongan I)
Tabel 4.62 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol Dengan Model Gravity
(Gol I)
Tabel 4.63 Data Pegerakan Kendaraan Golongan IIA
Tabel 4.64 Jarak Perjalanan Kendaraan Golongan IIA
Tabel 4.65 Perhitungan Analisa Regresi Untuk Model Gravity (Golongan IIA)
Tabel 4.66 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol Dengan Model Gravity
(Gol IIA)
Tabel 4.67 Data Pegerakan Kendaraan Golongan IIB
(13)
Tabel 4.69 Perhitungan Analisa Regresi Untuk Model Gravity (Golongan IIB)
Tabel 4.70 Jumlah Kendaraan Yang Melintasi Jalan Tol Dengan Model Gravity
(14)
ABSTRAK
Peningkatan jumlah lalu lintas pada suatu ruas jalan yang melebihi kapasitasnya akan menyebabkan kemacetan lalu lintas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat jalan alternatif dengan fasilitas yang lebih baik dari jalan eksisting. Pembangunan jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan jalan sehingga para pelaku perjalanan akan berpindah ke jalan yang baru.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah LHR yang akan melintasi jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi. Pada penelitian ini digunakan data lalu lintas harian rata-rata, kecepatan, panjang jalan, dan waktu tempuh perjalanan yang merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini digunakan dua metode untuk penentuan jumlah LHR, yaitu : metode kurva diversi dan model gravity. Hasil analisis menunjukkan bahwa kendaraan yang akan beralih ke jalan tol berada diantara 45,3,7% - 64%, yang dihitung berdasarkan faktor penentu pemilihan rute, yaitu waktu tempuh, jarak, nilai waktu, dan biaya perjalanan.
Dari hasil analisis sensitivitas diperoleh bahwa perubahan tarif tol akan menyebabkan perubahan probabilitas terhadap pemilihan rute tol. Semakin tinggi tarif tol, maka semakin sedikit para pelaku perjalanan yang akan menggunakan jalan tol.
Pembangunan jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk untuk mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya pada ruas jalan Tanjung Morawa – Tebing Tinggi.
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Jalan adalah transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya dan diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.[ ]10
Secara umum jalan terbagi tiga, yaitu: jalan umum, jalan khusus, dan jalan
tol. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan khusus
adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri. Sedangkan jalan tol adalah jalan umum yang
merupakan bagian sistem jaringan jalan nasional dan sebagai jalan nasional yang
penggunanya diwajibkan membayar tol sehingga jalan tol harus mempunyai
spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi daripada jalan umum yang ada. [ ]10
Pemerintah sebagai pemegang wewenang penyelenggara jalan tol telah
menetapkan standar pelayanan minimal jalan tol yang meliputi substansi pelayanan,
yaitu: kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata – rata, aksesibilitas, mobilitas,
(16)
Standar pelayanan minimal jalan tol ini diselenggarakan untuk meningkatkan
pelayanan jalan tol sehingga dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kebutuhan
sehingga tercapai efisiensi, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan.[ ]7
Menurut Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2005 tentang jalan tol[ ]7 ,
penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta keseimbangan dalam pengembangan wilayah
dengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan
yang dananya berasal dari pengguna jalan. Adapun tujuan pembangunan jalan tol
adalah untuk:
• Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang
• Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa
guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi
• Meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan
• Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keaadilan.
Pengembangan jalan tol dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan sebagai pemicu
pengembangan wilayah karena dipengaruhi oleh aksesibilitas yang tinggi dan
penghematan biaya perjalanan bagi pelaku pergerakan.[ ]7
Pembangunan jalan tol sangat diperlukan karena melihat
pertimbangan-pertimbangan: biaya operasi waktu kendaraan yang berhenti, berjalan, atau bergerak
dengan kecepatan yang sangat rendah akibat terbaurnya peranan jalan, kenyamanan,
perjalanan, serta waktu perjalanan. Sehingga pada umumnya pelaku pergerakan
(17)
menjadi alternatif pilihan prasarana jalan selain dari jalan umum utama yang ada
sekarang. [ ]6
Salah satu tujuan pemerintah dalam mengembangkan jalan tol adalah untuk
mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di jalan yang ada saat ini. Oleh karena itu,
untuk menentukan kelayakan pembangunan jalan tol perlu dilakukan kajian terlebih
dahulu, baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan aspek lainnya. [ ]6
Untuk menganalisa kelayakan pembangunan jalan tol, diperlukan data
Lintasan Harian Rata-rata (LHR) dari jalan alternatif utama yang ada dan prediksi
pertambahan LHR berdasarkan faktor pertumbuhan. [ ]6
Pentingnya prediksi jumlah LHR dalam pembangunan jalan tol adalah
sebagai dasar penentu desain tebal perkerasan jalan, rencana geometrik jalan tol,
kapasitas jalan tol, dan sebagai dasar kelayakan finansial pembangunan jalan tol
tersebut.[ ]1
Penentuan jumlah LHR untuk pembangunan jalan tol merupakan hal yang
sangat penting bagi semua pihak, karena dapat menjadi penentu biaya pembebasan
lahan, biaya operasional, serta penentu kelayakan usaha pengembangan jalan tol. [ ]6
I.2 Perumusan Masalah Penelitian
Tingkat pertumbuhan lalu lintas yang semakin tinggi pada ruas jalan Tanjung
Morawa – Tebing Tinggi menyebabkan kepadatan lalu lintas pada ruas jalan ini.
Kepadatan lalu lintas yang akan terus bertambah akan menyebabkan lalu lintas akan
melebihi kapasitas jalan. Oleh karena itu perlu dilakukannya pengembangan sistem
(18)
diperkirakan jumlah kendaraan yang beralih ke jalan tol dari jalan eksisting
berdasarkan data survey pada tahun 2007.
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkiraan jumlah Lintasan Harian Rata-rata (LHR)
kendaraan pada perencanaan pembangunan jalan tol Tanjung Morawa –
Tebing Tinggi yang merupakan dasar untuk menentukan kelayakan
pembangunan jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi.
2. Sebagai studi penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh dari perkuliahan.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan, khususnya tentang perkiraan jumlah LHR pada pembangunan jalan tol.
Kegunaan lain dari hasil penelitian ini adalah dapat dimanfaatkan sebagai dasar
penentu kelayakan pembangunan jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi. Hasil
penelitian ini, juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar pemikiran oleh peneliti lain
yang berminat melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.
I.5 Ruang Lingkup Penelitian
Studi ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai berikut:
1. Tugas akhir ini hanya membahas tentang perkiraan jumlah LHR pada
(19)
2. Penelitian ini menggunakan metode gravity dan kurva diversi untuk
menentukan jumlah LHR yang beralih ke jalan tol.
I.6 Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam studi ini, di dalam
penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan
meliputi tinjauan umum, latar belakang, perumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi yang relevan
dengan pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan hal-hal mengenai perkiraan
jumlah lintasan harian rata-rata pada perencanaan pembangunan jalan tol
Tanjung Morawa – Tebing Tinggi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini,
termasuk pengambilan data, langkah penelitian, analisa data, serta pemilihan
wilayah penelitian.
(20)
Berisikan pembahasan mengenai data-data yang dikumpulkan, lalu di
analisis, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang telah
diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Tingkat pelayanan suatu jaringan jalan ditentukan oleh waktu perjalanan,
biaya perjalanan (tarif dan bahan bakar), kenyamanan, dan keamanan penumpang.
Jika terjadi penurunan tingkat pelayanan suatu jaringan jalan maka akan terjadi
penurunan akan permintaan pergerakan transportasi.[ ]11
Tinggi atau rendahnya tingkat pelayanan suatu jaringan jalan akan
mempengaruhi keseimbangan sistem transportasi. Para pelaku perjalanan akan
mencari rute yang terbaik yang akan meminimumkan biaya perjalanan, ataupun yang
meningkatkan keamanan dan kenyamanan suatu perjalanan hingga akhirnya berada
mencapai zona tujuan karena mereka telah berada pada rute yang terbaik yang
tersedia. Hal ini disebut sebagai kondisi keseimbangan jaringan jalan.[ ]11
Peningkatan pelayanan jaringan jalan akan menyebabkan peningkatan
pergerakan yang sekaligus akan meningkatkan arus lalu lintas. Peningkatan arus lalu
lintas yang melebihi kapasitas jalan akan menyebabkan kemacematen lalu lintas.[ ]12
Ketidaklancaran arus lalu lintas ini akan menimbulkan biaya tambahan,
(22)
dilakukan untuk menanggulangi masalah kemacetan, misalnya membangun jalan
layang (fly over), jalan tol, dan jalan lingkar.[ ]11
Penyelenggaraan jalan tol bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan
jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di
wilayah yang sudah tinggi tingkat pertumbuhannya. Jalan tol di Indonesia memiliki
enam spesifikasi meliputi [ ]7 :
1. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan
prasarana lainnya;
2. Jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara
efisien dan semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh;
3. Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 (lima) kilometer untuk jalan tol
luar perkotaan dan paling rendah 2 (dua) kilometer untuk jalan tol dalam
perkotaan;
4. Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah;
5. Menggunakan pemisah tengah atau median; dan
6. Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur
lalu-lintas sementara dalam keadaan darurat.
