Pengukuran tinggi jatuh Analisa Hidro Ekonomi

2.9 Pengukuran tinggi jatuh

Pengukuran tinggi jatuh air antara sumber air dengan lokasi turbin dilakukan menggunakan alat GPS Geodetic. Prinsip yang digunakan untuk menghitung tinggi jatuh head adalah beda ketinggian elevasi antara elevasi di atas air terjun dengan elevasi di rencana rumah pembangkit power house. Dengan menggunakan GPS Geodetic, dapat diperoleh perhitungan elevasi suatu tempat dengan ketelitian hingga milimeter. Sehingga nilai head untuk perhitungan daya yang dapat dibangkitkan cukup akurat. Pengukuran ketinggian juga dilakukan dengan metode pengukuran lainnya sebagai pembanding, yaitu secara manual menggunakan meteran dengan menggunakan metode spirit level and string papan water pass. Metode ini hampir sama dengan pengukuran beda ketinggian menggunakan selang water pass namun perbedaanya adalah pada metode spirit level and string menggunakan batang waterpass. Metode spirit level and string melakukan pengukuran beda ketinggian antara dua titik dengan menggunakan bantuan tiang, tali, dan batang waterpass untuk melihat kelurusannya secara horizontal.

2.10 Analisa Hidro Ekonomi

Pengkajian kelayakan suatu usulan proyek bertujuan untuk mempelajari usulan tersebut dari segala segi profesional agar diterima, dilaksanakan dan betul- betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jangan sampai setelah proyek selesai dibangun dan dioperasikan ternyata hasilnya jauh dari harapan. Kriteria kelayakan berkaitan erat dengan keberhasilan dan akan berbeda dari satu serta lain sudut pandang dan kepentingan Soeharto, 2002. Pengkajian kelayakan atas suatu usulan juga tergantung pada nilai proyek tersebut. Semakin besar nilai suatu proyek, semakin besar dana yang akan ditanam, sehingga semakin luas jangkauan dan sifat pengkajiannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kelayakan usahaproyek yaitu Net Present Value, Pay Back Periode, Break Event Point, Benefit Cost Ratio dan Internal Rate of Return Wijaya dkk, 2012: 1. Net Present Value NPV adalah selisih harga sekarang dari aliran kas bersih Net Cash Flow di masa datang dengan harga sekarang dari investasi awal pada tingkat bunga tertentu. Untuk menghitung NPV dapat digunakan Persamaan 2.39 berikut ini: ��� = ∑ �� � 1+ � � = ∑ �� � − �̅ � � �=1 � �=1 2.37 dengan: NPV = Net Present Value Rp NB = Net Benefit = Benefit-Cost Rp n = Tahun ke–n tahun � � = Benefit yang telah didiskon Rp � � = Cost yang telah didiskon Rp 2. Pay Back Periode PBP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan cash in flows yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Untuk menghitung PBP digunakan Persamaan 2.40 berikut ini: ��� = � �−1 + ∑ � � −∑ � ��� −1 ��������� � �=1 � �=1 � � ���� 2.38 dengan: PBP = Pay Back Periode tahun � �−1 = Tahun sebelum terdapat PBP tahun � � = Jumlah investasi yang telah didiskon Rp � ��� −1 = Jumlah benefit yang telah didiskon sebelum PBP Rp � � = Jumlah benefit pada PBP Rp 3. Break Event Point BEP adalah keadaan atau titik di mana kumulatif pengeluaran Total Cost sama dengan kumulatif pendapatan Total Revenue atau laba sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan Total Revenue = Total Cost. 4. Benefit Cost Ratio BCR adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif benefitkeuntungan dengan manfaat bersih yang bernilai negatif costbiaya. Suatu proyek dapat dikatakan layak bila diperoleh nilai BCR 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh nilai BCR 1. Untuk menghitung BCR digunakan Persamaan 2.41 berikut ini: ��� = ∑ � � � �=0 ∑ � � � �=0 2.39 dengan: BCR = Benefit Cost Ratio � � = Keuntungan benefit pada tahun k Rp � � = Biaya cost pada tahun k Rp n = Periode proyek tahun k = Tahun ke-n tahun 5. Internal Rate of Return IRR adalah besarnya tingkat keuntungan yang digunakan untuk melunasi jumlah uang yang dipinjam agar tercapai keseimbangan ke arah nol dengan pertimbangan keuntungan. IRR ditunjukkan dalam bentuk per periode dan bernilai positif I 0. Untuk menghitung IRR digunakan Persamaan 2.42 berikut ini: ��� = � 1 + � ��� 1 ��� 1 −��� 2 � ∗ � 2 − � 1 2.40 dengan: IRR = Internal Rate of Return ��� 1 = Net Present Value dengan tingkat bunga rendah Rp ��� 2 = Net Present Value dengan tingkat bunga tinggi Rp � 1 = Tingkat bunga pertama � 2 = Tingkat bunga kedua

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI