Penggunaan Analgetik Pada Dismenore Mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

(1)

PENGGUNAAN ANALGETIK PADA DISMENORE MAHASISWI SEMESTER III, V DAN VII T.A. 2011/2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH :

SULOCHANA MOHAN 080100431

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGGUNAAN ANALGETIK PADA DISMENORE MAHASISWI SEMESTER III, V DAN VII T.A. 2011/2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

SULOCHANA MOHAN NIM : 080100431

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul:

Penggunaan Analgetik Pada Dismenore Mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

Nama : Sulochana Mohan NIM : 080100431

Pembimbing Penguji

(Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK) (Prof. dr. Guslihan D. Tjipta, SpA(K)) NIP : 19511202 197902 1 001 NIP : 19550817 198111 1 002

(dr. T. Siti Harilza Zubaidah, Sp.M) NIP : 19731221 200312 2 001

Medan, 12 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Dismenore adalah rasa mulas, rasa sakit pada perut bagian bawah dan dirasakan pada saat menstruasi, yang kebanyakan dialami oleh wanita usia muda. Tingginya angka prevalensi dan morbiditas dari dismenore kurang mendapat perhatian dari dunia medis, dikarenakan banyak wanita yang dikondisikan untuk menerima rasa sakit itu sebagai sesuatu yang normal, bersifat psikis walaupun hal tersebut menghambat aktivitas mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup wanita. Penggunaan analgetik dapat mengurangi dismenore.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ada penggunaan analgetik pada dismenore. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan penelitian ini dilakukan pada 100 orang mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Mahasiswi yang menjadi sampel harus sudah mengalami menstruasi dan tidak sedang hamil. Informasi mengenai usia, jarak antara haid tiap bulan, penggunaan analgetik, dan skor nyeri sebelum dan setelah menggunakan analgetik didapatkan melalui kuesioner dan wawancara langsung.

Hasilnya sebagian besar responden merasakan nyeri haid yang berat sebelum pengobatannya (77.4%). Sebanyak 31% responden menggunakan analgetik sebagai terapi dismenore dan parasetamol adalah analgetik yang paling banyak digunakan (58.1%). Semua analgetik adalah berkhasiat karena kejadian dismenore menurun dengan penggunaan analgetik bagi responden.

Hal ini disarankan bagi mahasiswi agar meningkatkan pengetahuan mengenai analgetik supaya dapat mengobati dismenore dengan lebih efektif dan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan variable lain seperti stress, kebiasaan minum alkohol, pola makan, dll.


(5)

ABSTRACT

Dysmenorrhea is defined as nausea and low abdominal pain during menstruation occurring predominantly in young women. Dysmenorrhea is a very common problem in young women, but the very high risk of prevalence and substantial morbidity of it may not come to medical attention because many women were conditioned to regard to pain as a normal, physiological event, even if it restricts their daily activities and may reduce their quality of life. Analgesics are thought to alleviate dysmenorrheal.

The aim of this study was to determine the use of analgesics in dysmenorrhea. This research was a descriptive study and investigation was done on 100 medical students of Universitas Sumatera Utara. These adolescents must already menstruate and not pregnant. Information on present age, duration of menses, periode between each menstrual cycle, use of analgesics, types of analgesics used and the pain score before and after using analgesics were obtained through questionnaire and direct interview.

The results were most respondents felt severe pain before the treatment (77.4%). As many as 31% of respondents used analgesics as a therapy for dysmenorrheal and paracetamol was mostly used analgesic (58.1%). All analgesics used were effective because the incidence of dysmenorrheal decreased after the use of it.

It is advised to improve knowledge on analgesics in order to effectively treat dysmenorrheal and for further research is advised to include other variables such as stress, alcohol consumption, diet, etc.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kurniaNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Penggunaan Analgetik Pada Dismenore, Mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara”. Penulisan karya tulis ini disusun sebagai satu syarat kelulusan menjadi sarjana kedokteran.

Selama saya menyusun Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dan untuk itu saya menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Saya juga berterima kasih kepada Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini juga saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua saya yang membantu memberikan dukungan moral dan materi. Terima kasih juga kepada semua teman-teman yang turut banyak membantu dengan memberikan ide-ide yang sangat membantu.

Saya mengakui bahwa apa yang ditulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya mengharapkan saran, petunjuk dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.

Medan, 13 Desember 2011 Penulis

Sulochana Mohan 080100431


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v-vii DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... .. 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1 Menstruasi ... 5

2.2 Dismenore ... 8

2.2.1 Definisi Dismenore ... 8

2.2.2 Diagnosis Dismenore ... 10

2.2.3 Pengobatan Dismenore... 10

2.3 Analgetik ... 11

2.4 Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) ... 13

2.4.1 Definisi dan Cara kerja ... 13

2.4.2 Kegunaan OAINS... 13

2.4.3 Perbedaan antara OAINS ... 14

2.4.4 Efek samping OAINS ... 14

2.4.5 Interaksi OAINS dengan Obat-Obat yang Lain ... 16


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2 Defenisi Operasional... 17

3.3 Alat Ukur... 17

3.4 Cara Ukur... 17

3.5 Hasil Ukur... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1 Jenis Penelitian ... 19

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

4.5 Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 22

5.1 Jenis Penelitian ... 22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3 Hasil Analisis Data ... 24

5.2 Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Interaksi OAINS dengan obat-obat yang lain 16 5.1 Distribusi frekuensi karekteristik responden

berdasarkan semester

23

5.2 Distribusi frekuensi karekteristik responden berdasarkan usia

23

5.3 Distribusi tindakan yang dilakukan untuk menangani dismenore

24

5.4 Distribusi tindakan yang dilakukan untuk menangani dismenore tanpa analgetik

24

5.5 Distribusi jenis analgetik yang digunakan untuk menangani dismenore

25

5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan penggunaan analgetik tiap kali datang haid

25

5.7 Distribusi frekuensi jumlah tablet dalam satu kali pemberian

26

5.8 Distribusi frekuensi intensitas nyeri haid sebelum pengobatan

26

5.9 Distribusi frekuensi intensitas nyeri haid setelah pengobatan

27

5.10 Keparahan nyeri haid sebelum penggunaan analgetik

27

5.11 Keparahan nyeri haid setelah penggunaan analgetik

28

5.12 Jumlah tablet yang digunakan sebelum pengobatan nyeri haid


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Perubahan Selama Siklus Menstruasi 6

3.1 Kerangka konsep penggunaan analgesik pada dismenore


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Lembar Penjelasan

Lampiran 5 Data Hasil Deskriptif

Lampiran 6 Surat Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearance)


(12)

ABSTRAK

Dismenore adalah rasa mulas, rasa sakit pada perut bagian bawah dan dirasakan pada saat menstruasi, yang kebanyakan dialami oleh wanita usia muda. Tingginya angka prevalensi dan morbiditas dari dismenore kurang mendapat perhatian dari dunia medis, dikarenakan banyak wanita yang dikondisikan untuk menerima rasa sakit itu sebagai sesuatu yang normal, bersifat psikis walaupun hal tersebut menghambat aktivitas mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup wanita. Penggunaan analgetik dapat mengurangi dismenore.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ada penggunaan analgetik pada dismenore. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan penelitian ini dilakukan pada 100 orang mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Mahasiswi yang menjadi sampel harus sudah mengalami menstruasi dan tidak sedang hamil. Informasi mengenai usia, jarak antara haid tiap bulan, penggunaan analgetik, dan skor nyeri sebelum dan setelah menggunakan analgetik didapatkan melalui kuesioner dan wawancara langsung.

Hasilnya sebagian besar responden merasakan nyeri haid yang berat sebelum pengobatannya (77.4%). Sebanyak 31% responden menggunakan analgetik sebagai terapi dismenore dan parasetamol adalah analgetik yang paling banyak digunakan (58.1%). Semua analgetik adalah berkhasiat karena kejadian dismenore menurun dengan penggunaan analgetik bagi responden.

Hal ini disarankan bagi mahasiswi agar meningkatkan pengetahuan mengenai analgetik supaya dapat mengobati dismenore dengan lebih efektif dan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan variable lain seperti stress, kebiasaan minum alkohol, pola makan, dll.


(13)

ABSTRACT

Dysmenorrhea is defined as nausea and low abdominal pain during menstruation occurring predominantly in young women. Dysmenorrhea is a very common problem in young women, but the very high risk of prevalence and substantial morbidity of it may not come to medical attention because many women were conditioned to regard to pain as a normal, physiological event, even if it restricts their daily activities and may reduce their quality of life. Analgesics are thought to alleviate dysmenorrheal.

The aim of this study was to determine the use of analgesics in dysmenorrhea. This research was a descriptive study and investigation was done on 100 medical students of Universitas Sumatera Utara. These adolescents must already menstruate and not pregnant. Information on present age, duration of menses, periode between each menstrual cycle, use of analgesics, types of analgesics used and the pain score before and after using analgesics were obtained through questionnaire and direct interview.