Kebijakan perencanaan jalan tol disusun dengan memperhatikan
pengembangan wilayah perkembangan ekonomi, sistem transportasi nasional, dan
kebijakan nasional sektor lain yang terkait yang merupakan landasan penyusunan
rencana umum jaringan jalan tol dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan
(23)
II.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Rute
Ada beberapa faktor penentu utama dalam pemilihan rute oleh para pelaku
perjalanan, yaitu waktu tempuh, nilai waktu, dan biaya perjalanan. [ ]11
II.2.1 Waktu Tempuh
Waktu tempuh adalah waktu total dari seluruh perjalanan yang dilakukan
pelaku pergerakan yang mecakup waktu perjalanan, waktu berhenti dan tundaan pada
perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain.
II.2.2 Nilai Waktu
Nilai waktu adalah sejumlah uang yang disediakan seseorang yang
dikeluarkan untuk menghemat biaya perjalanan.
II.2.3 Biaya Perjalanan.
Biaya perjalanan adalah gabungan atau kombinasi dari waktu tempuh, jarak,
dan biaya dari suatu perrjalanan. Total biaya perjalanan suatu rute adalah jumlah dari
biaya setiap ruas jalan yang dilalui.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku perjalanan dalam pemilihan
rute terdapat hal-hal yang perlu dianalisis, yaitu:
1. Analisis alasan pemakaian jalan (pelaku perjalanan) memilih suatu rute
dibanding rute lainnya.
2. Analisis pengembangan model (metode) yang digunakan seperti
menggabungkan “sistem transportasi” dengan alasan pemakai jalan memilih
(24)
3. Analisis probabilitas (kemungkinan) pemakai jalan berbeda persepsinya
mengenai “rute terbaik”.
4. Analisis kemacetan dan ciri fisik ruas jalan (V/C ratio analysis) yang
membatasi jumlah arus lalu lintas di ruas jalan tertentu.
II.3 Alasan Pemilihan Rute
Model harus mewakili cirri sistem transportasi dan salah satu cara hipotesis
tentang pemilihan rute pemakai jalan. Terdapat tiga hipotesis yang dapat digunakan
yang menghasilkan jenis model yang berbeda-beda.
II.3.1 Pembebanan All – Or – Nothing
Pemakai jalan secara rasional memilih rute terpendek yang meminimumkan
hambatan trasportasi (jarak, waktu, dan biaya). Semua lalu lintas antara zona asal dan
tujuan menggunakan rute yang sama dengan anggapan bahwa pemakai jalan
mengetahui rute yang tercepat tersebut.
Dengan kata lain, pemakai jalan mengetahui rute terpendek yang
meminimumkan waktu tempuh dan semuanya menggunakan rute tersebut, tidak ada
yang menggunakan rute lain.
II.3.2 Pembebanan Banyak Ruas
Diasumsikan pemakai jalan tidak mengetahui informasi yang tepat mengenai
rute tercepat. Pengendara memilih rute yang dipikirnya adalah rute tercepat, tetapi
persepsi yang berbeda untuk setiap pemakai jalan mengakibatkan bermacam-macam
(25)
Diasumsikan bahwa pemakai jalan belum mendapatkan informasi tentang
alternatif rute yang layak. Dia memilih rute yang dianggpnya terbaik (jarak tempuh
pendek, waktu tempuh singkat, dan biaya minimum)
II.3.3 Pembebanan Berpeluang
Pemakai jalan menggunakan beberapa faktor rute dalamm pemilihan rutenya
dengan meminimumkan hambatan tranportasi. Contohnya, faktor yang tidak dapat
dikuantifikasi seperti rute yang aman dan rute yang panoramanya indah.
Dalam hal ini, pengendara memperhatikan faktor lain selain jarak, waktu
tempuh, dan biaya yang minimum, misalnya rute yang telah dikenal atau dianggap
aman.
II.4 Perencanaan Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik
tertentu dari ruas jalan selama waktu tertentu.[ ]2
Perhitungan volume lalu lintas dilakukan untuk melihat baik atau buruknya
tingkat pelayan jalan. Volume lalu lintas yang melewati suatu ruas jalan tidak boleh
melebihi kapasitas jalan tersebut agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas.[ ]2
Pentingnya perencanaan volume lalu lintas adalah untuk mendesain
geometrik jalan dan penentu tebal perkerasan[ ]1. Dibawah ini adalah tabel
perencanaan geometrik jalan berdasarkan jumlah LHR yang melintasi ruas jalan.
(26)
LHRT
Lebar Ideal Lebar Minimum Lebar Ideal Lebar Minimu m Lebar Ideal Lebar Minimu mJalur Bah u
Jalur Bah u
Jalur Bah u Jalu r Bah u Jalu r Bah u Jalu r Bah u (smp/har i)
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
< 3000 6,00 1,5
0
4,50 1,0
0
6,00 1,5
0 4,5 0 1,0 0 6,0 0 1,0 0 4,5 0 1,0 0 3000 – 10000
7,00 2,0
0
6,00 1,5
0
7,00 1,5
0 6,0 0 1,5 0 7,0 0 1,5 0 6,0 0 1,0 0 10.001 – 25000
7,00 2,0
0
7,00 2,0
0
7,00 2,0
0
**) **) - - - -
> 25000 2x3,
5 *) 2,5 0 2x3, 5 *) 2,0 0 2x3, 5 *) 2,0 0 **) **) - - - -
Tabel 2.1 Penentuan Lebar Alur dan Bahu Jalan Berdasarkan Jumlah LHR[ ]2
Dalam perencanaan volume lalu lintas diperlukan data lalu lintas harian
rata-rata (LHR) dari jalan utama yang ada saat ini. Volume lalu lintas harian rata-rata-rata-rata
adalah jumlah lalu lintas selama satu tahun (365 hari) dibagi dengan jumlah harinya
dalam tahun tersebut yang dtetapkan dalam unit Satuan Mobil Penumpang (smp) per
(27)
Peramalan pemilihan rute oleh pelaku perjalanan dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah lalu lintas yaitu dengan menggunakan kurva diversi, keseimbangan,
kombinasi sebaran pergerakan, dan metode – metode lain yang telah dikembangkan
oleh para ahli.[ ]11
II.4.1 Model Gravity
Model gravity merupakan bagian dari metode sintesis yang paling sering
digunakan karena lebih sederhana dan mudah dimengerti. Model ini menggunakan
konsep gravity yang diperkenalkan oleh Newton. Model gravity menyatakan bahwa
banyaknya perjalanan diantara dua zona berbanding langsung dengan kegiatan dalam
kedua zona itu, dan berbanding terbalik dengan jarak di antara kedua zona tersebut
sebagai fungsi waktu tempuh.[ ]3
Model gravity ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
( )
id di d i
id
O
D
A
B
f
C
T
=
.
.
.
.
(2.2)Dimana:
=
id
T jumlah perjalanan yang dihasilkan dalam zona i dan yang ditarik ke zona d
Dd = Tujuan perjalanan
Oi =Asal perjalanan
=
) (Cid
f fungsi pakat
i = zona asal
(28)
Sebelum jumlah pertukaran perjalanan dapat dihitung, beberapa parameter
harus didefenisikan. Waktu tempuh antara setiap pasangan zona dalam kawasan
kajian tersebut ditentukan dengan proses pembebanan perjalanan. Waktu tempuh
perjalanan biasa disebut dengan nilai hambatan. Hambatan perjalanan terdiri dari
waktu tempuh, biaya, jarak, dan gabungan faktor.[ ]11
II.4.1.1. Jenis Model Gravity
Model gravity memiliki empat jenis, yaitu: [ ]11
1. Model gravity tanpa batasan (UCGR)
2. Model gravity dengan batasan bangkitan (PCGR)
3. Model gravity dengan batasan tarikan (ACGR)
4. Model gravity dengan batasan bangkitan dan tarikann (PACGR)
Model PCGR dan ACGR sering disebut model dengan satu batasan (SCGR),
sedangkan model PACGR disebut dengan model dengan dua batasan (DCGR).
