Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Per Share Pada Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PER SHARE PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

KHALIJAH 090521067

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share pada industri barang konsumsi Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini terdiri dari 5 variabel yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share. Periode penelitian ini adalah pada tahun 2006-2009.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia yaitu analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji signifikansi simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parsial (uji statistik t) dengan α=5%.

Hasil uji signifikansi simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap Dividen Per Share. Hal ini dapat dilihat dari hasil SPSS

yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari α=5% (0,002<0.05). Hasil uji signifikansi parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel Firm Size dan Earning Per Share mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Per Share dimana tingkat

signifikannya lebih kecil dari α=5% (0,000<0.05). Sedangkan variabel bebas yang lain yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Asset tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Per Share

Kata Kunci: Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, and Earning Per Share.


(3)

ABSTRACT

This research has purposed to proof the influence of dividen per share in industry goods consumption on Indonesia Stock Exchange. This research contains of five variable, such as Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share. This research during 2006 to 2009.

Analisys method used to proof the influence of Dividen Per Share in industry goods consumption on Indonesia Stock Exchange is analysis deskriptif and statistic. Hypothesis test in this research use F-test and t-test.

The result of research used F-test indicate that Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share are together have significant effect to Dividen Per Share. The result of research used t-test indicate that Firm Size variable and Earning Per Share variable is partiality have positive and signifikan effect to Dividen Per Share, but Current Ratio, Debt to Equity Ratio and Return On Asset has no significant effect to Dividen Per Share.

Keywords : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, and Earning Per Share


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT semata atas rahmat dan Hidayah-Nya. Salawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir masa.

Alhamduliilah hanya dengan kekuatan dan kemudahan yang diberikan-Nya dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ ANALISIS FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN PER

SHARE PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA ”

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa segala daya upaya yang telah penulis lakukan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu DR. Endang Sulystia Rini SE, MSi selaku Ketua Program Studi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu DR. Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembimbing saya.

4. Ibu DRA. Marhayanie, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak DR. Muslich Lufti, MBA selaku dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs Nakman Harahap selaku dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan Staff Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Terima kasih yang tak terhingga buat kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Kasijo dan Ibunda Nurleli yang telah memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungannya secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Untuk adik-adikku yang kusayangi Hardiansyah dan Hana Karmila yang telah memberikan motivasi dan doanya selama ini.

10.Terima kasih buat tulang Marosolo yang telah memberikan doa dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada teman-temanku, Afrina, Rini, Leli, Falen, Elvi, Mona , Hotma terima kasih atas pertemanan dan dukungannya selam ini kepada penulis dan semua teman-teman stambuk 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(6)

Terima kasih atas segala bantuan yang penulis terima, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

Medan, Juli 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Pengertian Dividen ... 9

2.1.2 Kebijakan Pemberian Dividen ... 10

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen ... 12

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 14

2.1.5Kendala Atas Pembagian Dividen ... 16

2.1.6 Rasio Keuangan ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Konseptual ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Batasan Operasional ... 25

3.4 Definisi Operasional ... 24

3.5 Skala Pengukuran ... 28

3.6 Populasi dan Sampel ... 28

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.8 Jenis Data ... 30

3.9 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Perusahaan ... 36

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 36

4.1.2 Profil Perusahaan ... 40

4.2 Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Per Share ... 44


(8)

4.3 Analisis Data ... 54

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.3.2 Regresi Linear Berganda ... 66

4.3.2.1 Koefisien Determinasi ... 68

4.3.2.2 Pengujian Hipotesis ... 68

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Dividen Per Share Industri Barang Konsumsi ... 5

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel pada Industri Barang Konsumsi ... 29

3.2 Sampel Penelitian Industri Barang Konsumsi... 30

3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 33

4.1 Rata-rata Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size, Earning Per Share, dan Dividend Per Share pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009 ... 60