The results were most respondents felt severe pain before the treatment (77.4%). As many as 31% of respondents used analgesics as a therapy for dysmenorrheal and paracetamol was mostly used analgesic (58.1%). All analgesics used were effective because the incidence of dysmenorrheal decreased after the use of it.

It is advised to improve knowledge on analgesics in order to effectively treat dysmenorrheal and for further research is advised to include other variables such as stress, alcohol consumption, diet, etc.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat manusia, namun sampai sekarang masih merupakan topik yang banyak menarik minat sebagian besar kalangan wanita karena setiap bulan wanita mengalami menstruasi dan sering mengalami nyeri akibat haid. Nyeri haid ini timbul bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga segera setelah menstruasi (Marsden et al, 2004).

Nyeri haid atau dismenore adalah gangguan ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang terjadi selama menstruasi, tetapi rasa sakit mungkin mulai hari ke-2 atau lebih sebelum menstruasi. Hal ini kadang-kadang dikaitkan dengan sakit kepala, mual, muntah, sakit perut yang difus, sakit punggung, malaise umum, kelemahan, dan gejala gastrointestinal lainnya. Dismenore dibagi menjadi primer dan sekunder. Dismenore primer terjadi segera setelah menarche biasanya pada 6 sampai 12 bulan pertama dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan patologis panggul. Dismenore sering terabaikan karena dokter tidak sepenuhnya menyadari prevalensi dan morbiditasnya yang tinggi (Marsden et al, 2004).

Dismenore mempengaruhi 40% sampai 70% dari wanita usia reproduksi dan merupakan salah satu penyebab yang paling sering untuk absen dari pekerjaan dan sekolah. 10% sampai 12% dari wanita, terganggu aktivitas sehari-harinya oleh karena dismenore. Kebanyakan penderita dismenore adalah wanita muda, walaupun dijumpai juga dikalangan yang berusia lanjut (Zhang & Li, 1998). Di Amerika Serikat, dismenore adalah penyebab paling utama ketidakhadiran berulang disekolah. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa, remaja dengan dismenore, mengalami penurunan pada prestasi akademis, sosial dan kegiatan olahraga (Singh et al, 2008). Suatu survei gadis remaja menunjukkan


(15)

bahwa lebih dari 90% dari wanita melaporkan mengalami kram menstruasi. Dismenore yang paling sering terjadi adalah dismenore primer, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 10-15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat sampai menggangu aktivitas dan kegiatan sehari-hari. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun (Melissa, 2011).

Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga yang benar-benar muntah (Kingston, 1995). Remaja yang mengalami dismenore pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore (Marsden et al, 2004).

Menurut Harahap (2001), hasil angket yang diberikan kepada peserta pelatihan di salah satu pusat industri di Indonesia menunjukkan keluhan buruh wanita (jumlah responden 55 orang), antara lain nyeri haid 58,18%, menstruasi yang tidak teratur 41,82%, nyeri pinggang 34,55% dan nyeri perut bagian bawah 16,36%. Gambaran tersebut sangat jelas menunjukkan adanya buruh yang mengalami beberapa gejala yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu dialami oleh buruh wanita usia reproduksi sehingga kondisi itu pun di khawatir akan mengganggu produktivitas mereka.

Analgetik merupakan obat yang sering digunakan oleh wanita yang mengalami nyeri yang disebabkan oleh haid, termasuklah analgetik dari kelas obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), dan berdasarkan apa yang di kaji


(16)

sebelum ini menunjukkan bahwa prostaglandin terlibat dalam patogenesis dismenore. OAINS adalah inhibitor sintetase prostaglandin perifer. (Zhang & Li, 1998).

Pada 1960-an kontrasepsi oral digunakan untuk mengobati dismenore, tetapi sejak tahun 1970 sebagai hasil penelitian dasar cara tertentu untuk obat anti-inflamasi menunjukkan bahwa prostaglandin terlibat dalam patogenesis dismenore primer. Sejumlah besar OAINS tersedia secara komersial dan banyak, seperti naproxen, ibuprofen, asam mefenamat dan aspirin telah disetujui seluruh dunia untuk digunakan dalam dismenore primer. Asetaminofen (parasetamol) bukan inhibitor prostaglandin sintetase perifer dan ia berguna untuk dibandingkan dengan obat-obatan ini. Meskipun dasar teoritis menyatakan bahwa obat-obat anti-inflamasi lebih baik dari acetaminophen, tetapi masih tidak pasti pengobatan primer apa yang digunakan untuk dismenore. (Zhang & Li, 1998)

Berdasarkan huraian diatas, saya merancang sebuah penelitian untuk menilai penggunaan analgetik pada dismenore.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada penggunaan analgetik pada dismenore mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada penggunaan analgetik pada dismenore mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.


(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui apakah mahasiswi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menggunakan analgetik atau tidak sebagai penanganan untuk mengatasi dismenore.

 Untuk mengetahui jenis analgetik apakah yang digunakan oleh mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Untuk Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dalam memberikan solusi pemecahan masalah bagaimana cara penurunan nyeri yang lebih efektif dan efisien pada kasus dismenore.

1.4.2. Untuk Peneliti Lain

Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis sekaligus mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti.

1.4.3. Untuk Penderita/teman mahasiswi

Memberi masukan pada teman-teman mahasiswi yang selama ini sering mengalami dismenore dan akan mempercepat pengembalian Activity Daily Living (ADL) dan fungsional penderita.

1.4.4 Untuk Fakultas Kedokteran USU

Memberikan informasi pada fakultas tentang pengaruh analgetik terhadap dismenore, sehingga pihak fakultas dapat lebih memperhatikan siswi di fakultas tersebut.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi

Menstruasi adalah peluhuran lapisan rahim (endometrium) disertai dengan pendarahan. Ini terjadi dalam siklus bulanan sepanjang hidup selama usia reproduksi, kecuali selama kehamilan.

Menstruasi dimulai saat pubertas (menarche) dan berhenti secara permanen pada menopause. Menurut definisi, siklus menstruasi dimulai dengan hari pertama perdarahan, yang dihitung sebagai hari pertama. Siklus berakhir tepat sebelum periode menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi biasanya berkisar sekitar 25 sampai 36 hari. Hanya 10% sampai 15% dari perempuan memiliki siklus yang tepat 28 hari. Biasanya, siklus bervariasi dan interval antara menstruasi, terpanjang pada tahun-tahun Setelah menarche dan sebelum menopause.

Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 sampai 7 hari, rata-rata 5 hari. Kehilangan darah selama siklus biasanya berkisar antara ½ sampai 2 ½ ons. Sebuah sanitary pad atau tampon, tergantung pada jenis, dapat menyimpan hingga satu ons darah. Darah menstruasi, tidak seperti darah akibat cedera, biasanya tidak membeku kecuali pendarahan yang sangat berat.

Siklus menstruasi diatur oleh hormon. Luteinizing hormone dan follicle-stimulating hormone, yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis, mempromosikan ovulasi dan merangsang ovari untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron merangsang rahim dan payudara untuk mempersiapkan pembuahan. Siklus ini memiliki tiga fase yaitu follikular (sebelum pelepasan telur), ovulasi (melepaskan telur), dan luteal (setelah pelepasan telur) (Peter, 2007).


(19)

Gambar 2.1: Perubahan Selama Siklus Menstruasi

Fase folikular: Fase ini dimulai pada hari pertama perdarahan haid (hari 1). Tetapi perkara utama dalam fase ini adalah pengembangan folikel dalam ovarium.

Pada awal fase folikular, lapisan rahim (endometrium) tebal dengan cairan dan nutrisi untuk mempersiapkan datangnya embrio. Jika tidak ada telur telah dibuahi, tingkat estrogen dan progesteron rendah. Akibatnya, lapisan atas endometrium luruh, dan perdarahan terjadi.

Sekitar saat ini, kelenjar pituitari meningkatkan sedikit produksi follicle-stimulating hormone. Hormon ini lalu merangsang pertumbuhan 3-30 folikel. Setiap folikel berisi telur. Kemudian pada fase ini, berkurangnya tingkat hormon


(20)

ini, hanya satu dari folikel (disebut folikel dominan) terus bertambah. Ia segera mulai memproduksi estrogen, dan folikel lain yang dirangsang mulai rusak.

Rata-rata, fase folikuler berlangsung sekitar 13 atau 14 hari. Dari tiga fase, fase ini bervariasi paling panjang. Hal ini cenderung untuk menjadi lebih pendek apabila mendekati menopause. Tahap ini berakhir ketika tingkat luteinizing hormone meningkat secara dramatis (lonjakan). Hasil melonjakkan menyebabkan pelepasan telur (ovulasi).