II.4.1.1.1 Model UCGR (tanpa – batasan)
Model ini sedikitnya mempunyai satu batasan, yaitu total pergerakan yang
dihasilkan harus sama dengan total pergerakan yang diperkirakan dari tahap
bangkitan pergerakan. Model ini bersifat tanpa – batasan, dalam arti bahwa model ini
tidak diharuskan menghasilkan total yang sama dengan total pergerakan dari dan ke
setiap zona yang diperkirakan oleh tahap bangkitan pergerakan. Model UCGR
memiliki persamaan yang sama dengan persamaan (2.2) dengan nilai A = 1 untuk i
(29)
Pada model UCGR, jumlah bangkitan dan tarikan yang dihasilkan tidak harus
sama dengan perkiraan hasil bangkitan pergerakan. Akan tetapi, persyaratan yang
diperlukan adalah total pergerakan yang dihasilkan model (t) harus sama dengan total
pergerakan yang didapat dari hasil bangkitan pergerakan (T).
Model UCGR digunakan untuk perjalanan yang berbasis bukan rumah.
Penggunaan model UCGR adalah karena data yang tidak cukup, atau ketepatan hasil
tidak begitu dipermasalahkan untuk kajian perencanaan jangka panjang, misalnya
untuk kota yang tumbuh dan berubah dengan cepat.
II.4.1.1.2 Model PCGR
Pada model PCGR total pergerakan global hasil bangkitan pergerakan harus
sama dengan total pergerakan yang dihasilkan dengan pemodelan; begitu juga,
bangkitan pergerakan yang dihasilkan model harus sama dengan hasil bangkitan
pergerakan yang diinginkan. Akan tetapi tarikan tidak perlu sama. Model PCGR
memiliki persamaan yang sama dengan persamaan (2.2) dengan nilai Bd = 1 untuk
seluruh d dan
(
)
∑
=d
id d
dD f
B
Ai 1 untuk seluruh i.
Bila persamaan tersebut digunakan dalam matriks asal tujuan (MAT) maka
persyaratan dalam model PCGR akan terpenuhi, yaitu total pergerakan yang didapat
dari hasil model (t) harus sama dengan total pergerakan yang didapat dari hasil
bangkitan pergerakan (T).
Model PCGR biasanya digunakan untuk perjalanan berbasis rumah, dengan
berbagai tujuan pergerakan.
(30)
Pada model ACGR total pergerakan secara global harus sama dan tarikan
pergerakan yang didapat dengan pemodelan harus sama dengan hasil tarikan
pergerakan yang diinginkan. Sebaliknya, bangkitan pergerakan yang didapat dengan
pemodelan tidak harus sama. Model ACGR memiliki persamaan yang sama dengan
persamaan (2.2) dengan nilai Ai = 1 untuk seluruh i dan
(
)
∑
= d id i i d f O AB 1 untuk
seluruh d.
Hasil akhir dalam penggunaan model ini menunjukkan bahwa total
pergerakan yang dihasilkan model (t) harus sama dengan total pergerakan yang
didapat dari hasil bangkitan pergerakan (T), dan memperlihatkan bahwa total
pergerakan yang menuju ke setiap zona asal selalu sama dengan total pergerakan
(yang tertarik) yang dihasilkan oelh tahap bangkitan pergerakan.
Model ACGR dapat digunakan untuk perjalanan berbasis rumah, baik untuk
perjalanan dengan tujuan bekerja maupun pendidikan karena lebih mudah
dispesifikasi dan dikalibrasi.
II.4.1.1.4 Model DCGR
Teori pada model ini adalah bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan harus
selalu sama dengan yang dihasilkan oleh tahap bangkitan pergerakan. Rumus umum
yang digunakan pada model ini sama dengan persamaan (2.2) dengan syarat batas:
(
)
∑
= d id i i d f O AB 1 untuk semua d dan
(
)
∑
= d id ddD f
B
Ai 1 untuk semua nilai i.
Kedua faktor penyeimbang (Ai dan Bd) menjamin bahwa total ‘baris’ dan
(31)
dari matriks hasil bangkitan pergerakan. Pada model ini hasil akhir akan selalu sama,
dari manapun pengulangan dimulai (‘baris’ atau ‘kolom’). Hasil akhir tidak
tergantung pada nilai awal. Nilai awal dapat berupa nilai berapa saja asal lebih besar
dri nol. Hal ini hanya akan berpengaruh pada jumlah pengulangan untuk mencapai
nilai konvergensi. Semakin besar perbedaan antara nilai awal dengan nilai akhir,
semakin banyak jumlah pengulangan yang dibutuhkan untuk mencapai konvergensi.
Jumlah pengulangan sangat bergantung pada nilai awal faktor penyeimbang.
Semakin dekat niali awal tersebut ke nilai faktor penyeimbang, semmakin sedikit
jumlah pengulangan yang dibutuhkan.
Model DCGR digunakan untuk perjalanan berbasis rumah dengan berbagai
tujuan perjalanan. Model ini digunakan pada kasus ramalan bangkitan dan tarikan
pergerakannnya cukup baik di masa mendatang.
II.4.1.2 Kalibrasi Model Gravity
Jika nilai Cid, Oi, dan Dd diketahui, parameter Gravity yang belum diketahui
hanyalah parameter α dan β jika dipertimbangkan fungsi eksponensial, pangkat dan Tanner. Jika diasumsikan hanya menggunakan parameter β (fungsi eksponensial dan
pangkat), maka setelah nilai β diketahui, persamaan (2.4) dapat digunakan untuk
mengetahui niali Ai dan Bd. Proses ini disebut proses kalibrasi.[ ]11
Kalibrasi model gravity dicapai dengan mengembangkan faktor-faktor
gangguan dan mengembangkan faktor-faktor penyesuaian
sosioekonomis.faktor-faktor gangguan yang dimaksud adalah pengaruh waktu tempuh dari hambatan
terhadap terjadinya perjalanan. Sebagai masukan yang digunakan dalam
(32)
1. Tabel perjalanan hasil tarikan untuk setiap keperluan / tujuan.
2. Waktu tempuh untuk semua pasangan zona, termasuk waktu-waktu
intra-zona.
3. Faktor-faktor gangguan awal untuk setiap pertambahan waktu tempuh.
Hal mendasar selanjutnya adalah proses kalibrasi ini melibatkan penyesuaian
parameter faktor gangguan hingga si perencana dipuaskan bahwa model ini telah
cukup untuk memproduksi distribusi perjalanan seperti yang disajikan oleh tabel
perjalanan masukan – hingga tabel perjalanan model itu sesuai benar dengan tabel
dari data survey, dengan menggunakan indikator seperti distribusi frekuensi waktu
perjalanan dan waktu perjalanan rata-rata. Proses kalibasi dapat diuraikan sebagai
berikut [ ]3 :
1. Gunakanlah model gravity ini untuk mendistribusikan perjalanan yang
didasarkan pada masukan awal.
2. Tarikan perjalanan menyeluruh pada semua zona j, sebagaimana yang
dihitung oleh model ini, dibandingkan dengan tarikan perjalanan menyeluruh
yangdiperoleh dari masukan pengamatan tabel perjalanan
“amatan”masukkannya.
3. Jika perbandingan ini menunjukkan setiap perbedaan yang nyata, tarikan Aj
disesuaikan untuk setiap zona, di tempat perbedaan tersebut ditemukan.
4. Model ini dikerjakan lagi hingga tarikan yang dihitung dan yang diamati
cukup seimbang.
5. Tabel perjalanan model ini dann tabel waktu tempuh masukan dapat
(33)
dan waktu perjalanan rata-rata. Jika terdapat perbedaan yang nyata, proses ini
diulang lagi.
Urutan langkah proses kalibrasi dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir
sebagai berikut
Tidak seimbang
Seimbang?
Pembandingan tidak memuaskan
pembandingannya bagus?
Gambar 2.2 Urutan Langkah untuk Kalibrasi Model Gravity[ ]3
Permasalahan yang timbul dalam proses kalibrasi parameter model gravity
adalah pada ketetapan parameter. Beberapa metode telah dikembangkan untuk
mengkalibrasi parameter model gravity yaitu: metode sederhana, metode hyman,
metode analisis regresi – linier, metode penaksiran kuadrat – terkecil (KT), metode Faktor-faktor gangguan awal,
tabel waktu tempuh dan tabel perjalanan
Berikan model dan distribusikan perjalanannnya
Bandingkan tarikan-tarikan
Bandingkan distribusi waktu-perjalanan dan waktu waktu-perjalanan
rata-rata
Faktor-faktor gangguan kalibrasi Sesuaikan
faktor-faktor gangguan
Sesuaikan faktor-faktor tarikan
(34)
penaksiran kemiripan maksimum (KM), metode penaksiran inferensi – bayes (IB),
metode penaksiran entropi-maksimum (EM), dan metode lainnya.
Metode-metode pengkalibrasian gravity ini dikembangkan karena dibutuhkan
proses kalibrasi yang cepat, sederhana, dan tepat.
II.4.1.2.1 Metode Sederhana
Pendekatan yang sangat sederhana ‘meminjam’ nilai β, kemudian menghitung model GR dan mendapatkan sebaran panjang perjalanan hasil
pemodelan. Kemudian, sebaran ini dibandingkan dengan sebaran panjang perjalanan
hasil pengamatan. Jika masih terdapat perbedaan antara kedua sebaran tersebut, nilai
β baru harus digunakan dan proses diulangi lagi sampai perbedaan kedua sebaran itu sangat kecil.