4.2 Current Ratio Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 45

4.3 Debt to Equity Ratio Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 47

4.4 Return on Assets Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 48

4.5 Firm Size Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 50

4.6 Earning Per Share Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 51

4.7 Dividend Per Share Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 53

4.8 Uji Normalitas pada Industri Barang Konsumsi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 60

4.9 Uji Glejser pada Industri Barang Konsumsi ... 63

4.10 Uji Multikolinearitas pada Industri Barang Konsumsi ... 64

4.11 Uji Autokorelasi Durbin Watson pada Industri Barang Konsumsi ... 65


(10)

4.13 Koefisien Determinasi pada Industri Barang Konsumsi ... 68 4.14 Uji Statistik F pada Industri Barang Konsumsi ... 69 4.15 Uji Statistik t pada Industri Barang Konsumsi ... 71


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 24 4.1 Histogram Dependent Variable (LN Dividen Per Share)

pada Industri Barang Konsumsi ... 56 4.3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent

Variable (LN Dividen Per Share) pada Industri Barang Konsumsi ... 58 4.5 Scatterplot Dependent Variabel (LN Dividen Per Share) pada


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

I Sampel Penelitian Industri Barang Konsumsi ... 123 II Hasil Pengolahan Data dengan Pengolahan SPSS 17.0 for


(13)

DAFTAR SINGKATAN

CR = Current Ratio

DER = Debt to Equity ratio

DPS = Dividend Per Share

FS = Firm Size

LN = Logaritma Natural

ROA = Return on Asset


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share pada industri barang konsumsi Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini terdiri dari 5 variabel yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share. Periode penelitian ini adalah pada tahun 2006-2009.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia yaitu analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji signifikansi simultan (uji statistik F) dan uji signifikansi parsial (uji statistik t) dengan α=5%.

Hasil uji signifikansi simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap Dividen Per Share. Hal ini dapat dilihat dari hasil SPSS

yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari α=5% (0,002<0.05). Hasil uji signifikansi parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel Firm Size dan Earning Per Share mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Per Share dimana tingkat

signifikannya lebih kecil dari α=5% (0,000<0.05). Sedangkan variabel bebas yang lain yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Asset tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Per Share

Kata Kunci: Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, and Earning Per Share.


(15)

ABSTRACT

This research has purposed to proof the influence of dividen per share in industry goods consumption on Indonesia Stock Exchange. This research contains of five variable, such as Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share. This research during 2006 to 2009.

Analisys method used to proof the influence of Dividen Per Share in industry goods consumption on Indonesia Stock Exchange is analysis deskriptif and statistic. Hypothesis test in this research use F-test and t-test.

The result of research used F-test indicate that Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share are together have significant effect to Dividen Per Share. The result of research used t-test indicate that Firm Size variable and Earning Per Share variable is partiality have positive and signifikan effect to Dividen Per Share, but Current Ratio, Debt to Equity Ratio and Return On Asset has no significant effect to Dividen Per Share.

Keywords : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, and Earning Per Share


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri barang konsumsi. Industri barang konsumsi bergerak cepat (fast moving consumergoods) tumbuh pesat sebesar 11,8% pada tahun 2010 seiring bergesernya perilaku belanja konsumen. Pertumbuhan industri barang konsumsi didukung bangkitnya perekonomian Indonesia dari krisis keuangan global pada tahun 2008 dan tahun 2009 dengan capaian produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% pada tahun 2010.

Sepanjang semester I tahun 2010, tercatat ada 3 (tiga) indeks sektoral yang tumbuh paling tajam, yaitu sektor industri barang konsumsi sebesar 41,93%, sektor aneka industri sebesar 32,22%, dan yang terakhir sektor manufaktur sebesar 29,94%. Kenaikan indeks sektoral tersebut banyak didukung oleh kenaikan barang-barang yang dihasilkan oleh emiten-emiten yang tergabung didalamnya, antara lain sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari 32 emiten.