Fase ovulasi: Fase ini dimulai ketika tingkat luteinizing hormone lonjakan. Luteinizing Hormone merangsang folikel dominan untuk menonjol dari permukaan ovarium pecah dan akhirnya, melepaskan telur. Tingkat follicle-stimulating hormone menurun ke tingkat yang lebih rendah. Fungsi peningkatan follicle-stimulating hormone tidak dipahami. Fase ovulasi biasanya berlangsung 16-32 jam. Hal ini berakhir ketika telur dilepaskan.

Sekitar 12 sampai 24 jam setelah telur dilepaskan, peningkatan luteinizing hormone dapat dideteksi dengan mengukur tingkat hormon ini dalam urin. Pengukuran ini dapat digunakan untuk menentukan kapan wanita subur. Telur bisa dibuahi sekitar 12 jam setelah pelepasannya. Fertilisasi lebih mungkin terjadi ketika sperma hadir dalam saluran reproduksi sebelum telur dilepaskan.

Sekitar waktu ovulasi, beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada salah satu sisi perut bagian bawah. Nyeri ini dikenali sebagai mittelschmerz (nyeri tengah). Nyeri dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri dirasakan di sisi yang sama dimana ovarium yang melepaskan telur, tapi penyebab nyeri tidak diketahui. Nyeri dapat mendahului atau diikuti pecahnya folikel dan mungkin tidak terjadi pada semua siklus. Telur yang dilepaskan tidak bergantian antara kedua ovarium dan tampaknya acak. Jika salah satu ovarium dikeluarkan, ovarium satu lagi melepaskan telur setiap bulan.


(21)

Fase luteal: Fase ini dimulai setelah ovulasi. Ini berlangsung sekitar 14 hari (kecuali pembuahan terjadi) dan berakhir tepat sebelum periode menstruasi. Pada tahap ini, folikel yang pecah menutup setelah melepaskan telur dan membentuk struktur yang disebut korpus luteum, yang memproduksi progesteron yang tinggi. Corpus luteum mempersiapkan rahim jika pembuahan terjadi. Progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum menyebabkan endometrium menebal, diisi dengan cairan dan nutrisi untuk melindungi janin potensial. Progesteron menyebabkan lendir di leher rahim menebal, sehingga sperma atau bakteri cenderung untuk memasuki rahim. Progesteron juga menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai periode menstruasi mula. Peningkatan suhu dapat digunakan untuk memperkirakan apakah ovulasi telah terjadi. Selama sebagian dari fase luteal, tingkat estrogen meningkat.

Estrogen juga merangsang penebalan endometrium. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron menyebabkan saluran susu di payudara untuk melebar. Akibatnya, payudara akan membengkak dan menjadi lembut. Jika telur tidak dibuahi, korpus luteum akan degenerasi setelah 14 hari, dan siklus haid baru akan bermula. Jika telur dibuahi, sel-sel di sekitar embrio berkembang mulai menghasilkan hormon yang disebut human chorionic gonadotropin. Hormon ini memelihara korpus luteum, yang terus memproduksi progesteron, sampai janin bisa menghasilkan hormon sendiri. (Peter, 2007)

2.2 Dismenore

2.2.1 Definisi Dismenore

Uterus adalah otot. Seperti semua otot, ia bisa berkontraksi dan relaksasi. Selama haid, kontraksi lebih kuat. Kadang-kadang ketika kontraksi seseorang itu akan merasakan sakit kram. Kontraksi otot-otot rahim berlaku ketika prostaglandin dihasilkan. Prostaglandin adalah bahan kimia yang dibuat oleh lapisan rahim. Sebelum menstruasi, tingkat prostaglandin meningkat. Kadar prostaglandin pada


(22)

awal datangnya haid adalah tinggi. Ketika menstruasi, prostaglandin menurun. Inilah sebabnya rasa sakit seseorang itu berkurang setelah beberapa hari haid.

Meskipun sebagian besar wanita memiliki ketidaknyamanan dengan periode menstruasi mereka, kadang-kadang sakit parah dan bisa disertai dengan gejala lainnya. Ini disebut dismenore. Ada dua jenis dismenore yaitu primer atau sekunder.

Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri panggul yang berasal dari menstruasi dan produksi alami prostaglandin. Seringkali bermula segera setelah pra-remaja atau remaja yang mengalami haid. Dalam banyak kasus, menstruasi seorang wanita menjadi kurang menyakitkan saat ia menjadi tua. Rasa sakit juga dapat berkurang setelah melahirkan. Namun, beberapa wanita terus memiliki rasa sakit selama menstruasi mereka.

Dismenore Sekunder

Dismenore Sekunder disebabkan oleh penyebab selain dari haid dan produksi prostaglandin alami. Ini bisa terjadi lambat dalam kehidupan daripada dismenore primer. Jenis rasa sakit ini sering berlangsung lebih lama daripada kram normal. Sebagai contoh, itu mungkin mulai lama sebelum mulanya haid. Rasa sakit mungkin memburuk dengan haid dan tidak hilang setelah haid berakhir. Beberapa penyebab paling umum dismenore sekunder adalah:

 Endometriosis

Suatu kondisi dimana jaringan dari lapisan rahim berada di luar rahim, seperti di ovarium dan saluran tuba. Jaringan ini masih bertindak seperti apa yang dilakukannya dalam rahim. Ia respon pada perubahan hormon bulanan dan juga merusak dan berdarah. Perdarahan ini, terjadi di luar rahim dan vagina, dapat menyebabkan rasa sakit, terutama tepat sebelum, selama, atau setelah haid.


(23)

 Fibroid

Otot tumor atau pertumbuhan yang terbentuk di luar, di dalam, atau di dinding rahim. Tumor ini bukan kanker, tetapi mereka dapat menyebabkan haid nyeri dan perdarahan berat. (ACOG, 2011)

2.2.2 Diagnosis Dismenore

Penyebab dismenore ditentukan oleh riwayat kesehatan, termasuk gejala dan siklus haid, dan pemeriksaan panggul. Berdasarkan hasil ini, dokter mungkin juga menyarankan beberapa ujian dan tes tambahan, seperti:

 Tes PAP Smear

 Tes laboratorium tertentu

 USG

Computerized tomography (CT)

Magnetic resonance imaging (MRI)

2.2.3 Pengobatan Dismenore

Kram menstruasi adalah kondisi yang bisa diobati dengan:

 OAINS

OAINS dapat membantu dalam mengurangi rasa sakit akibat kram menstruasi. Dokter mungkin pada awalnya menyarankan menggunakan OAINS over-the-counter, seperti ibuprofen (Advil, Motrin, lain-lain) atau naproxen (Aleve), dimulakan pada dosis biasa sehari sebelum mulanya haid. Resep OAINS, seperti asam mefenamat (Ponstel), juga tersedia.

 KB hormonal

Pil KB oral mengandung hormon yang mencegah ovulasi dan mengurangi keparahan kram menstruasi. Hormon ini juga didapati dalam bentuk lain seperti injeksi, patch mengenakan pada kulit, implan ditempatkan di bawah kulit lengan atau cincin fleksibel yang dimasukkan ke dalam vagina.


(24)

 Bedah

Jika kram menstruasi disebabkan oleh kelainan yang mendasarinya, seperti endometriosis atau fibroid, operasi pengangkatan jaringan abnormal dapat membantu mengurangi gejala. (MFMER, 2011)

Pengobatan lain dapat membantu mengurangi rasa sakit, walaupun mereka tidak mencegahnya seperti:

 Mengambil vitamin B1 atau suplemen magnesium

 Pijat

 Akupunktur atau akupresur

 Upaya untuk mengurangi stres juga dapat membantu. (ACOG, 2011)

2.3 Analgetik

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran pasien. Ia bekerja dengan mengurangi jumlah nyeri yang terasa dan ini umumnya dicapai dengan mengganggu transmisi nyeri oleh syaraf. Analgetik tidak dapat menghilangkan penyebab rasa sakit tapi ia dapat memberikan bantuan sementara dari gejala sakit. (ADF, 2011)

Analgetik diklasifikasikan berdasarkan mekanisme tindakan:

Opioid menghilangkan rasa sakit (opium dan senyawa sintetik yang serupa), yang bertindak pada reseptor di otak untuk menghambat impuls nyeri. Opioid analgetik dapat digunakan baik untuk menghilangkan rasa sakit jangka pendek atau jangka panjang, meskipun toleransi obat dan ketergantungan fisik berkembang dengan penggunaan jangka panjang.