Kelemahan dari metode sederhana ini adalah tidak praktis dan
penggunaannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
II.4.1.2.2 Metode Hyman
Hyman menyatakan bahwa nilai faktor penyeimbang harus dipilih sehingga
total ‘baris’ dan ‘kolom’ dari sel MAT sama dengan proporsi hasil pengamatan pada
setiap ‘baris’ dan ‘kolom’. Juga, parameter β harus dipilih sehingga biaya rata-rata perjalanan yang didapat dari pengamatan sama dengan yang dihasilkan dalam proses
pemodelan.
Metode hyman dapat dirumuskan dengan persamaan berikut :
( )
β =∑∑
[
T( )
β c]
T( )
β =c
i d
id
id / c =
∑∑
(
)
∑∑
i d
id
i d
id
idC N
(35)
dengan menganggap matriks Tid
( )
β sebagai fungsi dari (β) dan total dari matriksakan menghasilkan T
( ) ( )
β T βi d
id =
∑∑
. (2.4)Dimana :
c = biaya rata-rata dari sebaran panjang pergerakan hasil pengamatan
Nid = jumlah pergerakan dari setiap pasangan zona.
Metode hyman ini dapat dipakai dengan mengikutu penjelasan dibawah ini:
1. Mulailah pengulangan pertama dengan menyatakan m = 0 dan menentukan
nilai awal β0 = 1/c
2. Buat m = m+1; dengan menggunakan nilai βm-1, hitung matriks dengan menggunakan model GR. Dapatkan biaya rata-rata cm dan bandingkan nilai
tersebut dengan c ; jika perbedaan cukup kecil, proses dihentikan dan
nyatakan βm-1 sebagai nilai β terbaik; jika tidak, teruskan ke tahap 3. 3. Jika m = 1, hitung nilai β baru dengan persamaan berikut:
1 1 =c
β β / c
≥ 1, dapatkan nilai β baru dengan persamaan:
(
)
(
)
1 1 1 1 − − − + = ∗− −− ∗− m m m m m m m c c c c cc β β
β (2.5)
4. Ulangi tahap 2 dan 3 seperti diisyaratkan, sampai konvergensi tercapai.
Nilai β dapat juga didapat dengan menggunakan persamaan empiris, yaitu:
id
C k
=
β (2.6)
Dimana: k = 2 ~ 3
(36)
Meskipun berbagai metode dapat digunakan untuk menurunkan model
gravity tetapi tidak membuktikan bahwa model gravity adalah model yang terbaik.
Penggunaan suatu model tergantung pada asumsi yang diisyaratkan dalam proses
penurunan dan interpretasinya. Model yang digunakan untuk peramalan perjalanan
hanya mencoba mendekati realita dengan berbagai proses penyederhanaan, asumsi,
pendekatan, pengabaian, sesuai dengan maksud dan tujuan permasalahan, kajian
yang akan diuji, analisis yang dilakukan, informasi yang ada, batasan biaya, serta
waktu dan sumber dana yang tersedia.
II.4.1.2.3 Metode Analisis Regresi – Linear
Secara umum, proses tranformasi linear dibutuhkan untuk mengubah fungsi
tidak – linear menjadi linear. Selanjutnya, metode analisis-regresi akan digunakan
untuk mengkalibrasi parameter model yang tidak diketahui.
II.4.1.2.3.1 Fungsi Hambatan Eksponensial Negatif
Pertimbangan suatu model gravity yang mempunyai fungsi hambatan
eksponensial-negatif terlihat pada persamaan:
(
id)
d i d i
id A B O D C
T = . . . .exp −β (2.7)
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
(
)
d i d i id id D O B A T C . . .exp−β = (2.8)
(
)
= − d i d i id e id e D O B A T C . . . log ) exp(log β (2.9)
) . . . ( log
loge id e i d i d
id T A B O D
C = −
−β (2.10)
(
i d i d)
id eid
eT =log A.B .O.D −βC
(37)
Dengan melakukan transformasi linear, persamaan diatas dapat
disederhanakan menjadi persamaan linear Y = A+BXidengan mengasumsikan
i id
eT =Y
log dan Cid = Xi.
Dengan mengetahui informasi
[ ]
Tid dan[ ]
Cid , maka dengan menggunakananalisis regresi – linear, parameter A dan B dapat dihitung dan dihasilkan beberapa
nilai sebagai berikut : B = -β dan A=loge
(
Ai.Bd.Oi.Dd)
.(
)
( ) ( )
( )
( )
∑
∑
∑
∑ ∑
= = = = = − − = N i N i i i N i N i N i i i i i X X N Y X Y X N B 1 2 1 21 1 1
. .
(2.12)
II.4.1.2.3.2 Fungsi Hambatan Pangkat
Pertimbangan suatu model gravity yang mempunyai fungsi hambatan pangkat
terlihat pada persamaan:
( )
−β= i d i d id
id A B O D C
T . . . .exp (2.13)
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
d i d i id id D O B A T C . . . =
−β (2.14)
= − d i d i id e id e D O B A T C . . . log
log β (2.15)
) . . . ( log log
logeCid = eTid − e Ai Bd Oi Dd
−β (2.16)
(
i d i d)
e id eid
eT log A.B .O.D log C
(38)
Dengan melakukan transformasi linear, persamaan diatas dapat
disederhanakan menjadi persamaan linear Y = A+BXidengan mengasumsikan
i id
eT =Y
log dan logeCid = Xi.
Dengan mengetahui informasi
[ ]
Tid dan[ ]
Cid , maka dengan menggunakananalisis regresi – linear, parameter A dan B dapat dihitung dan dihasilkan beberapa
nilai sebagai berikut : B = -β dan A=loge
(
Ai.Bd.Oi.Dd)
.II.4.1.2.3.3 Fungsi Hambatan Tanner
Pertimbangan suatu model gravity yang mempunyai fungsi hambatan Tanner
terlihat pada persamaan:
) exp( . . . .
. d i d id id
i
id A B O D C C
T = −β −β (2.18)
Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
d i d i id id id D O B A T C C . . . ) exp( . − =
−β β (2.19)
(
)
= − − d i d i id e id id e D O B A T C C . . . log ) exp( .log β β (2.20)
) . . . ( log log
logeCid − Cid = eTid − e Ai Bd Oi Dd
−β β (2.21)
(
i d i d) (
e id id)
e id
eT =log A.B .O.D − log C +C
log β (2.22)
Dengan melakukan transformasi linear, persamaan diatas dapat
disederhanakan menjadi persamaan linear Y = A+BXidengan mengasumsikan
i id
eT =Y
(39)
Dengan mengetahui informasi
[ ]
Tid dan[ ]
Cid , maka dengan menggunakan analisis regresi – linear, parameter A dan B dapat dihitung dan dihasilkan beberapanilai sebagai berikut : B = -β dan A=loge
(
Ai.Bd.Oi.Dd)
.II.4.2 Kurva Diversi
Kurva diversi adalah kurva yang digunakan untuk memperkirakan arus lalu
lintas yang tertarik ke jalan baru atau jalan dengan fasilitas baru. Oleh karena itu,
perlu dibandingkan biaya perjalanan dengan atau tanpa fasilitas transportasi yang
baru.[ ]11
Kurva diversi bisa didapat dengan melakukan empiris pengukuran kuantitatif
hambatan perjalanan. Kurva diversi memperlihatkan seberapa besar proporsi
pengendara yang mungkin pindah menggunakan rute jalan lain. [ ]11
Beberapa model kurva diversi telah dikembangkan dengan menggunakan
beberapa ukuran hambatan perjalanan misalnya waktu tempuh yang dapat dihemat,
jarak yang dapat dihemat, nisbah waktu tempuh, nisbah jarak, nisbah biaya, nisbah
waktu tempuh/jarak yang dihemat dan nisbah jarak/kecepatan. [ ]11
Bruton menyatakan tiga kurva diversi yang sering digunakan dewasa ini,
yaitu kurva dengan nisbah waktu, waktu tempuh dan jarak yang dapat dihemat, dan
nisbah kecepatan. Kurva nisbah waktu tempuh menyatakan perbandingan antara
waktu tempuh yang menggunakan tol dibandingkan dengan rute alternatif lainnya. [ ]11
Semakin besar waktu perjalanan yang dihemat melalui fasilitas yang lebih
(40)
Berikut ini adalah contoh kurva diversi nisbah waktu tempuh (gambar 2.2)
dan kurva diversi penghematan waktu tempuh dan selisih jarak via jalan tol (gambar
2.3).
Grafik 2.1 Kurva diversi nisbah waktu tempuh[11,12]
(41)
Kurva diversi yang dihasilkan berbentuk hiperbola. Asumsi dasar penurunan kurva
tersebut adalah[11,12] :
• Faktor selain waktu dan jarak tidak dapat diukur secara eksplisit, apalagi
diramalkan, sehingga diabaikan.
