Prinsip Kerja Baterai Ion Lithium

2.2.1 Prinsip Kerja Baterai Ion Lithium

Reaksi kimia dalam baterai sekunder bersifat reversible, sehingga material tersebut memiliki struktur kristal dengan kemampuan insertion compound David, 1994, yaitu material keramik yang mampu menerima dan melepaskan x koefisien ion lithium per mol A z B y tanpa mengalami perubahan besar atau kerusakan dalam struktur kristalnya. Kemampuan kapasitas energi yang tersimpan dalam baterai lithium tergantung pada berapa banyak ion lithium yang dapat disimpan dalam struktur bahan elektrodanya dan berapa banyak yang dapat bergerak dalam proses c harge dan discharge , karena jumlah arus elektron yang tersimpan dan tersalurkan sebanding dengan jumlah ion lithium yang bergerak. Lithium merupakan atom logam alkali yang terdapat pada golongan IA didalam unsur periodik. Atom-atom logam alkali golongan IA memiliki energi ionisasi yang paling kecil, dimana energi ionisasi merupakan energi yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron terluar dari suatu atom. Sehingga semakin kecil energi ionisasi yang dimiliki suatu unsur maka akan semakin mudah atom tersebut melepaskan elektron. Teori ini yang mendasari bahwajumlah ion lithium yang bergerak akan sama dengan jumlah elektron yang dihasilkan. Pada proses discharge material anoda akan terionisasi menghasilkan ion lithium bermuatan positif dan akan bergerak ke dalam elektrolit menuju komponen katoda sementara elektron yang dihasilkan akan dilepas bergerak melalui rangkaian luar menuju katoda. Ion lithium ini akan masuk kedalam anoda melalui mekanisme interkalasi seperti pada Gambar 2.1. Saat charge akan terjadi aliran ion dan elektron dengan arah kebalikan dari proses discharge. Universitas Sumatera Utara Electrolyte LiPF 6 Charge Discharge Separator Li C 6 LiCoO 2 Gambar 2.1 Proses charge -discharge pada baterai ion lithium dengan anoda grafit dan katoda lithium kobalt Ketika berbicara tentang konduksi ion didalam kristal, hal yang paling penting untuk diperhatikan yaitu struktur host pada materianya. Perpindahan ion lithium pada material katoda sangat bergantung pada potensial interaksi antara ion lithium dan struktur host material. Model sederhana untuk menentukan difusi ion dalam berbagai struktur kristal dalap dilihat dalam persamaan berikut W T = W C + W P + W R 2.1 Dimana : W T = Total energi potensial W C = Interaksi Coulomb W P = Interaksi van der Waals W R = Tolakan tumpang tindih antar ion Total energi potensial dari ion menyebar dalam kristal dihitung dan diasumsikan bahwa perpindahan ion telah terjadi mengikuti jalan total energi minimum sesuai dengan bentuk jalur difusi 1D, 2D, dan 3D. Reaksi yang terjadi pada sistem baterai lithium merupakan reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada katoda dan anoda baterai. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan elektron oleh suatu molekul atau atom sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron pada suatu molekul atau atom. Pada percobaan ini material yang dipakai pada adalah LiC 6 dan material katoda yang digunakan LiCoO 2 . Maka reaksi yang terjadi Universitas Sumatera Utara Charge Pada anoda : LiC 6 xLi + + xe - + C 6 Discharge Charge Pada katoda : Li 1-x CoO2 + xLi + + xe - LiCoO 2 Discharge Charge Reaksi total : LiC 6 + Li 1-x CoO2 LixC 6 + LiCoO 2 Discharge Suatu material elektrokimia dapat berfungsi dengan baik sebagai elektroda anoda maupun katoda bergantung pada pemilihan material yang akan menentukan karakteristik perbedaan nilai tegangan kerja dari kedua material yang dipilih. Untuk memperoleh perbedaan potensial yang besar maka material katoda harus memiliki tegangan kerja yang besar dan material anoda harus memiliki tegangan kerja yang kecil . Potensial tegangan yang terbentuk antara elektroda katoda dan anoda bergantung pada reaksi kimia reduksi-oksidasi dari bahan elektroda yang dipilih. Beberapa material dapat berfungsi sebagai anoda terhadap material katoda lainnya jika memiliki potensial Li + yang lebih rendah. Contoh, grafit adalah anoda dalam sistem elektroda LiMn 2 O 4 , namun akan berfugsi sebagai katoda saat dipasangkan dengan elektroda Li metal sebagai anodanya. Subhan, 2011. Gambar 2.2 menunjukkan tegangan kerja pada beberapa material. Gambar 2.2 Tegangan kerja dari beberapa material yang sering digunakan sebagai elektroda pada baterai lithium Prihandoko, 2015 Universitas Sumatera Utara

2.3 Bahan Anoda Untuk Baterai Ion Lithium

Dokumen yang terkait

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

5 36 80

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 2

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 30

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 2 13

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 2

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 5

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 26

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

1 1 14

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 1

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 5