Nonopioid (OAINS serta asetaminofen dan phenacetin), yang menghambat sintesis prostaglandin. Analgetik nonopioid umumnya digunakan untuk bantuan nyeri jangka pendek, ringan sampai sedang. Sebagian besar, analgetik umum digunakan nonopioid ringan, yang digunakan berasal dari tiga senyawa, semua pertama kali ditemukan pada


(25)

abad ke-19 yaitu asam salisilat, turunan pyrazolone, dan phenacetin (atau acetophenetidin). Analgetik yang paling umum digunakan adalah aspirin, atau asam asetilsalisilat, yang mengurangi demam dan mengurangi peradangan, serta mengurangi rasa sakit. Dari OAINS lebih baru, yang paling umum digunakan adalah ibuprofen, yang diperkenalkan pada tahun 1970-an. Ia melakukan kerja yang sama seperti aspirin, meskipun menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dan lebih baik ditoleransi oleh kebanyakan individu.

Asetaminofen adalah analgetik non-narkotik over-the-counter yang paling umum digunakan. Asetaminofen adalah obat penghilang rasa sakit popular karena bersifat efektif untuk menghilangkan rasa sakit ringan sampai sedang dan relatif murah. Harus ditekankan bahwa meskipun keselamatan asetaminofen terkait dengan penggunaan yang tepat dari obat (gunakan sesuai dengan petunjuk resep spesifik). Jika asetaminofen tidak digunakan sesuai petunjuk pada label, efek samping yang serius dan mungkin akan mengakibatkan fatal. OAINS termasuk aspirin, naproxen, ibuprofen, dan beberapa obat lain membutuhkan resep. Obat-obatan ini mengurangi rasa sakit, dan mereka juga mengurangi peradangan yang disebabkan oleh cedera, arthritis, atau demam. OAINS bekerja dengan mengurangi produksi zat yang menyerupai hormon yang disebut prostaglandin, yang menyebabkan rasa sakit. (David, 2009)

Analgetik adjuvan adalah obat yang memiliki tindakan analgetik lemah atau tidak ada bila diberikan tetapi dapat meningkatkan tindakan analgetik bila dipakai bersamaan dengan agen analgetik. Agen semacam ini sering diberikan pada kasus nyeri refrakter. Untuk beberapa sindroma sakit kronis, bagaimanapun, mereka mungkin merupakan pengobatan pertama. Karena sakit adalah pengalaman individu, rejimen analgesik mungkin memerlukan beberapa obat yang terdiri dari berbagai dosis untuk memberikan keadaan yang nyaman. Terapi adjunktif seperti antidepresan


(26)

trisiklik, antikonvulsan, antagonis reseptor N-metil-D-asam aspartat dan anestesi lokal dosis rendah intravena, dan yang lain, telah terbukti dalam mengurangi nyeri jenis tertentu, terutama neuropatik dan nyeri kanker. (Lamont et al, 2000)

2.4 Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) 2.4.1 Definisi dan Cara kerja

Prostaglandin adalah bahan kimia yang diproduksi oleh sel-sel tubuh dan memiliki beberapa fungsi penting. Mereka mempromosikan peradangan, nyeri, dan demam, mendukung fungsi pembekuan darah trombosit, dan melindungi lapisan perut dari efek merusak dari asam. Prostaglandin diproduksi di dalam sel-sel tubuh oleh enzim siklooksigenase (COX). Ada dua enzim COX yaitu COX-1 dan COX-2. Kedua enzim menghasilkan prostaglandin yang mempromosikan peradangan, nyeri, dan demam. Namun, hanya COX-1 menghasilkan prostaglandin platelet yang mendukung dan melindungi lambung. OAINS memblok enzim COX dan mengurangi prostaglandin seluruh tubuh. Sebagai konsekuensinya peradangan, nyeri, dan demam berkurang. Karena prostaglandin melindungi perut dan mendukung trombosit dan pembekuan darah berkurang, OAINS dapat menyebabkan borok di lambung dan mempromosikan perdarahan.

2.4.2 Kegunaan OAINS

OAINS digunakan terutama untuk mengobati peradangan, nyeri ringan sampai sedang, dan demam. Penggunaan spesifik mencakup pengobatan sakit kepala, arthritis, cedera olahraga, dan kram menstruasi. Ketorolac (Toradol) hanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek nyeri akut yang cukup parah yang seharusnya dapat diobati dengan opioid. Aspirin (juga suatu OAINS) digunakan untuk menghambat pembekuan darah dan mencegah stroke dan serangan jantung pada individu yang beresiko tinggi. OAINS juga termasuk dalam persiapan dingin dan alergi.


(27)

2.4.3 Perbedaan antara OAINS

OAINS bervariasi dalam potensi mereka, durasi tindakan, bagaimana ia dikeluarkan dari tubuh, seberapa kuat ia menghambat COX-1 dan kecenderungannya untuk menyebabkan bisul dan mempromosikan perdarahan. Semakin banyak OAINS menghambat COX-1, semakin besar kecenderungan untuk menimbulkan bisul dan mempromosikan perdarahan. Salah satu OAINS, celecoxib (Celebrex), menghambat COX-2 tetapi memiliki pengaruh yang kecil terhadap COX-1, dan karena itu lebih diklasifikasikan sebagai inhibitor COX-2 selektif. Selektif COX-2 inhibitor menyebabkan perdarahan dan tukak kurang dari OAINS yang lainnya.

Aspirin adalah OAINS yang unik, bukan hanya karena banyak kegunaan, tetapi karena itu adalah OAINS yang menghambat pembekuan darah dalam waktu lama (4 sampai 7 hari). Efek berkepanjangan aspirin ini membuatkannya obat yang ideal untuk mencegah penggumpalan darah yang menyebabkan serangan jantung dan stroke.

Kebanyakan OAINS menghambat pembekuan darah hanya dalam beberapa jam. Ketorolac (Toradol) adalah OAINS sangat ampuh dan digunakan untuk nyeri akut yang cukup parah yang biasanya membutuhkan narkotika. Ketorolac menyebabkan tukak lebih sering daripada OAINS lain. Oleh karena itu, ia tidak digunakan untuk lebih dari lima hari. Meskipun OAINS memiliki mekanisme aksi yang sama, individu yang tidak merespon satu OAINS dapat menanggapi yang lain.

2.4.4 Efek samping OAINS

OAINS berhubungan dengan beberapa efek samping. Frekuensi efek samping bervariasi antara OAINS. Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah, diare, sembelit, penurunan nafsu makan, ruam, pusing, sakit kepala, dan mengantuk. OAINS juga dapat menyebabkan retensi cairan, yang menyebabkan


(28)

edema. Efek samping yang paling serius adalah gagal ginjal, gagal hati, ulkus dan perdarahan berkepanjangan setelah cedera atau pembedahan.

Beberapa individu yang alergi terhadap OAINS dapat mengembangkan sesak napas ketika suatu OAINS diambil. Orang dengan asma beresiko lebih tinggi untuk mengalami reaksi alergi serius terhadap OAINS. Individu dengan alergi serius terhadap satu OAINS cenderung mengalami reaksi mirip dengan OAINS yang berbeda.

Penggunaan aspirin pada anak-anak dan remaja dengan cacar air atau influenza telah dikaitkan dengan perkembangan Reye's syndrome. Oleh karena itu, aspirin dan non-aspirin salisilat [misalnya, salsalate (Amigesic)] tidak boleh digunakan pada anak-anak dan remaja dengan dicurigai atau dikonfirmasi cacar air atau influenza.

OAINS dapat meningkatkan risiko fatal, reaksi lambung dan usus yang merugikan (misalnya, perdarahan, borok, dan perforasi lambung atau usus). Peristiwa ini dapat terjadi kapan saja selama pengobatan dan tanpa peringatan gejala. Pasien lansia berada pada resiko lebih besar untuk peristiwa yang merugikan. OAINS (kecuali aspirin dosis rendah) dapat meningkatkan resiko serangan jantung fatal, stroke, dan kondisi yang terkait. Resiko ini dapat meningkat dengan durasi penggunaan dan pasien beresiko untuk mendapat penyakit jantung dan pembuluh darah. OAINS tidak boleh digunakan untuk pengobatan sakit akibat operasi graft bypass arteri koroner (CABG).


(29)

2.4.5 Interaksi OAINS dengan Obat-Obat yang Lain

Tabel 2.1: Interaksi OAINS dengan obat-obat yang lain Interaksi OAINS dengan obat-obat yang lain

Farmakodinamik Farmakokinetk

Diuretik ↓ dieresis Antikoagulan oral Sulfonilureas Fenitoin Valproat metabolisme terhambat; kompetisi untuk pengikatan protein plasma

β blocker ↓ efek

antihipertensi ACE inhibitor ↓ efek

antihipertensi Antikoagulan ↑ resiko

perdarahan G.I. Sulfonilureas ↑ resiko

hipoglikemia

Digoksin Lithium

Aminoglikosides Metotrexate

↓ ekskresi ginjal dari obat

berinteraksi Alkohol ↑ resiko

perdarahan G.I. Siklosporin ↑ nefrotoksisitas Kortikosteroid ↑ resiko

perdarahan G.I

Sumber: KD Tripathi, 2007, Essentials of Medical Pharmacology, 6th Edition, JAYPEE.

2.4.6 Jenis-jenis OAINS

Daftar lengkap OAINS yang umum disetujui dan digunakan di Amerika Serikat:

 aspirin

 celecoxib (Celebrex)

 diclofenac (Voltaren)

 diflunisal (Dolobid)

 etodolac (Lodine)

 ibuprofen (Motrin)

 indomethacin (Indocin)

 ketoprofen (Orudis)

 ketorolac (Toradol)

 nabumetone (Relafen)

 naproxen (Aleve, Naprosyn)

 oxaprozin (Daypro)

 piroxicam (Feldene)

 salsalate (Amigesic)

 sulindac (Clinoril)


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini diuraikan kerangka konsep tentang hubungan penggunaan analgetik dan penanganan dismenore.

Gambar 3.1: Kerangka konsep penggunaan analgetik pada dismenore.

3.2 Definisi Operasional

Variable-variabel yang akan diteliti adalah penggunaan analgetik dan mengatasi dismenore.

 Dismenore adalah sensasi nyeri pada saat menstruasi yang dirasakan di daerah abdomen bawah.

 Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran pasien.

3.3 Alat ukur

Mahasiswi yang menderita dismenore diberikan kuesioner.

3.4 Cara Ukur

Mahasiswi yang menderita dismenore akan diwawancara oleh peneliti.

3.5 Hasil Ukur

 Nyeri yang disebabkan oleh dismenore sulit di ukur karena biasanya dismenore disertai oleh sensasi lain yang tidak menyenangkan dan sebagian dari nyerinya relatif ringan dan bisa mempengaruhi penilaian nyeri. Dismenore harus, dianggap sebagai fenomena multidimensi dan dengan demikian diukur dengan sistem penilaian multidimensi. Dalam penelitian ini tingkat keparahan dismenore di ukur oleh sistem penilaian

Penggunaan analgetik Dismenore


(31)

lisan multidimensi memperhitungkan gejala sistemik saat menstruasi, dan kebutuhan analgetik untuk mengatasinya dan juga menilai keparahan rasa sakit sebelum dan selepas menggunakan analgetik.

 Tingkat keparahan dismenore sebelum dan selepas mengunakan analgetik ditentukan dengan 10-point Visual Analogue Scale.

Visual Analogue Scale adalah skala penilaian tingkat nyeri yang berupa garis lurus. Batas paling kanan merupakan nyeri yang terberat dan batas paling kiri merupakan nyeri yang ringan.

 Tingkatan nyeri dibedakan menjadi ringan dengan nilai antara 0 sampai 3, sedang dengan nilai 4 sampai 6, dan berat dengan nilai 7 sampai 10.

 Skor penggunaan analgetik dihitung dari wawancara dengan menggunakan kuesioner serta diberikan 1 untuk jawaban yang menggunakan analgetik dan 2 untuk yang tidak menggunakan analgetik.


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei terhadap sampel.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian direncanakan pada bulan September hingga November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswi yang menderita dismenore semester III, V dan VII tahun 2011/2012 yang berada di wilayah penelitian yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penentuan tahun angkatan mahasiswi yang mengikuti wawancara (semester III, V dan VII) dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa mereka sudah mendapat kuliah kebidanan dan ginekologi tentang dismenore dan telah memahami gejala klinis, serta penatalaksanaan klinis kasus dismenore.

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus prevalence study dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% sehingga untuk Z α dua arah diperoleh nilai Zα² = 1, 96 dan nilai p yang ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan p= 0,5 mempunyai nilai q paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Kesalahan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10% (Sastroasmoro, 2002).


(33)

Maka diperoleh 96 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 100 sampel. 100 sampel ini dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling, dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

4.4. Teknik pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswi kedokteran semester III, V dan VII yang menderita dismenore. Mahasiswi akan diwawancarai dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpul informasi yang berhubungan dengan penggunaan analgetik pada dismenore.

4.4.1. Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, yang berisikan kuesioner apakah penderita atau bukan penderita dismenore, kuesioner bagi penderita dismenore menurut Visual Analogue Scale (VAS) dimana untuk menilai tingkat rasa nyeri, dan kuesioner penggunaan jenis analgetik untuk mengatasi dismenore. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan variasi pertanyaan berupa multiple choice, yang mana dari beberapa jawaban yang disediakan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya. Alat pengumpulan data terdiri dari dua bagian, yaitu:

 Bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi mahasiswi meliputi umur dan sumber informasi.

 Bagian kedua instrumen dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui apakah mahasiswi mempunyai gejala-gejala dismenore.

n = Zα2 pq d2

n = 1,96 . 0,5(1-0,5) (0,1)2 n = 96

Dimana:

p, proporsi di populasi = 0.5 q, 1-p = 0.5

d, kesalahan (absolute) yang diinginkan = 0.1 Zα, tingkat kemaknaan yang ditetapkan = 1.96


(34)

4.4.1.1. Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 20 orang subjek yang menyerupai subjek asal penelitian. Uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan hasil pengukuran adalah konsisten yaitu peneliti akan mendapat hasil yang sama jika melakukan penelitian berulang kali.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari hasil wawancara akan diperiksa silang (cross-checked) oleh peneliti di lapangan. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap akan diteliti dan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Pada proses pemasukan data, akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis penggunaan analgetik pada dismenore dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh mahasiswi tanpa dibawa pulang. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian seperti dipaparkan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. USU adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini dimulai digunakan sejak tahun 1957. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat dipinggiran kota Medan, kemudian dengan perkembangan kota Medan sampai sekarang berada di tengah-tengah kota dan Fakultas Kedokteran USU terletak di Jl.Dr.Mansur, No.5, Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden sebanyak 100 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran USU semester VII, V dan III dengan distribusi 40 orang mahasiswi semester VII, 30 orang mahasiswi semester V dan 30 orang mahasiswi semester III telah mengikuti penelitian ini.


(36)

Table 5.1: Distribusi frekuensi karekteristik responden berdasarkan semester

Semester N %

VII 40 40

V 30 30

III 30 30

Total 100 100

Gambaran karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini yaitu usia responden. Ditinjau dari segi usia, kelompok terbesar pada usia 19 tahun yaitu sebanyak 31% dan terendah pada kelompok usia 17 dan 25 tahun yaitu sebanyak 1%. Data lengkap distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel 5.2.

Table 5.2: Distribusi frekuensi karekteristik responden berdasarkan usia

Usia N %

17 1 1.0

18 5 5.0

19 31 31.0

20 21 21.0

21 16 16.0

22 10 10.0

23 12 12.0

24 3 3.0

25 1 1.0


(37)

5.1.3 Hasil Analisis Data

Distribusi tindakan yang dilakukan oleh responden untuk menangani dismenore dapat dilihat pada tabel 5.3.

Table 5.3: Distribusi tindakan yang dilakukan untuk menangani dismenore

Tindakan n %

Menggunakan analgetik 31 31

Tidak menggunakan analgetik 69 69

Total 100 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas didapatkan bahwa sebanyak 31 responden menggunakan analgetik untuk menangani dismenore (31%) dan sebanyak 69 responden tidak menggunakan analgetik untuk menangani dismenore (69%).

Distribusi tindakan yang dilakukan oleh responden sebagai penanganan dismenore tanpa analgetik dapat dilihat pada tabel 5.4.

Table 5.4: Distribusi tindakan yang dilakukan untuk menangani dismenore tanpa analgetik

Tindakan Ya Tidak Jumlah

n % n % n %

Menggunakan bantal pemanas atau botol air panas di

punggung bawah atau perut

11 15.9 58 84.1 69 100.0

Pijat perut 15 21.7 54 78.3 69 100.0

Istirahat cukup dan tidur 63 91.3 6 8.7 69 100.0

Olahraga 6 8.7 63 91.3 69 100.0


(38)

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa tindakan yang paling banyak diambil oleh responden bila mengalami dismenore adalah istirahat cukup dan tidur (91.3%) untuk mengurangi nyeri.

Distribusi jenis analgetik yang digunakan oleh responden untuk menangani dismenore dapat dilihat pada tabel 5.5.

Table 5.5: Distribusi jenis analgetik untuk menangani dismenore

Jenis analgetik N %

Parasetamol 18 58.1

Celecoxib 5 16.1

Asam Mefanamat 8 25.8

Total 31 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa Parasetamol paling banyak digunakan oleh responden untuk menangani dismenore (58.1%). Responden kurang menggunakan Celecoxib untuk menangani dismenore (16.1%).