• Makin besar waktu tempuh dan jarak yang dapat dihemat, makin tinggi
proporsi penggunaan.
• Jika penghematan waktu dan jarak kecil, hanya sedikit orang yang akan
menggunakan jalan bebas hambatan, sedangkan yang lain tetap menggunakan
rute alternatif.
Kurva diversi pada umumnya bergantung pada perbandingan biaya dan
selisih waktu perjalanan antara jalan tol dan jalan alternatif. Semakin besar waktu
perjalanan yang dihemat melalui fasilitas yang lebih baik, maka akan semakin
meningkat pemakaian fasilitas tersebut. Persamaan yang dapat dibuat untuk
membentuk kurva diversi adalah[11,12]:
(
b)
aX K P
+ =
1 (2.23)
dengan P adalah persentase dari kendaraan yang akan berpindah ke jalan tol bebas
hambatan atau tol terhadap volume lalu lintas total, dan X adalah biaya tol atau
waktu yang dihemat[11,12].
Koefisien a, b, dan K didapat dari analisis statistik. Untuk menerapkan model
ini diperlukan data :
1. Perbedaan biaya tol antara rute bebas hambatan atau tol terbaik yang tersedia
(42)
2. Perbedaan waktu perjalanan antara rute bebas hambatan atau tol terbaik yang
tersedia dan rute alternatif yang tersedia.
Berdasarkan dua hal tersebut, persentase lalu lintas yang akan berpindah ke
jalan bebas hambatan atau tol dapat diperoleh dari kurva. Hasil perkalian persentase
ini dengan total volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang berpindah
ke jalan bebas hambatan atau tol. [11,12]
Metode kurva diversi dikembangkan menjadi dua model yaitu model JICA
dan Model logit – binomial dan regresi – pengali.
II.6.2.1 Model JICA[11,12]
Model JICA telah dikembangkan menjadi dua model, yaitu Model I dan
Model II. Pengembangan model tersebut adalah untuk dapat memodelkan diversi lalu
lintas pada jalan tol.
II.6.2.1.1 Model I
Model ini dikalibrasi dengan menggunakan peubah tidak bebas berupa selisih
waktu tempuh jika menggunakan jalan tol dan jalan alternatif. Peubah lainnya yang
dianalisis adalah tarif tol dan nilai waktu tempuh. Model tersebut dirumuskan
sebagai:
b
T a
P = ∆ (2.24)
P = tingkat diversi jalan tol (%)
ΔT = A – (T + TR/TV)
A = waktu tempuh jika menggunakan jalan alternatif (menit)
(43)
TR = tarif tol (rupiah/kendaraan)
TV = nilai waktu tempuh (rupiah/menit)
a, b = parameter yang harus ditaksir
Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan menggunakan transformasi
linier yang menghasilkan persamaan :
log P = log a + b log ΔT (2.25)
Dengan mengasumsikan Y= log P dan X= log ΔT maka persamaan diatas dapat dianggap persamaan linear.
II.6.2.1.2 Model II
Model ini memperhitungkan faktor yang didapat dari nilai tarif tol dibagi
dengan perbedaan waktu tempuh. Dalam model ini, faktor pergeseran digunakan
untuk mencerminkan peningkatan keinginan untuk membayar tol yang sejalan
dengan peningkatan tingkat pendapatan.
Persamaan untuk pemodelan dispersi pada model II ini dirumuskan sebagai:
+
= c
S T b
a P
1
(2.26)
P = tingkat diversi jalan tol
T = nisbah tarif tol/selisih waktu tempuh (rupiah/menit)
S = faktor pergeseran (nisbah pendapatan tahunan)
a, b, c = parameter yang harus dikalibrasi
Persamaan pemodelan diversi diatas dapat disederhanakan dengan
(44)
a S T bP P c =
+ (2.27)
P P a S T b c − = (2.28) + = − S T c b P P a log log log (2.29)
Dengan mengasumsikan
− = P P a
Y log dan
S T
X =log maka persamaan
diatas dapat dianggap sebagai persamaan linier.
II.6.2.2 Model Logit – Binomial dan Regresi – Pengali[11,12] II.6.2.2.1 Model Logit – Binomial
Model ini menggunakan selisih biaya perjalanan dan selisih waktu tempuh
sebagai peubah tidak bebas. Persamaan yang digunakan dalam model logit –
binomial adalah :
(
)
(
( ))
exp 1 ) ( exp BPH b a BPH b a P + + + = (2.30) Dimana :P = tingkat diversi
BPH = biaya perjalanan yang dihemat dalam rupiah
a dan b = parameter yang harus dikalibrasi
Persamaan diversi diatas dapat disederhanakan menjadi :
(
)
[
]
{
a b BPH}
[
a b(
BPH)
]
P1+exp + =exp + (2.31)
(
( ))
exp(
( ))
expa b BPH a b BPH
P
(45)
(
( ))
exp(
( ))
exp a b BPH P a b BPH
P = + − + (2.33)
(
exp( ( )))
). 1
( P a b BPH
P = − + (2.34)
(
( ))
exp
1 P a b BPH
P
+ =
− (2.35)
Sehingga dapat ditulis menjadi:
) ( 1
log a b BPH
P P
e = +
− (2.36)
Persamaan diatas dapat dianggap sebagai persamaan linier dengan mengasumsikan
− = P P Y e 1
log dan X =(BPH).
II.6.2.2.2 Model Regresi – Pengali
Model ini menunjukkan hubungan antara tingkat diversi dan nisbah antara
biaya perjalanan (NBP) menggunakan jalan tol dengan jalan alternatif. Pesamaan
untuk model regresi – pengali ini dapat dirumuskan sebagai :
b NBP a P ) ( 1 1 + = (2.37) Dimana:
P = tingkat diversi
NBP = nisbah biaya perjalanan
a dan b = parameter yang harus dikalibrasi
Persamaan diversi diatas dapat disederhanakan menjadi :
(
1 ( ))
1. +a NBP =
P (2.38)
1 )
( =
+Pa NBP
P (2.39)
(
1 P)
= −
(46)
(
1)
log log( )log a b NBP
P P
+ =
− (2.41)
Persamaan diatas dapat dianggap sebagai persamaan linier dengan
mengasumsikan
(
)
− =
P P Y
1
log dan X =log(NBP).
II.5 Studi Terdahulu
Sebagai bahan perbandingan, penulis mengemukakan contoh studi terdahulu
yang menggunakan metode kurva diversi dan model gravity pada pemilihan rute,
yaitu sebagai berikut :
• The Analysis of Route Choice Between Toll and Alternative Road Using Diversion Curve Model: A Case Study in Jakarta (Indonesia), Proceeding of The 7th World Conference on Transport Research, Sydney, Australia.
Oleh : Ofyar Z. Tamin
Penelitian ini menganalisis pemilihan rute antara jalan tol dan jalan
alternative dengan menggunakan kurva diversi. Metode kurva diversi yang
digunakan pada penelitian adalah: model logit binomial dan analisis regresi pengali.
Tujuan penelitian adalah untuk melihat perilaku pelaku perjalanan terhadap
penghematan jarak, penghematan waktu, dan penghematan biaya.
Dari hasil uji sensitivitas diperoleh bahwa bus memiliki tingkat sensitivitas
yang terkecil terhadap perubahan tarif tol, sedangkan mobil penumpang dan truk
memiliki tingkat sensitivitas yang cukup besar terhadap perubahan tarif tol.
• Studi Kelayakan Jalan Tol Pengambengan – Pengragoan
(47)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan pengembangan jalan tol
dari segi finansial yang didasari dari perhitungan jumlah LHR yang beralih dari jalan
eksisting.
Analisis pembebanan lalu lintas ke jalan baru dihitung dengan menggunakan
metode kurva diversi penghematan jarak dan waktu tempuh. Dari kurva tersebut
akan diperoleh jumlah kendaraan yang akan melewati jalan baru.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah kendaraan yang melintasi jalan
baru adalah 25089 smp/hari. Dan pada tahun 2018 ruas jalan eksisting diperkirakan
tidak mampu lagi menahan volume lalu lintas. Namun dari segi finansial jalan tol ini
belum layak dibangun.
• Pengembangan Model Kombinasi Gravity, Multinomial Logit, dan Equilibrium Assignment
Oleh : Rahayu Sulistyorini, Ofyar Z. Tamin, dan Ade Sjafruddin
Penelitian ini menggunakan metode gravity sebagai model sebaran
pergerakan, metode multinomial logit untuk pemilihan moda, dan metode
keseimbangan untuk pemilihan rute.
Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan model kombinasi gravity
dengan multinomial logit pada kondisi pemilihan rute keseimbangan. Metode
estimasi yang digunakan adalah kuadrat terkecil.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penentuan awal nilai
parameter model merupakan masalah utama yang dijumpai dalam proses estimasi
(48)
• Kajian Pengembangan Model Simultan
Oleh : Rahayu Sulistyorini dan Ofyar Z. Tamin
Penelitian ini membahas tentang kombinasi sebaran pergerakan dengan
pembebanan rute; kombinasi sebaran pergerakan dengan pemilihan moda; kombinasi
aksesibilitas, sebaran pergerakan, dan pemilihan moda; kombinasi sebaran
pergerakan, pemilihan moda, dan pemilihan rute.
Dari hasil penenlitian diperoleh bahwa kemungkinan yang dapat diambil
adalah pengembangan kombinasi sebaran pergerakan, pemilihan moda, dan
pemilihan rute berdasarkan informasi data arus lalu lintas pada kondisi
(49)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Umum
Dalam melakukan suatu studi penelitian untuk mempelajari atau meneliti
suatu permasalahan atau kasus tertentu maka pada dasarnya haruslah memiliki suatu
prosedur yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap bagian memiliki
keterkaitan satu dengan yang lain dengan hasil akhir sehingga mendapatkan hasil
yang diinginkan. Hal ini perlu diperhatikan agar pengumpulan data dapat dilakukan
secara efisien dan efektif.
Bab ini mengemukakan data-data yang diperlukan sesuai dengan persoalan
yang akan dibahas. Pada bagian ini tidak semua data yang dikumpulkan atau
didapatkan dapat langsung memecahkan masalah, akan tetapi data tersebut harus
diolah terlebih dahulu agar menjadi data yang siap digunakan untuk pemecahan
masalah.
III.2. Konsep Langkah Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka langkah – langkah penelitian
(50)
Gambar 3.1. Blok Diagram Metode Penelitian
III.3. Gambaran Daerah Studi
Ditinjau dari segi tingkat pertumbuhan, kawasan Tanjung Morawa – Tebing
Tinggi merupakan daerah yang mengalami tingkat pertumbuhan lalu lintas yang
semakin tinggi setiap tahunnya. Tingkat pertumbuhan yang semakin tinggi
menyebabkan akan semakin meningkatnya pergerakan sehingga semakin
meningkatnya kebutuhan akan transportasi.
Dari berbagai sumber yang diperoleh menyatakan bahwa telah
direncanakannya pengembangan jaringan jalan tol pada ruas jalan Tanjung Morawa
– Tebing Tinggi.
PERUMUSAN MASALAH DAN PENETAPAN TUJUAN
PENENTUAN LOKASI PENELITIAN
TINJAUAN LITERATUR
PENENTUAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
PENENTUAN DAN PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DATA
KESIMPULAN DAN SARAN
(51)
Pengembangan jaringan jalan ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
dan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan daerah kawasan Tanjung
Morawa – Tebing Tinggi.
Untuk menentukan jumlah LHR jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi,
maka ruas jalan tersebut dibagi lagi menjadi lima ruas jalan, yaitu:
1. Tanjung Morawa – Lubuk Pakam
2. Lubuk Pakam – Perbaungan
3. Perbaungan – Batas Deli Serdang
4. Batas Deli Serdang – Sei Rampah
5. Sei Rampah – Tebing Tinggi
III.4. Pendekatan Studi
Metode pendekatan dalam penelitian penentuan LHR ini menggunakan
metode pembebanan berpeluang.Metode ini digunakan karena setiap alternatif rute
dari zona i ke zona d dialokasikan kepada peluang yang akan digunakan oleh
pengendara antara dua zona. Bila peluang setiap alternatif rute digabung, hasilnya
menjadi satu.
Metode pembebanan didasari kenyataan bahwa rute panjang mempunyai
peluang lebih kecil daripada rute pendek. Rute pendek mempunyai kemungkinan
lebih besar digunakan.
Dalam menggunakan batasan-kapasitas dengan metode all-or-nothing, rute
terpendek akan berubah jika arus lalu lintas berubah pada jaringan jalan tersebut.
(52)
berubahnya arus lalu lintas, karena itu waktu tempuh yang dipilih secara acak juga
akan berubah.
Dengan pembebanan perpeluang, peluang untuk memilih rute tertentu akan
berubah jika arus lalu lintas pada rute tersebut (dan rute lainnnya) juga berubah.
Teknik pembebanan kapasitas tergantung pada hubungan antara arus lalu
lintas dan kecepatan; kendaraan bergerak pada kondisi arus lalu lintas (hubungan
antara arus dan kecepatan).
III.5. Penjelasan Rencana Kerja
a. Studi Pendahuluan dan Kajian Pustaka
Sebelum mulai melakukan suatu kegiatan diperlukan suatu penelitian berupa
studi pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, maksud dari
penelitian ini serta tujuan tugas akhir yang akan dicapai dari penelitian yang akan
dilakukan. Kemudian dilakukan studi pustaka untuk mencari dan mengumpulkan
bahan-bahan literatur berupa landasan teori, metode-metode yang akan digunakan
dalam pengolahan data maupun dalam melakukan analisa data, serta hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki kaitan yang mendukung
penelitian yang dilakukan.
b. Penentuan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, data memegang peranan penting sebagai alat penelitian
(53)
data yang diperlukan dan bagaimana cara mengumpulkan serta bagaimana
pengolahannya.
Data dapat digolongkan berdasarkan sifatnya dan berdasarkan sumbernya.
Berdasakan sifatnya data dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat juga merupakan
data kualitatif yang ditransformasikan menjadi angka.
2. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat dan uraian
Data ini mempunyai peran untuk menjelaskan masalah secara deskriptif.
Sedangkan berdasarkan sumbernya, data dapat dibagi menjadi:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek
yang diteliti.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait.
Dalam laporan penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data
kuantitatif dan data sekunder. Data sekunder yang diambil adalah data yang
bersumber dari Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data lalu lintas
harian rata-rata yang melewati Tanjung Morawa – Tebing Tinggi, data geometrik
(54)
c. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari instansi yang terkait selanjutnya diolah agar
dapat digunakan sebagai data masukan dalam bentuk kualitatif.
Pengolahan data dilakukan dengan dua metode, yaitu: metode gravity dan
metode kurva diversi. Kelemahan dan kelebihan penggunaan kedua metode tersebut
akan dijelaskan dibawah ini :
• Metode Gravity
1. Metode yang digunakan lebih sederhana
2. Data aksesibilitas yang digunakan lebih sedikit (jarak saja, biaya saja, atau
waktu tempuh saja).
3. Model gravity dapat diturunkan dengan berbagai cara
4. Jenis model gravity yang digunakan hanya untuk perjalanan berbasis rumah
atau hanya untuk perjalanan yang tidak berbasis rumah
• Metode Kurva Diversi
1. Merupakan metode yang sederhana
2. Hasil yang diperoleh bisa saja tidak tepat.
3. Memerlukan data aksesibilitas yang lengkap (waktu, biaya, dan jarak
perjalanan)
4. Tidak hanya dapat digunakan untuk pemilihan rute tetapi dapat juga
digunakan untuk pemilihan moda.
Tidak ada satu model pun yang pasti benar, model hanya mencoba mendekati realita
dengan berbagai proses penyederhanaan, asumsi, pendekatan, pengabaian, dan
(55)
diuji, analisis yang akan dilakukan, informasi yang ada, batasan biaya, serta waktu
dan sumber dana yang tersedia.
d. Kalibrasi parameter model
Kalibrasi parameter model untuk kedua metode menggunakan analisis regresi
linier. Pada metode kurva diversi digunakan selisih biaya perjalanan antara rute
eksisting dan rute tol untuk menentukan parameter model yang belum diketahui.
Sedangkan pada model gravity digunakan nilai jarak tempuh untuk menentukan nilai
eksponensial.
e. Uji Sensitivitas
Sensitivitas model dimaksudkan untuk memahami perubahan nilai
probabilitas pemilihan rute tol seandainya dilakukan perubahan biaya dan waktu
tempuh perjalanan.
f. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisa, akan diperoleh beberapa kesimpulan yang
berkaitan dengan karakteristik pemilihan rute yang dilakukan oleh pelaku perjalanan.