Beberapa nama emiten yang cukup dikenal dan disinyalir ikut mendongkrak kinerja indeks sektor barang konsumsi secara signifikan antara lain PT Gudang Garam (GGRM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Kenaikan barang konsumsi diatas terbilang cukup tinggi dengan rata-rata kenaikan sebesar 53,81%. Kenaikan harga yang cukup tajam tersebut menjadikan emiten-emiten yang terdaftar dalam industri barang konsumsi tersebut sebagai market mover untuk indeks sektoral konsumsi bahkan indeks harga saham gabungan.


(17)

Pembagian dividen sangat penting bagi perusahaan karena dengan membagikan dividen dapat membantu perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian pemegang saham dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan.

Besar kecilnya dividen yang dibayarkan tergantung pada kebijakan dividen suatu perusahaan. Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan posisi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan.

Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen per share-nya yaitu besar dividen yang diberikan kepada para investor. Besar kecilnya dividen per share yang dibagikan akan mempengaruhi keputusan investasi para investor dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividen per share berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan dividen per share-nya sesuai dengan harapan investor dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh.

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Bagi perusahaan masalah likuiditas merupakan masalah yang sangat


(18)

penting karena mewakili kepentingan perusahaan berhubungan dengan pihak lain. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya. Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Dimana jika current ratio nya lebih dari satu maka semakin besar kemampuan perusahaan membayar kewajibannya. Sehingga kemampuan membayar dividennya juga tinggi.

Debt to Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur

seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono,2001:66). Suatu perusahaan akan memprioritaskan keuntungan yang diperolehnya untuk membayar hutang sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai dividen per share. Hal ini yang menyebabkan debt to equity ratio berpengaruh dalam pembagian dividen.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Return On Asset (ROA) adalah satu ukuran profitabilitas dan juga merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Return On Asset (ROA) diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar Return On Asset menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar. Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar


(19)

keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

Ukuran perusahaan (firm size) menunjukkan dimana perusahaan besar cenderung membagi dividen yang besar dari pada perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar yang memiliki asset yang besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga untuk menjaga nama baik perusahaan tersebut, mereka akan membagikan dividen dalam jumlah besar dibandingkan dengan perusahaan kecil yang lebih banyak menggunakan laba yang diperolehnya untuk mendanai operasi perusahaan dari pada membagikan dividen kepada pemegang saham.

Setiap perusahaan yang menjalankan operasi perusahaanya tentu mampu menghasilkan keuntungan bersih (earning). Keuntungan bersih (earning) yang dinyatakan dalam tiap lembarnya dinyatakan dalam Earning Per Share. Dividen akan dibayarkan jika perusahaan mampu mendapatkan keuntungan bersih, dengan begitu laba bersih per saham (EPS) akan mempengaruhi dalam pembagian dividen. Berikut adalah dividen per share yang dihasilkan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Tabel 1.1

Dividen Per Share Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

Sumber:

No. Perusahaan Dividen Per Share (dalam Rupiah)

2006 2007 2008 2009

1 AQUA 630 1.000 1.200 1.800

2 DLTA 1.300 1.400 3.500 9.500

3 GGRM 250 250 350 650

4 HMSP 145 390 600 1.525

5 INDF 31 43 47 93

6 KAEF 2,38 2,82 2,49 3,38

7 KLBF 10 10 13 27

8 MERK 2.000 2.300 5.350 4.909

9 MLBI 55,62 375,85 316,05 76,56

10 MYOR 35 40 50 100

11 TCID 250 280 300 320

12 TSPC 25 60 40 35


(20)

Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dividen per share yang dibagikan setiap tahun mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Namun ada beberapa perusahaan yang membagikan dividen setiap tahunnya yang mengalami peningkatan yaitu AQUA, DLTA, GGRM, INDF, KLBF, MYOR. Pada tahun 2009 DLTA membagikan dividen per share yang cukup besar dibanding tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 9.500. Meningkatnya pembayaran dividen dikarenakan perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang cukup besar dan memiliki kinerja perusahaan yang baik. Begitu juga dengan MERK, dividen per share yang dibagikan pada tahun 2008 sebesar Rp 5.350 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun 2007 sebesar Rp 2.300. Pada tahun 2008 MLBI juga membagikan dividen per share sebesar Rp. 15 yang mengalami peningkatan dibanding dividen per share pada tahun 2007 sebesar Rp. 3,6. Sedangkan perusahaan lainnya dividen per share yang dibagikan mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian serta permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Faktor Yang Mempengaruhi

Dividen Per Share Pada Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share, mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividen Per Share pada Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia?”.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah ntuk mengetahui dan menganalisis hubungan pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share, terhadap Dividend Per Share pada Industri Barang Konsumsi di Bursa

Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan penentuan pembagian dividen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat menarik para investor atau calon investor untuk menanamkan modalnya pada waktu yang akan datang.

b. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan berpikir yang ilmiah khususnya mengenai Dividen Per Share dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

c. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham sehubungan dengan harapan atas dividen per share yang akan dibagikan.


(22)

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan memberikan perbandingan dalam kegiatan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Dividen

Dividen adalah sumber aliran kas untuk perusahaan dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan apabila perusahaan mendapat laba. Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perlu diputuskan oleh Dewan Direksi Perusahaan. Direksi biasanya mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen setiap kuartalan atau setengan tahun dengan melakukan evaluasi posisi keuntungan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang dengan menentukan jumlah dividen yang harus dibayar dan menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen.

Adapun tujuan dari pembagian dividen adalah sebagai berikut:

a. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham.

b. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.

c. Sebagian investor memandang bahwa resiko dividen adalah lebih rendah dibanding resiko capital gain.

d. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi.


(24)

e. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham.

2.1.2. Kebijakan Pemberian Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiyaan di masa yang akan datang. Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash devidend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk-bentuk kebijakan dividen tersebut adalah:

1. Kebijakan pemberian dividen stabil

Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya akan diberikan secara tetap per lembar sahamnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pembayaran dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan :

a. Bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil diprediksi memiliki risiko yang kecil.

b. Bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa akan datang.

c. Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan.

2. Kebijakan dividen yang meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.


(25)

3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar dividen yang

dibayarkan. Demikian pula sebaliknya bila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil.

4. Kebijakan pemberian dividen reguler ditambah ekstra

Kebijakan pemberian dividen, dengan cara ini perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

Kebijakan dividen yang yang optimal pada pada suatu perusahaan adalah kebijakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Secara umum ada tiga dasar dari kebijakan dividen, antara lain:

1. Kebijakan dividen biasa

Pada kebijakan dividen biasa atau reguler dividend policy, perusahaan membayar dividen per lembar saham dalam rupiah yang tetap setiap periode. Kebijakan ini meniadakan keragu-raguan investor atau pemegang saham sekaligus menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan lancar. Pada kebijakan ini dividen per lembar saham tidak pernah turun.

2. Kebijakan dividen dengan persentase tetap pembayaran dividen tunai Kebijakan ini dikenal dengan nama constant payout ratio dividend policy. 3. Kebijakan dividen rendah plus ekstra

Kebijakan ini dikenal dengan nama lower reguler and ekstra dividend policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah. Jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat baik maka


(26)

jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra. Pada jumlah pembayaran reguler atau biasa, yang tetap ini menjamin kepastian bagi pemilik saham dan karena jumlahnya rendah hal ini juga akan menenteramkan perusahaan. Pada laba yang sangat bagus, perusahaan akan membayarakan ekstra dividen bagi pemegang saham. Pembayaran ekstra ini akan disambut baik oleh pasar dan akan menaikkan harga saham.

2.1.3. Teori-teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori dari preferensi investor tentang pembayaran dividen antara lain (Brigham dan Houston, 2006: 66):

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Teori yang dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori Bird in the Hand

Teori yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner. Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dividen daripada pendapatan dari keuntungan modal (capital gain).