Distribusi frekuensi penggunaan analgetik tiap kali datang haid dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6: Distribusi frekuensi berdasarkan penggunaan analgetik tiap kali datang haid

Menggunakan analgetik tiap kali datang haid

N %

Ya 14 45.2

Tidak 17 54.8


(39)

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebanyak 14 orang responden menggunakan analgetik tiap kali datang haid (45.2%) dan sebanyak 17 orang responden tidak menggunakan analgetik tiap kali datang haid (54.8%).

Distribusi frekuensi jumlah tablet dalam satu kali pemberian dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7: Distribusi frekuensi jumlah tablet dalam satu kali pemberian

Jumlah tablet N %

1 24 77.4

2 7 22.6

Total 31 100.0

Berdasarkan tabel 5.7 diatas didapatkan bahwa kebanyakan responden mengambil satu tablet analgetik dalam satu kali pemberian untuk mengatasi dismenore (77.4%) dan sebanyak 7 lagi responden mengambil dua tablet analgetik dalam satu kali pemberian untuk mengatasi dismenore (22.6%).

Data distribusi frekuensi intensitas nyeri haid sebelum pengobatan dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8: Distribusi frekuensi intensitas nyeri haid sebelum pengobatan

Intensitas nyeri N %

Sedang 7 22.6

Berat 24 77.4

Total 31 100.0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas didapatkan bahwa nyeri haid dirasakan berat bagi 24 responden sebelum menggunakan analgetik (77.4%) dan 7 lagi responden merasakan nyerinya sedang sebelum menggunakan analgetik (22.6%).


(40)

Data distribusi frekuensi intensitas nyeri haid setelah pengobatan dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9: Distribusi frekuensi intensitas nyeri haid setelah pengobatan

Intensitas nyeri N %

Ringan 28 90.3

Sedang 3 9.7

Total 31 100.0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas didapatkan bahwa nyeri haid menjadi ringan bagi 28 responden setelah menggunakan analgetik (90.3%) dan bagi 3 responden nyeri haidnya masih dirasakan sedang setelah menggunakan analgetik (9.7%).

Data keparahan nyeri haid sebelum penggunaan analgetik dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10: Keparahan nyeri haid sebelum penggunaan analgetik

Jenis analgetik Sedang Berat Total

Celecoxib 1 4 5

Asam Mefanamat 3 5 8

Parasetamol 3 15 18

Total 31

Berdasarkan tabel 5.10 diatas didapatkan bahwa sebanyak 15 responden yang menggunakan Parasetamol untuk mengobati dismenore mengeluhkan nyeri yang berat sebelum penggunaan analgetik dan seorang responden yang menggunakan Celecoxib untuk mengobati dismenore merasakan nyerinya sedang sebelum penggunaan analgetik.


(41)

Data keparahan nyeri haid setelah penggunaan analgetik dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11: Keparahan nyeri haid setelah penggunaan analgetik

Jenis analgetik Ringan Sedang Total

Celecoxib 5 0 5

Asam Mefanamat 7 1 8

Parasetamol 16 2 18

Total 31

Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan bahwa semua analgetik diatas adalah berkhasiat karena kesemua responden yang menggunakan analgetik untuk mengatasi dismenore merasakan nyerinya berkurang setelah pengobatan.

Data jumlah tablet yang digunakan sebelum pengobatan nyeri haid dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12: Jumlah tablet yang digunakan sebelum pengobatan nyeri haid

Jenis analgetik 1 2 Total

Celecoxib 5 0 5

Asam Mefanamat 7 1 8

Parasetamol 12 6 18

Total 31

Berdasarkan tabel 5.12 diatas didapatkan bahwa seorang responden menggunakan Asam Mefanamat sebanyak 2 tablet untuk nyeri berat. Lima orang responden menggunakan Parasetamol sebanyak 2 tablet untuk nyeri berat dan seorang lagi menggunakan Parasetamol untuk nyeri sedang.


(42)

5.2 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, lebih dari 90% dari responden menggambarkan dismenore mereka sebagai nyeri sedang dan berat. Hal yang sejalan didapatkan pada penelitian-penelitian sebelumnya oleh Unsal et al (2010). Pada penelitiannya, didapatkan sekitar dua-pertiga dari siswi (66.2%) menggambarkan dismenore sebagai sedang dan berat.

Menurut penelitian Marjoribanks et al (2010), hampir tiga per empat wanita menderita nyeri atau kram menstruasi (dismenore). Dismenore disebabkan oleh uterus yang memproduksi terlalu banyak prostaglandin (hormon). Analgetik membatasi produksi prostaglandin. Analgetik yang digunakan pada penelitian ini termasuk parasetamol, asam mefanamat, dan celecoxib. Kajian mereka ini menemukan bahwa analgetik efektif dalam mengurangi nyeri semasa menstruasi. Menurut Nasir dan Bope (2004) pula, sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas analgetik seperti OAINS dan COX-2 inhibitor spesifik untuk mengontrol dismenore. Pengobatan ini dimulai 1 sampai 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan selama 2 hari setelah menstruasi. Pengobatan ini efektif pada 80% pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian ini, dimana 90.3% responden merasakan nyerinya menjadi ringan setelah menggunakan analgetik (Tabel 5.9).

Menurut tabel 5.5, parasetamol banyak digunakan yaitu sebanyak 58.1 %. Ini mungkin karena parasetamol mudah didapatkan dan lebih aman daripada OAINS. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh David (2009), parasetamol adalah obat penghilang rasa sakit popular karena bersifat efektif untuk menghilangkan rasa sakit ringan sampai sedang dan relatif murah.


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden merasakan nyeri haid yang berat sebelum pengobatannya (77.4%).

2. Sebanyak 31% responden menggunakan analgetik sebagai terapi dismenore.

3. Analgetik yang paling banyak digunakan oleh responden adalah Parasetamol (58.1%).

4. Semua analgetik adalah berkhasiat karena kejadian dismenore menurun dengan penggunaan analgetik bagi responden.

6.2 SARAN

1. Bagi mahasiswi agar meningkatkan pengetahuan mengenai analgetik supaya dapat mengobati dismenore dengan lebih efektif.

2. Untuk penelitian selanjutnya pada para peneliti disarankan untuk memasukkan variabel lain seperti stress, kebiasaan minum alkohol, pola makan, dll.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

A.C Guyton and J.E. Hall, 2004, Textbook of Medical Physiology, 10th Edition, Elsevier Saunders.

Australian Drug Foundation (2011), Analgesics (painkillers) facts, Available from: http://www.druginfo.adf.org.au/drug-facts/analgesics-painkillers [Accessed 1 Mei 2011]

Braunwald, Eugene et al, 2001, Harrison’s Principles of Internal Medicine, McGraw-Hill

David C. Dugdale, III, MD (2009), A.D.A.M, Pain Medications, Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002123.htm [Accessed 1 Mei 2011]

Harahap, 2001, dalam Kurniawati D. (2008), PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/2737/ [Accessed 25 Mei 2011]

Jackson C. Tan, 2006, Practical Manual of Physical Medicine and Rehabilitation, 2nd Edition, Elsevier Mosby.

KD Tripathi, 2007, Essentials of Medical Pharmacology, 6th Edition, JAYPEE.

Kingston, 1995, dalam Kurniawati D. (2008), PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/2737/ [Accessed 25 Mei 2011]


(45)

Lamont LA, Tranquilli WJ, Mathews KA (2000), Department of Veterinary Clinical Medicine, College of Veterinary Medicine, University of Illinois, Urbana, USA, Adjunctive analgesic therapy. Available from: http://opioids.com/abstract/adjunct.html. [Accessed 5 Mei 2011]

L.C. Gupta and K. Gupta, 2007, Pocket Medical Dictionary With 800 Illustrations, 3rd Revised Edition, AITBS Publishers & Distributers.

Marjoribanks J, Proctor M, Farquhar C, Derks RS. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs for dysmenorrhoea. Cochrane Database of Systematic Reviews 2010, Issue 1. Art. No.: CD001751. DOI: 10.1002/14651858.CD001751.pub2.

Marsden JS, Strickland CD, Clements TL.J Am Board Fam Pract. (2004), Guaifenesin as a Treatment for Primary Dysmenorrhea, Jul-Aug; 17(4):240-6.

Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2011), Menstrual cramps, Available from:

http://www.mayoclinic.com/health/menstrual-cramps/DS00506/DSECTION=tests-and-diagnosis [Accessed 28 April 2011]

Nasir L and Bope ET (2004), Management of Pelvic Pain from Dysmenorrhea or Endometriosis, JABFM: journal of the American Board of Family Medicine, doi:10.3122/jabfm.17.suppl_1.S43J Am Board Fam Med November 1, 2004 vol. 17 no. suppl 1S43-S47

Omudhome Ogbru, Pharm.D., MedicineNet, Inc, Dalam: FDA Prescribing Information (2011), Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAIDs), Available from:


(46)

http://www.medicinenet.com/nonsteroidal_antiinflammatory_drugs/articl e.htm [Accessed 5 Mei 2011]

Peter L. Rosenblatt, MD, July 2007, THE MERCK MANUALS ONLINE MEDICAL LIBRARY, Menstrual Cycle, Available from:

http://www.merckmanuals.com/home/ag/sec22/ch241/ch241e.html [Accessed 28 April 2011]

Singh et al, Indian J Physiol Pharmacol, 2008; 52(4): 389–397, PREVALENCE AND SEVERITY OF DYSMENORRHEA: A PROBLEM RELATED TO MENSTRUATION, AMONG FIRST AND SECOND YEAR FEMALE MEDICAL STUDENT, Available from:

http://www.ijpp.com/vol52_4/389-397.pdf [Accessed 25 Mei 2011]

Stoppler MC, (Mei 2011), Menstrual Cramps (Dysmenorrhea), Available from: http://www.medicinenet.com/menstrual_cramps/article.htm [Accessed 28 April 2011]

Sudigdo Sastroasmoro et al, 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ketiga, Jakarta: CV Sagong Seto.

The American College of Obstetricians and Gynecologists (2011), Gynaecologic Problems-Dysmenorrhea, Available from:

http://www.acog.org/publications/patient_education/bp046.cfm [Accessed 28 April 2011]

Unsal A et al, Upsala Journal of Medical Sciences (2010), Prevalence of dysmenorrhea and its effect on quality of life among a group of female university student, Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2853792/ [Accessed 20 November 2011]


(47)

Wahyuni, Arlinda Sari, 2008, Statistika Kedokteran, Jakarta: Bamboedoea Communication.

Zhang, W. Y. and Li Wan Po, A. (1998), Efficacy of minor analgesics in primary dysmenorrhoea: a systematic review. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 105: 780–789. doi:


(48)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sulochana Mohan

Tempat/ Tanggal Lahir

: W. P. Kuala Lumpur/ 11 September 1987

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Sei Martebing, No.2A, Medan Riwayat Pendidikan : 1. SK Seksyen 20, Shah Alam

2. SMK Seksyen 19, Shah Alam 3. Lincoln College Asia Pacific, KL

4. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi : 1. Presiden Persatuan Bulan Sabit Merah (SMKS 19)

2. Naib Presiden Persatuan Badminton (SMKS19) 3. Sekretaris Kelab Bahasa Inggris (SMKS 19) 4. Ketua Disiplin Pengawas Sekolah (SMKS 19)

5. Ahli Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU) 6. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia

di Indonesia-Cawangan Medan (PKPMI-CM)

7. AJK Kelab Kebudayaan India Malaysia PKPMI-CM (KKIM)


(49)

Lampiran 2:

KUESIONER PENELITIAN

PENGGUNAAN ANALGETIK PADA DISMENORE

SUMBER INFORMASI

Berikan tanda pada jawaban pilihan anda.

1) Usia menarche (usia pertama kali dapat haid) anda.

10 tahun atau ke bawah

antara 11 hingga 14 tahun

15 tahun atau ke atas 2) Frekuensi menstruasi anda

(jarak antara haid)

interval kurang dari 21 hari

interval 21 hingga 35 hari

interval lebih dari 35 hari 3) Durasi menstruasi anda.

Kurang dari 3 hari

3 hingga 5 hari

Lebih dari 5 hari 4) Estimasi aliran menstruasi.

Ringan

Sedang

Berat

5) Gejala ikutan saat menstruasi; apakah anda menderita satu

atau lebih dari gejala dibawah: (jawaban boleh lebih dari satu)

Kekakuan otot

Sakit kepala

Kram

Nyeri punggung yang menyebar ke paha

Kelelahan

Kesulitan berkonsentrasi

Penurunan kinerja sekolah

Tidak suka keluar dari rumah

Menghindari kegiatan sosial

Efisiensi menurun

Pusing, pingsan

Mual, muntah

Rasa panas

Diare

Nyeri pada payudara

Gelisah

Lekas marah (irritability)

Mood swings

Ketegangan (Tension) 6) Intensitas gejala-gejala yang anda

menderita di soal 5.


(50)

Selalu

Kadang

7) Apakah anda menggunakan analgetik untuk menangani dismenore?

Ya

Tidak

8) Jika jawaban anda tidak di soal 7, apakah anda melakukan perkara dibawah ini untuk menangani dismenore? (jawaban boleh lebih dari satu)

Menggunakan bantal pemanas atau botol air panas di punggung bawah atau perut (Use a heating pad or hot water bottle on your lower back or abdomen)

Pijat perut

Istirahat cukup dan tidur

Olahraga

Menggunakan alat kontrasepsi oral

Suplemen makanan seperti: Hiamine, Minyak ikan, Pyridoxine, Magnesium, Vitamin E

9) Jika jawaban anda ya di soal 7, jenis analgetik yang digunakan.

Ibuprofen (eg. Dofen, Farsifen, Iprox)

Aspirin (eg. Naspro)

Parasetamol (eg. Panadol, Lanamol, Pyrexin)

Celecoxib (eg. Celebrex)

Asam Mefanamat (eg. Ponstan)

Naproxen (eg. Naprosyn, Anaprox, Naprelan)

10)Apakah anda mengambil analgetik tiap kali datang haid?

Ya

Tidak

11)Berapakah jumlah tablet biasanya anda mengambil dalam satu kali pemberian?

1

2

3


(51)

12)Skor nyeri semasa haid, sebelum menggunakan analgetik. (Lingkari nomor 0-10 menurut tingkat nyeri anda)

13)Skor nyeri semasa haid, setelah menggunakan analgetik. (Lingkari nomor 0-10 menurut tingkat nyeri anda)


(52)

Lampiran 3:

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………

Umur : ………

Stambuk : ………

Alamat : ………

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang berjudul “Penggunaan Analgetik Pada Dismenore, Mahasiswi Semester III, V dan VII T.A. 2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara”. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……….. 2011 Yang membuat pernyataan,


(53)

Lampiran 4:

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb/Salam Sejahtera Dengan hormat,

Saya yang bernama Sulochana Mohan, NIM 080100431 mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Analgetik Pada Dismenore Mahasiswi Semester III, V dan VII T.A.2011/2012, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan penggunaan analgetik untuk mengatasi dismenore. Dismenore adalah gangguan ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang terjadi selama menstruasi, tetapi rasa sakit mungkin mulai hari 2 atau lebih sebelum menstruasi. Hal ini kadang-kadang dikaitkan dengan sakit kepala, mual, muntah, difus sakit perut, sakit punggung, malaise umum, kelemahan, dan gejala gastrointestinal lainnya (Marsden et al, 2004). Dismenore mempengaruhi 40% sampai 70% dari wanita usia reproduksi dan merupakan salah satu penyebab yang paling sering untuk absen dari pekerjaan dan sekolah. 10% sampai 12% dari perempuan, aktivitas sehari-harinya terganggu oleh karena dimenore (Zhang & Li, 1998).

Analgetik merupakan obat yang sering digunakan oleh wanita yang mengalami nyeri yang disebabkan oleh haid, termasuklah analgesik dari kelas obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), dan berdasarkan apa yang di kaji sebelum ini menunjukkan bahwa prostaglandin terlibat dalam patogenesis dismenore. OAINS adalah inhibitor sintetase prostaglandin perifer (Zhang & Li, 1998).


(54)

Data penelitian ini diperoleh langsung dari mahasiswi melalui kuesioner titipan formulir survei. Kuesioner ditinggalkan pada saudari dan peneliti akan kembali mengambilnya pada tanggal dan waktu yang ditetapkan.