Setelah memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian, selanjutnya diberikan
rekomendasi atau saran, baik yang berkaitan dengan penelitian lebih lanjut maupun
yang berkaitan dengan pihak pengelola transportasi mengenai langkah-langkah
(56)
BAB IV
ANALISA DATA DAN DISKUSI
IV.1 Penentuan Jumlah Lalu Lintas Harian Rata – Rata (LHR)
Dalam penelitian penentuan jumlah LHR jalan tol Tanjung Morawa – Tebing
Tinggi ini, jalan lintas Tanjung Morawa – Tebing Tinggi dibagi menjadi lima ruas,
yaitu:
• Tanjung Morawa – Lubuk Pakam
• Lubuk Pakam – Perbaungan
• Perbaungan – Batas Deli Serdang
• Batas Deli Serdang – Sei Rampah
• Sei Rampah – Tebing Tinggi
IV.2 Biaya Perjalanan Kendaraan
Biaya perjalanan untuk rute perjalanan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
3 2
1xwaktu a jarak a
a
Biaya= + + (4.1)
Dimana :
a
1 = nilai waktu (Rp/jam)a
2 = biaya operasi kendaraan (Rp/km)(57)
a.1 Nilai Waktu
Besaran nilai waktu yang berlaku di Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Nilai waktu yang berlaku di Indonesia
Rujukan Nilai Waktu (Rp/jam/kendaraan) Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
PT. Jasa Marga (1990-1995) 12.287 18.534 13.768
Padalarang – Cileunyi (1996) 3.385-5.425 3.827-38.344 5.716
Semarang (1996) 3.411-6.221 14.541 1.506
IHCM (1995) 3.281 18.212 4.971
PCI (1979) 1.341 3.827 3.152
JIUTR Nothern Extension (PCI, 1989)
7.067 14.670 3.659
Surabaya – Mojokerto (JICA, 1991)
8.880 7.960 7.980
Keterangan :
Golongan I = sedan, jip, pick up, bis sedang, dan truk kecil
Golongan IIA = truk besar dan bis besar dengan dua gandar
Golongan IIB = truk besar dan bis besar dengan tiga gandar atau lebih
a.2 Biaya Operasi Kendaraan
Biaya operasi kendaraan yang melewati suatu ruas jalan dapat diperoleh
dengan memperhitungkan biaya konsumsi bahan bakar, konsumsi minyak pelumas,
biaya pemakaian ban, biaya pemeliharaan, dan biaya penyusutan.
Perhitungan biaya operasi kendaraan dapat dilihat dibawah ini :
• Konsumsi Bahan Bakar (KBB)
KBB = KBB dasar x
(
1±(kk +k1+kr))
(4.2)(58)
KBB dasar kendaraan golongan IIA = 2,26533 x (KBB dasar golongan I) (4.4)
KBB dasar kendaraan golongan IIB = 2,90805 x (KBB dasar golongan I) (4.5)
k
k = faktor oreksi akibat kelandaiank
1 = faktor kondisi akibat kondisi arus lalu lintask
r = faktor koreksi akibat kekasaran jalanV = kecepatan kendaraan (km/jam)
Tabel 4.2 Faktor koreksi konsumsi bahan bakar dasar kendaraan
Faktor koreksi akibat kelandaian negatif (kk)
g < -5% - 0,337
-5% ≤ g < 0% - 0,158
Faktor koreksi akibat kelandaian positif (kk)
0% ≤ g < 5% 0,400
g ≥ 5% 0,820
Faktor koreksi akibat kondisi arus lalu lintas (k1)
0 ≤ NVK < 0,6 0,050
0,6 ≤ NVK < 0,8 0,185
NVK ≥ 0,8 0,253
Faktor koreksi akibat kekasaran jalan (kr) < 3 m/km 0,035
≥ 3 m/km 0,085
g = kelandaian NVK = Nisbah volume per kapasitas
Sumber : LAPI – ITB (1997)
• Konsumsi Minyak Pelumas
Besarnya konsumsi dasar minyak pelumas (liter/km) sangat tergantung pada
kecepatan kendaraan dan jenis kendaraan. Konsumsi dasar ini kemudian dikoreksi
(59)
Tabel 4.3 Konsumsi dasar minyak pelumas Kecepatan
(km/jam)
Jenis Kendaraan
Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
10 – 20 0.0032 0.0060 0.0049
20 – 30 0.0030 0.0057 0.0046
30 – 40 0.0028 0.0055 0.0044
40 – 50 0.0027 0.0054 0.0043
50 – 60 0.0027 0.0054 0.0043
60 – 70 0.0029 0.0055 0.0044
70 – 80 0.0031 0.0057 0.0046
80 – 90 0.0033 0.0060 0.0049
90 – 100 0.0035 0.0064 0.0053
100 – 110 0.0038 0.0070 0.0059
Sumber : LAPI – ITB (1997)
Tabel 4.4 Faktor koreksi konsumsi minyak pelumas terhadap kondisi kekasaran permukaan
Nilai Kekasaran Faktor Koreksi
< 3 m/km 1,00
> 3 m/km 1,50
Sumber : LAPI - ITB (1997)
• Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian untuk masing – masing golongan kendaraan dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
Golongan I : Y = 0.0008848 V – 0.0045333 (4.6)
Golongan IIA : Y = 0.0012356 V – 0.0064667 (4.7)
Golongan IIB : Y = 0.0015553 V – 0.0059333 (4.8)
(60)
• Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan kendaraan dapat diketahui dengan menghitung biaya suku
cadang kendaraan dan biaya upah montir.
a. Suku Cadang
Golongan I : Y = 0.0000064 V + 0.0005567 (4.9)
Golongan IIA : Y = 0.0000332 V + 0.0020891 (4.10)
Golongan IIB : Y = 0.0000191 V + 0.0015400 (4.11)
Y = biaya pemeliharaan suku cadang per 1000 km
b. Montir
Golongan I : Y = 0.00362 V + 0.36267 (4.12)
Golongan IIA : Y = 0.02311 V + 1.97733 (4.13)
Golongan IIB : Y= 0.01511 V + 1.21200 (4.14)
Y = jam kerja montir per 1000 km
Perhitungan biaya perjalanan kelima ruas jalan adalah :
1. Tanjung Morawa – Lubuk Pakam
Hasil perhitungan biaya perjalanan sesuai dengan persamaan (4.1) dengan
panjang jalan eksisting 14,55 km dan panjang jalan tol 11,63 km dapat dilihat
dibawah ini :
1.a Nilai Waktu
Nilai waktu yang berlaku di Sumatera Utara dapat dikonversikan dengan nilai
waktu yang berlaku di Indonesia (tabel 4.1) dengan mengalikan faktor koreksi
(61)
terhadap kenaikan harga sampai tahun 2010. Dengan demikian nilai waktu yang
dipakai berdasarkan nilai yang digunakan oleh PT. Jasa Marga adalah:
Golongan I : Rp 10.347/ jam / kendaraan
Golongan IIA : Rp 15.605/ jam / kendaraan
Golongan IIB : Rp 11.593/ jam / kendaraan
1.b Biaya Operasi Kendaraan
Biaya operasi kendaraan pada ruas jalan Tanjung Morawa – Lubuk Pakam
berdasarkan konsumsi bahan bakar, konsumsi minyak pelumas, biaya pemakaian
ban, dan biaya pemeliharaan (suku cadang dan montir) adalah:
• Konsumsi Bahan Bakar
Dengan menghitung nilai konsumsi bahan bakar dasar pada persamaan (4.4),
maka diperoleh biaya konsumsi bahan bakar untuk masing – masing golongan
kendaraan pada jalan tol dan jalan alternatif adalah :
Tabel 4.5 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1) Jenis
Kendaraan
Konsumsi Bahan Bakar
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=41 km/jam) Liter/km Biaya Liter/km Biaya
Golongan I 0,116 523,16 0,1033 464,85
Golongan IIA 0,263 1.183,5 0,2341 1.053,45
Golongan IIB 0,338 1.521,37 0,3005 1.352,25
Catatan : Harga bahan bakar : Rp 4500 / liter
• Konsumsi Minyak Pelumas
Berdasarkan tabel (4.3) konsumsi minyak pelumas untuk masing – masing
(62)
Tabel 4.6 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1) Jenis Kendaraan Konsumsi Minyak Pelumas
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=41 km/jam) Liter/km Biaya Liter/km Biaya
Golongan I 0,0031 108,5 0,0027 94,5
Golongan IIA 0,0057 199,5 0,0054 188,977
Golongan IIB 0,0046 161 0,0043 150,5
Catatan : Harga pelumas : Rp 35.000
• Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian untuk masing – masing golongan kendaraan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Biaya pemakaian ban berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1) Jenis
Kendaraan
Pemakaian Ban
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=41 km/jam) Pemakaian/km Biaya Pemakaian/km Biaya
Golongan I 0,00006625 106 0,000031744 50,7904
Golongan IIA 0,00009238 498,852 0,000044193 238,6422
Golongan IIB 0,00011849 2369,8 0,000057834 1156,68
Catatan : Harga ban : Rp 400.000 (golongan I) Rp 900.000 (golongan IIA) Rp 2.000.000 (golongan IIB)
• Biaya pemeliharaan
a. Suku Cadang
Biaya pemeliharaan berdasarkan suku cadang pada masing – masing
(63)
Tabel 4.8 Biaya pemeliharaan suku cadang berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1) Jenis Kendaraan Pemeliharaan Suku Cadang
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=41 km/jam) Biaya/km Biaya Biaya/km Biaya
Golongan I 0,00000107 0,8988 0,000000819 0,68796
Golongan IIA 0,00000475 5,89 0,00000345 4,278
Golongan IIB 0,00000307 9,204 0,00000232 6,9693
Catatan : Harga suku cadang : Rp 210.000 (golongan I)