(27)

3. Teori Preferensi Pajak

Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang dikenakan pada dividen. Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal (capital gain) yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003 :387) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain yaitu :

1. Peraturan hukum:

a. Peraturan mengenai laba bersih menetukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.

b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal.

c. Peraturan mengenai tidak mampu membayar, artinya perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu.

2. Posisi Likuiditas

Posisi kas atau likuiditas perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan membayar dividen. Bagi perusahaan yang memiliki laba ditahan yang cukup, tetapi manajemen memutuskan untuk menginvestasikan kedalam aktiva maka perusahaan tidak dapat membayar dividen dalam bentuk kas.


(28)

3. Membayar Pinjaman

Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman.

4. Kontrak Pinjaman

Kontrak pinjaman yang menyangkut pinjaman jangka panjang sering kali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

5. Pengembangan Aktiva

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.

6. Tingkat Pengembalian

Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali didalam perusahaan maupun tempat lain.

7. Stabilitas keuntungan

Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dpat memperkirakan bagaimana keuntungan dikemudian hari. Maka perusahaan tersebut kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan presentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

8. Pasar modal

Perusahaan besar dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur dapat dengan mudah masuk kepasar modal atau memperoleh bermacam-macam dana dari luar


(29)

untuk pembiayaannya dan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil atau yang masih baru.

9. Kendali perusahaan

Jika perusahaan hanya memperluas uasahanya dari pembiayaan intern maka pembayarandividen akan berkurang.

2.1.5. Kendala Atas Pembagian Dividen

Beberapa kendala dalam pembagian dividen, antara lain: 1. Kontrak Utang

Biasanya membatasi pembagian dividen dari laba ditahan yang dihasilkan setelah pinjaman diberikan. Kontrak utang juga seringkali mensyaratkan bahwa tidak ada dividen yang dapat dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga (time-interst-earned-ratio) dan rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang ditetapkan.

2. Pembatasan saham preferen

Biasanya, dividen saham biasa tidak akan dapat dibayarkan jika perusahaan belum membayarkan dividen untuk saham preferennya.

3. Ketidakcukupan Laba

Pembayaran dividen tidak boleh melebihi “laba yang ditahan” pada pos neraca. Pembayaran resmi ini disebut “impaiment of capital rule”, dirancang untuk melindungi kreditor.

4. Ketersediaan Kas

Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas. Jadi kekurangan kas di perusahaan dapat membatasi pembagian dividen. Namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan pinjaman kepada bank.


(30)

5. Denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar.

Jika rasio pembayaran dividen suatu perusahaan sengaja dibuat rendah untuk menolong para pemegang sahamnya menghindari pajak pribadi, perusahaan tersebut akan dikenai denda yang berat.

2.1.6. Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2008: 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding dengan teknik analisis lainnya.

Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

c. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

e. Menstandarisir ukuran (size) perusahaan.

f. Lebih mudah memperbandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.


(31)

Teknik analisis rasio disamping memiliki keunggulan, juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari ketika penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini: 1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan

judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.

2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan untuk menghitung rasio.

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Analisis fundamental berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Pada umumnya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan bersangkutan.


(32)

Informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah didapatkan dibandingkan alternatif informasi lainnya bagi investor yang melakukan analisis fundamental. Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada investor sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa yang telah dicapainya.

Analisis rasio keuangan akan melihat teknik analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio, Quick Ratio, dan Net-Workoing Capital.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, dimana rasio ini terbagi menjadi Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Long-Term Debt to Equity Ratio, Long-Term Debt to Capilization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow

Interest Coverage dan Cash Return on Sales.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, terbagi menjadi Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Operating Ratio.


(33)

4. Rasio Pasar

Rasio pasar menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. Rasio ini terbagi menjadi Dividend per Share, Earning per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Book Value per Share, dan Price to book Value.

