27 Skema diatas menunjukan terdapat dua lembaga penting di Indonesia yang
bertanggung Jawab terhadap kemunculan film dan drama Korea di Indonesia, yaitu:
1. Direktorat Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif
Distributor merupakan pihak yang pertamakali menjual produk film nya pada pihak Production House PH Stasiun TelevisiImpor-Ekspor.
Dalam proses masuknya film Korea ke Indonesia, pihak Production House inilah yang bertanggung jawab mendaftarkan filmnya pada
Direktorat Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Lembaga ini bertugas memeriksa dokumen-dokumen pendaftaran film
seperti, dokumen permohonan impor film, dokumen kontrak kerjaperjanjian, dan synopsis film. Dokumen yang dianggap memenuhi
syarat kelengkapan, maka diizinkan untuk diterbitkan.
2. Lembaga Sensor Film Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan
Selain mendapatkan izin dari pihak Direktorat Perfilaman, PH selaku pemegang lisensi film juga harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari
pihak Lembaga Sensor Film atas film dan drama Korea yang hendak diputar di layar kaca. Hal ini dilakukan PH setelah mendapatkan
Penerimaan Penerbit: Tanda Pendaftaran Impor Film dari Direktorat Perfilman.
Proses penyensoran penerbitan film ini sesuai dengan SK Menpen no 2161994 mengenai keharusan PH mendapatkan Surat Penerbitan Lulus Sensor
28 SLS. Setelah film dan drama Korea dianggap lulus sensor, maka akan
mendapatkan legislasi untuk diedarkanditayangkan.
29
BAB III KEBIJAKAN
REPUBLIC OF KOREA TERHADAP MEDIA FILM DAN DRAMA
3.1 Sejarah Film Korea
Industri perfilman Republic of Korea dibentuk sebagai sarana yang dipakai Jepang untuk memperluas pengaruhnya. Pada 1920, Jepang membuat Motion
Picture Department dengan tujuan meningkatkan propaganda imprealisme Jepang
baik didalam maupun diluar Korea. Departemen ini mencoba menciptakan serangan ideologi Jepang melalui film dengan cara mengoperasikan program
pendidikan yang membenarkan peraturan Jepang atas semenanjung Korea di segala aspek kehidupan. Dari departemen ini pula lahir beberapa peraturan seperti Motion
Picture and Film Cencorship Regulation 1926 dan Motion Picture and Film
Control Regulation 1936. Ketentuan pertama dari peraturan ini menetapkan
bahwa setiap film yang gagal melewati peraturan sensor maka tidak akan diberikan izin tayang Kim Mee Hyun: 2006.
Selanjutnya, menurut Kim Mee Hyun, pada kenyataannya sensor film hanyalah sebuah usaha pemerintah Jepang untuk mencekal film-film pemikiran
rakyat Korea yang dianggap dapat membahayakan dan memunculkan sentimen atas Jepang. Kebijakan ini bertujuan mempromosikan ide bahwa Jepang dan Korea
adalah satu bangsa, sebagaimana sebuah slogan yang menyebutkan “Japan and
Korea are one Body”.