Rp 310.000 (golongan IIA)
Rp 500.000 (golongan IIB)
b. Upah Montir
Upah montir untuk kasus I ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Upah montir berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 1)
Jenis Kendaraan Upah Montir
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=41 km/jam) Jam
kerja/km
Biaya Jam
Kerja/km
Biaya
Golongan I 0,0006523 42,3995 0,0005111 33,2215
Golongan IIA 0,0038261 248,6965 0,0029248 190,112
Golongan IIB 0,002421 157,365 0,0018315 119,0475
Catatan : Upah montir : Rp 65.000
Maka biaya operasi seluruh kendaraan pada jalan tol dan jalan eksisting adalah :
Tabel 4.10 Biaya operasi kendaraan (Ruas 1)
Tipe Jalan Biaya Operasi Kendaraan (Rp/km)
Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
Jalan Tol 780,9583 2136,4385 4218,739
(64)
1.c. Biaya Perjalanan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh biaya perjalanan pada
ruas Tanjung Morawa – Lubuk Pakam adalah :
Tabel 4.11 Biaya perjalanan kendaraan (Ruas 1)
Tipe Jalan Biaya Perjalanan (Rp)
Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
Jalan Tol 17.633 34.197 57.804
Jalan Eksisting 6.962 29.918 44.644
Catatan : Untuk Jalan Tol setiap kendaraan dikenakan tarif Rp 600 / km
2. Lubuk Pakam – Perbaungan
Hasil perhitungan biaya perjalanan sesuai dengan persamaan (4.1) dengan panjang
jalan eksisting 0.88 km dan panjang jalan tol 0,71 km dapat dilihat dibawah ini :
2.a Nilai Waktu
Nilai waktu yang berlaku di Sumatera Utara dapat dikonversikan dengan nilai
waktu yang berlaku di Indonesia (tabel 4.1) dengan mengalikan faktor koreksi
sebesar 0,29 (untuk daerah Sumatera Utara) dan menyesuaikan nilai tersebut
terhadap kenaikan harga sampai tahun 2010. Dengan demikian nilai waktu yang
dipakai berdasarkan nilai yang digunakan oleh PT. Jasa Marga adalah:
Golongan I : Rp 10.347/ jam / kendaraan
Golongan IIA : Rp 15.605/ jam / kendaraan
Golongan IIB : Rp 11.593/ jam / kendaraan
2.b. Biaya Operasi Kendaraan
Biaya operasi kendaraan pada ruas jalan Lubuk Pakam – Perbaungan
(65)
• Konsumsi Bahan Bakar
Dengan menghitung nilai konsumsi bahan bakar dasar pada persamaan (4.4),
maka diperoleh biaya konsumsi bahan bakar untuk masing – masing golongan
kendaraan pada jalan tol dan jalan alternatif adalah :
Tabel 4.12 Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 2) Jenis
Kendaraan
Konsumsi Bahan Bakar
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=35 km/jam) Liter/km Biaya Liter/km Biaya
Golongan I 0,116 523,16 0,06921 311,445
Golongan IIA 0,263 1.183,5 0,15680 705,586
Golongan IIB 0,338 1.521,37 0,20128 905,778
Catatan : Harga bahan bakar : Rp 4500 / liter
• Konsumsi Minyak Pelumas
Berdasarkan tabel (4.3) konsumsi minyak pelumas untuk masing – masing
golongan kendaraan pada kasus ini adalah :
Tabel 4.13 Konsumsi minyak pelumas berdasarkan jenis kendaraan (Ruas 2) Jenis Kendaraan Konsumsi Minyak Pelumas
Jalan Tol (V = 80 km / jam) Jalan Arteri (V=35 km/jam) Liter/km Biaya (Rp) Liter/km Biaya (Rp)
Golongan I 0,0031 108,5 0,0027 94,5
Golongan IIA 0,0057 199,5 0,0054 188,977
Golongan IIB 0,0046 161 0,0043 150,5
Catatan : Harga pelumas : Rp 35.000 (golongan I)
• Biaya Pemakaian Ban
Biaya pemakaian untuk masing – masing golongan kendaraan dapat dilihat pada
(1)
Golongan IIB
Grafik 4.3. Analisa sensitivitas terhadap perubahan tarif tol (Golongan IIB)
Berdasarkan analisa sensitivitas terhadap perubahan tarif tol pada kendaraan golongan IIB, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
• Arah kemiringan garis (negatif) menunjukkan bahwa semakin tinggi tarif tol akan semakin memperkecil probabilitas pemilihan rute tol.
• Tarif tol yang terus meningkat akan memungkinkan pelaku perjalanan akan menggunakan rute alternatif.
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang ditelah dilakukan pada penelitian pemilihan rute diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah lalu lintas yang terdistribusi ke jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi berdasarkan analisa kurva diversi adalah :
Ruas Jalan Volume Lalu Lintas (Kend/Jam)
Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
Tg. Morawa – Lb. Pakam
4060 900 930
Lb. Pakam – Tg. Morawa
5420 850 1990
Lb. Pakam – Perbaungan
4930 1190 3110
Perbaungan – Lb. Pakam
5040 1060 990
Perbaungan – Bts. Deli Serdang
3290 530 1270
Bts. Deli Serdang – Perbaungan
3790 450 790
Bts. Deli Serdang – Sei Rampah
4400 570 1270
Sei Rampah – Bts. Deli Serdang
(3)
Tebing Tinggi – Sei Rampah 4930 830 2650
2. Jumlah lalu lintas yang terdistribusi ke jalan tol Tanjung Morawa – Tebing Tinggi berdasarkan analisa metode gravity adalah :
Ruas Jalan Volume Lalu Lintas (Kend/Hari)
Golongan I Golongan IIA Golongan IIB
Tg. Morawa – Lb. Pakam 3160 870 840
Lb. Pakam – Tg. Morawa 4210 830 1810
Lb. Pakam – Perbaungan 4280 760 1990
Perbaungan – Lb. Pakam 4370 680 630
Perbaungan – Bts. Deli Serdang
2530 470 1250
Bts. Deli Serdang – Perbaungan
2910 400 780
Bts. Deli Serdang – Sei Rampah
3370 550 970
Sei Rampah – Bts. Deli Serdang
1950 440 1350
Sei Rampah – Tebing Tinggi 2880 610 1680
(4)
3. Jumlah kendaraan yang akan beralih dari jalan eksisting berada pada kisaran 45,7%-64,3% yang menunjukkan perlunya pengadaan jalan tol untuk mengurangi kepadatan pada ruas jalan eksisting Tanjung Morawa – Tebing Tinggi.
4. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan tarif tol akan mengakibatkan perubahan terhadap pemilihan rute tol. Kenaikan tarif tol akan menyebabkan penurunan penggunaan jalan tol oleh pelaku perjalanan.
V.2. Saran
1. Perlunya pengembangan sistem transportasi pada ruas jalan Tanjung Morawa – Tebing Tinggi untuk mengurangi kepadatan volume lalu lintas yaitu dengan pengembangan jalan tol.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar melakukan reklasifikasi golongan kendaraan dari tiga golongan menjadi lima golongan sesuai dengan perubahan yang telah dilakukan oleh PT. Jasa Marga.
3. Penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan data eksisting. Untuk perhitungan volume lalu lintas yang bertambah akibat pembangunan bandara Kuala Namu dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Agung, Yana, dkk. (2007) Studi Kelayakan Jalan Tol Pengambengan – Pengragoan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 11, No.1.
2. Iskandar, Hikmat. (2008) Perencanaan Volume Lalu Lintas Untuk Jalan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan Dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pekerjaan Umum.
3. Jotin, Khisty.C and B. Kent Lall. (2003) Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 2. Penebit Erlangga.
4. Miro, Fidel. (2005) Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
5. National Association of Australian State Road Authorities. (1982) Guide To
Traffic Counting In State Road Authorities. Sydney.
6. Napitupulu, Richard dan Filiyanti Bangun.2005.”Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi Lebih Prioritas Daripada Medan – Binjai”. Harian Sinar Indonesia Baru:
Kolom Opini.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol.
8. Sabry M, H.Abd – El-Latif, S.Yousef, Badra. (2007) A Time - Series Forecasting
of Average Daily Traffic Volume. Ain Shams University, Cairo, Egypt.
9. Sabry M, et al. (2007). Comparison Between Regression and Arima Models in
(6)
10.Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
11.Tamin, O.Z. (2008). Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi: Teori, Contoh Soal, dan Aplikasi. Penerbit ITB, Bandung.
12.Tamin, O.Z. (1995). The Analysis of Route Choice Between Toll and Alternative
Road Using Diversion Curve Model: A Case Study in Jakarta (Indonesia),
Proceeding of the 7th World Conference on Transport Research, Sydney,