Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.
d. Akses Pelayanan Kesehatan
Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran medical service dan pelayanan kesehatan masyarakat public health service.
Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan
preventif pencegahan dan promotif peningkatan kesehatan dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses
kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif pengobatan dan rehabilitatif pemulihan. Notoatmodjo, 1997 : 89
Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering
melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses
kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan
masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi. Harper, Deaton, dan Driskel, 1986: 195
2.2.3 Penilaian Status Gizi Balita
Penilaian status gizi adalah interpretasi data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau
individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, 2007: 261 Sementara itu Harper, Deaton, dan Driskel menyatakan bahwa
penilaian status gizi adalah pembandingan keadaan gizi menurut hasil pengukuran terhadap standar yang sesuai dari individu atau kelompok
mesyarakat tertentu.
Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.
Tujuan penilaian status gizi balita meliputi dua komponen yakni individu dan populasi. Bagi individu, penilaian status gizi menentukan
keadaan gizi, mendeteksi defisiensi nutrisi, dan memantau pertumbuhan fisik balita. Dari hasil penilaian tersebut dapat dilakukan intervensi yang
sesuai. Sementara itu, bagi populasi hal ini dapat menunjukkan tingkat status gizi masyarakat. Dengan demikian, pemerintah dapat mengambil kebijakan
yang sesuai. Status gizi dapat diketahui dengan berbagai macam cara. Menurut
Supariasa 2001 status gizi dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung yang meliputi pemeriksaan antropometri, klinis, dan biokimia dan
secara tidak langsung yaitu melalui survei konsumsi makanan, statistik vital, dan ekologi. Metode yang paling sering digunakan dan mudah untuk
dilakukan yaitu penilaian secara antropometri, salah satu cara yaitu dengan membandingkan antara berat badan dengan umur, yang menurut Supariasa
2001 merupakan cara yang cukup efisien. Secara umum, antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Supariasa, 2001 : 19 Indeks yang digunakan pada antropometri adalah berat badan menurut
umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam
keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Supariasa, 2001 : 56-57. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.
maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. Supariasa, 2001 : 56-57
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Supariasa, 2001 : 57
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Supariasa,
2001: 58 Sementara itu, indikator yang digunakan pada penilaian adalah titik
potong pada ketiga kurva indeks tersebut. Pedoman yang digunakan adalah standar berdasarkan tabel WHO-
NCHS National Center for Health Satistics. Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak dalam bulan dengan berat
badan pada tabel standar WHO-NCHS, bila berat badannya kurang, maka status gizinya dianggap kurang. NCHS merekomendasikan persentil ke 5
sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan indeks antropometrik Status Gizi
BBU TBU
BBTB Gizi Baik
80 90
90 Gizi Sedang
71-80 81-90
80-90 Gizi Kurang
61-70 71-80
71-80 Gizi Buruk
≤60 ≤70
≤70 Sumber : Yayah K. Husaini. Antropometri sebagai indeks gizi dan kesehatan
masyarakat. Jakarta : Medika 1997:60 Catatan : Persen dinyatakan terhadap baku NCHS
Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.
Pemantauan pertumbuhan juga dapat dipantau KMS. Menurut Arisman 2004, KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan,
bukan hanya menilai status gizi. Salah satu kegiatan posyandu yaitu menimbang balita kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan
berat badan dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan grafik pertumbuhan pada
KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di
bawah garis merah, maka status gizi balita adalah buruk.
2.3. Grafik Pertumbuhan KMS sebagai Alat Pantau Status Gizi