Saudari akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi antara pertanyaan tertutup dan terbuka yang ditanyakan tentang pola haid, gejala yang mengalami sebelum (24-48 jam) dan saat menstruasi dan tingkat gangguan yang mengalami saat menstruasi serta cara-cara mengatasi dismenore. Atas perhatian dan kesediaan Saudari berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 Oktober 2011 Peneliti,

……… (SULOCHANA MOHAN)


(55)

Lampiran 5:

FREQUENCIES VARIABLES=Umur Stambuk P1 P2 P3 P4 P6 P7 /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Umur Stambuk Usia menarche

Frekuensi menstruasi

Durasi menstruasi

N Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Estimasi aliran menstruasi

Intensitas gejala yang diderita

Apakah menggunakan analgesik atau

tidak

N Valid 100 100 100

Missing 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 1 1.0 1.0 1.0

18 5 5.0 5.0 6.0

19 31 31.0 31.0 37.0

20 21 21.0 21.0 58.0

21 16 16.0 16.0 74.0


(56)

23 12 12.0 12.0 96.0

24 3 3.0 3.0 99.0

25 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Stambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2008 40 40.0 40.0 40.0

2009 30 30.0 30.0 70.0

2010 30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Usia menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 3.0 3.0 3.0

2 89 89.0 89.0 92.0

3 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Frekuensi menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 7.0 7.0 7.0

2 79 79.0 79.0 86.0

3 14 14.0 14.0 100.0


(57)

Durasi menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 48 48.0 48.0 48.0

3 52 52.0 52.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Estimasi aliran menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 4.0 4.0 4.0

2 88 88.0 88.0 92.0

3 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Intensitas gejala yang diderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 45 45.0 45.0 45.0

2 55 55.0 55.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Apakah menggunakan analgesik atau tidak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 31 31.0 31.0 31.0

2 69 69.0 69.0 100.0


(58)

FREQUENCIES VARIABLES=a b c d e f g h i j k l m n o p q r s /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies (P5)

Statistics

Kekakuan otot Sakit kepala Kram

Nyeri punggung yang menyebar

ke paha Kelelahan

N Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Statistics Kesulitan berkonsentrasi Penurunan kinerja sekolah Tidak suka keluar dari rumah Menghindari kegiatan sosial Efisiensi menurun

N Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Pusing, pingsan Mual, muntah Rasa panas Diare

Nyeri pada payudara

N Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Gelisah

Lekas marah

(Irritability) Mood swings

Ketegangan (Tension)

N Valid 100 100 100 100


(59)

Frequency Table

Kekakuan otot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 85 85.0 85.0 85.0

1 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sakit kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 87 87.0 87.0 87.0

1 13 13.0 13.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kram

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 55 55.0 55.0 55.0

1 45 45.0 45.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Nyeri punggung yang menyebar ke paha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 47 47.0 47.0 47.0

1 53 53.0 53.0 100.0


(60)

Kelelahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 55 55.0 55.0 55.0

1 45 45.0 45.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kesulitan berkonsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 81 81.0 81.0 81.0

1 19 19.0 19.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Penurunan kinerja sekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 95 95.0 95.0 95.0

1 5 5.0 5.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tidak suka keluar dari rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 71 71.0 71.0 71.0

1 29 29.0 29.0 100.0


(61)

Menghindari kegiatan sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 86 86.0 86.0 86.0

1 14 14.0 14.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Efisiensi menurun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 85 85.0 85.0 85.0

1 15 15.0 15.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pusing, pingsan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 95 95.0 95.0 95.0

1 5 5.0 5.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Mual, muntah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 90 90.0 90.0 90.0

1 10 10.0 10.0 100.0


(62)

Rasa panas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 87 87.0 87.0 87.0

1 13 13.0 13.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 83 83.0 83.0 83.0

1 17 17.0 17.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Nyeri pada payudara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 69 69.0 69.0 69.0

1 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Gelisah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 84 84.0 84.0 84.0

1 16 16.0 16.0 100.0


(63)

Lekas marah (Irritability)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 58 58.0 58.0 58.0

1 42 42.0 42.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Mood swings

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 51 51.0 51.0 51.0

1 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Ketegangan (Tension)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 80 80.0 80.0 80.0

1 20 20.0 20.0 100.0


(64)

FREQUENCIES VARIABLES=a b c d e f /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies (P8)

Statistics Menggunakan

bantal pemanas atau botol air

panas di punggung bawah

atau perut Pijat perut

Istirahat cukup

dan tidur Olahraga

N Valid 69 69 69 69

Missing 0 0 0 0

Statistics

Menggunakan alat kontrasepsi

oral

Suplemen makanan seperti;

hiamine,minyak ikan,pyridoxine, magnesium,vit E

N Valid 69 69

Missing 0 0

Frequency Table

Menggunakan bantal pemanas atau botol air panas di punggung bawah atau perut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 58 84.1 84.1 84.1

1 11 15.9 15.9 100.0


(65)

Pijat perut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 54 78.3 78.3 78.3

1 15 21.7 21.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Istirahat cukup dan tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 6 8.7 8.7 8.7

1 63 91.3 91.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 63 91.3 91.3 91.3

1 6 8.7 8.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Menggunakan alat kontrasepsi oral

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(66)

Suplemen makanan seperti; hiamine,minyak ikan,pyridoxine,magnesium,vit E

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 62 89.9 89.9 89.9

1 7 10.1 10.1 100.0


(67)

FREQUENCIES VARIABLES=P9 P10 P11 P12 P13 /ORDER=ANALYSIS. Frequencies Statistics Jenis analgesik yang digunakan Apakah mengambil analgesik tiap kali datang haid

Banyak tablet dalam satu dosis

skor nyeri sebelum menggunakan analgesik skor nyeri setelah menggunakan analgesik

N Valid 31 31 31 31 31

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis analgesik yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 18 58.1 58.1 58.1

4 5 16.1 16.1 74.2

5 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Apakah mengambil analgesik tiap kali datang haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 14 45.2 45.2 45.2

2 17 54.8 54.8 100.0


(68)

Banyak tablet dalam satu dosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 24 77.4 77.4 77.4

2 7 22.6 22.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

skor nyeri sebelum menggunakan analgesik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 7 22.6 22.6 22.6

3 24 77.4 77.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

skor nyeri setelah menggunakan analgesik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 28 90.3 90.3 90.3

2 3 9.7 9.7 100.0


(69)

Summarize

Case Summariesa

Jumlah tablet dalam satu kali

pemberian skor nyeri sebelum menggunakan analgesik skor nyeri setalah menggunakan analgesik

Jenis analgesik yang digunakan

c 1 1 2 1

2 1 3 1

3 1 3 1

4 1 3 1

5 1 3 1

Total N 14 14 14

m 1 1 2 1

2 1 2 1

3 1 2 1

4 1 3 1

5 1 3 1

6 1 3 1

7 2 3 1

8 1 3 2

Total N 21 21 21

p 1 1 2 1

2 1 2 1

3 2 2 1

4 1 3 1

5 1 3 1

6 1 3 1


(70)

8 1 3 1

9 1 3 1

10 1 3 1

11 1 3 1

12 2 3 1

13 2 3 1

14 2 3 1

15 2 3 1

16 2 3 1

17 1 3 2

18 1 3 2

Total N 51 51 51

Total N 86 86 86


(1)

Pijat perut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 54 78.3 78.3 78.3

1 15 21.7 21.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Istirahat cukup dan tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 6 8.7 8.7 8.7

1 63 91.3 91.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 63 91.3 91.3 91.3

1 6 8.7 8.7 100.0

Total 69 100.0 100.0

Menggunakan alat kontrasepsi oral

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 69 100.0 100.0 100.0


(2)

Suplemen makanan seperti; hiamine,minyak ikan,pyridoxine,magnesium,vit E

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 62 89.9 89.9 89.9

1 7 10.1 10.1 100.0


(3)

FREQUENCIES VARIABLES=P9 P10 P11 P12 P13 /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics Jenis analgesik yang digunakan Apakah mengambil analgesik tiap kali datang haid

Banyak tablet dalam satu dosis

skor nyeri sebelum menggunakan analgesik skor nyeri setelah menggunakan analgesik

N Valid 31 31 31 31 31

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis analgesik yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 18 58.1 58.1 58.1

4 5 16.1 16.1 74.2

5 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Apakah mengambil analgesik tiap kali datang haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 14 45.2 45.2 45.2

2 17 54.8 54.8 100.0

Total 31 100.0 100.0


(4)

Banyak tablet dalam satu dosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 24 77.4 77.4 77.4

2 7 22.6 22.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

skor nyeri sebelum menggunakan analgesik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 7 22.6 22.6 22.6

3 24 77.4 77.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

skor nyeri setelah menggunakan analgesik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 28 90.3 90.3 90.3

2 3 9.7 9.7 100.0


(5)

Summarize

Case Summariesa

Jumlah tablet dalam satu kali

pemberian skor nyeri sebelum menggunakan analgesik skor nyeri setalah menggunakan analgesik Jenis analgesik yang

digunakan

c 1 1 2 1

2 1 3 1

3 1 3 1

4 1 3 1

5 1 3 1

Total N 14 14 14

m 1 1 2 1

2 1 2 1

3 1 2 1

4 1 3 1

5 1 3 1

6 1 3 1

7 2 3 1

8 1 3 2

Total N 21 21 21

p 1 1 2 1

2 1 2 1

3 2 2 1

4 1 3 1

5 1 3 1

6 1 3 1

7 1 3 1


(6)

8 1 3 1

9 1 3 1

10 1 3 1

11 1 3 1

12 2 3 1

13 2 3 1

14 2 3 1

15 2 3 1

16 2 3 1

17 1 3 2

18 1 3 2

Total N 51 51 51

Total N 86 86 86