Sistematika Staphylococus aureus adalah sebagai berikut
22
: Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik. Antigen ini merupakan kompleks peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat
fagositosis dan bagian ini yang diserang bakteriofaga. Selain itu Staphylococcus aureus juga bersifat lisogenik yaitu mengandung faga yang tidak berpengaruh pada dirinya sendiri, tetapi
menyebabkan lisis pada anggota dari spesies sama. S.aureus merupakan kuman patogen yang bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk koagulase, mencairkan gelatin, membentuk
pigmen kuning emas. Staphylococcus aureus umumnya dapat memfermentasi manitol dan menghemolisis sel darah merah.. Setiap jaringan ataupun organ tubuh dapat terinfeksi dan
menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan lokal, nekrosis, dan pembentukan abses. Pada penyebaran ke bagian tubuh lain melewati pembuluh getah
bening dan pembuluh darah. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai
berupa suatu piemia yang fatal, serta keracunan makanan, dan toxic shock syndrome. Umumnya bakteri ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik.
23
2.1.3 Mekanisme Antibakteri
Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khusus nya bakteri patogen yang dapat merugikan manusia. Antibakteri adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi jenis mikroba lain. Obat yang dapat digunakan untuk membasmi mikroba memiliki ketentuan yaitu harus memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba tapi tidak toksik untuk hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, dibagi menjadi 2
yaitu :
24
1. Antibakteri yang mempunyai sifat menghambat pertumbuhan bakteri aktivitas bakteriostatik
2. Antibakteri yang mempunyai sifat membunuh bakteri aktivitas bakterisid
Dalam menghambat pertumbuhan bakteri ataupun membunuhnya, terdapat kadar minimal. Kadar minimal tersebut masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal
KHM dan kadar bunuh minimal KBM. Antimikroba tertentu dapat meningkat aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi
kadar hambat minimal KHM.
24
2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri
Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Salah satu manfaat dari uji antimikroba adalah diperolehnya satu
system pengobatan yang efektif dan efisien. Penentuan setiap kepekaan kuman terhadap suatu obat adalah dengan menentukan kadar obat terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman in vitro. Beberapa cara pengujian antibakteri adalah sebagai berikut :
a. Metode Difusi
Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji.
Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidak nya zona hambatan yang akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi.
23
Pada metode ini dapat dilakukan dengan 3 cara,yaitu :
1 Cara Cakram Disc Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan
kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada cara ini, digunakan suatu cakram kertas saring paper disc yang berfungsi sebagai
tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian
diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati
setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37
o
C. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling
kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri.
24
Menurut greenwood 1995 efektifitas suatu zat antibakteri bisa diklasifikasikan pada tabel berikut :
10