2.2. Penelitian Terdahulu

Surbakti (2010) melakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Pada penelitian ini digunakan variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Dividen Tahun Sebelumnya, Total Asset Turn Over. Hasil uji signifikansi simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Dividen Tahun Sebelumnya, Total Asset Turn Over mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Per Share. Hasil uji signifikansi individual (uji t) menunjukkan bahwa variabel Earning

Per Share, dan Dividen Tahun Sebelumnya mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

Dividen Per Share. Sedangkan variabel bebas yang lain yaitu Current Ratio, Debt to Equity

Ratio, dan Total Asset Turn Over tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen

per share.

Sumariyati (2009) melakukan penelitian dengan judul” Analisis Pengaruh ROI, Cash Ratio, dan EPS Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2006-2008.” Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa variabel ROI, CR, dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap DPR, dan dengan menggunakan Uji t maka di


(34)

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang

akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan (Sugiyono, 2006: 49).

Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang dibayarkan terhadap pendapatan perusahaan atau pendapatan tiap lembar disebut rasio pembayaran dividen.

Likuiditas perusahaan merupakan posisi perusahaan dalam aktiva lancar termasuk kas. Perusahaan dengan laba ditahan yang besar sukses dalam mengumpulkan kas dari operasi. Tapi dana ini biasanya tidak diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk periode pendek atau digunakan untuk membayar kas. Karena dividen dibayarkan dengan kas tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas yang tersedia untuk pembayaran dividen. Maka, posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh pada kemampuan membayar dividen (Keown,2000:621).

Penggunaan hutang dalam perusahaan dapat mengurangi keuntungan perusahaan karena perusahaan harus membayar sejumlah biaya berupa bunga pinjaman (Sartono, 2001:121) Dimana debt to equity ratio merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Dimana semakin tinggi debt to equity ratio akan mengakibatkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan, yang mengakibatkan pembagian dividen juga akan semakin kecil.

Return On Asset (ROA) adalah satu ukuran profitabilitas dan juga merupakan ukuran

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Return On Asset (ROA) diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan


(35)

dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset (ROA) maka pembagian dividen juga semakin besar.

Akses perusahaan pada pasar modal yang menunjukkan bahwa perusahaan dapat menahan laba untuk tujuan investasi, atau membayar dividen dan menerbitkan utang baru atau sekuritas modal untuk mendanai investasi. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal, sehingga memiliki fleksibilitas dan kemampuan lebih besar untuk mendapatkan dana bagi pembayaran dividen. Tetapi untuk sebagian besar perusahaan kecil atau baru tidak memiliki akses kepasar modal, jadi mereka harus bergantung pada dana internal. Yang mengakibatkan, rasio pembayaran dividen biasanya jauh lebih rendah untuk perusahaan kecil atau baru daripada perusahaan besar dan milik publik. Hal ini dibedakan dengan ukuran perusahaan (Keown,2000:621).

Menurut Brigham, kenaikan dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga saham (Brigham,2006:250). Jika Earning Per Share (EPS) besar maka besar pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen, sebalikanya jika Earning Per Share (EPS) kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen, karena investor lebih meminati saham yang memiliki Earning Per Share (EPS) yang tinggi dibanding yang memiliki Earning Per Share (EPS) yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan adalah sebagai berikut:


(36)

Gambar 2.1.Kerangka Konseptual

Sumber: Keown(2000), Sartono(2000), Brigham (2006)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang peroleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,2003:306).

Berdasarkan perumusan masalah, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh yang signifikan antara Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share, terhadap dividen per share pada Industri Barang Konsumsi di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

Earning Per Share (X5)

Current Ratio (X1)

Return On Asset (X3)

Firm Size (X4)

Dividen Per Share (Y) Debt to Equity Ratio


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian asosiatif, dimana penelitian asosiatif merupakan penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, diteliti sejauh mana pengaruh antara Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share, terhadap Dividen Per Share pada Industri Barang Konsumsi di

Bursa Efek Indonesia.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.dunia investasi.com dan Juni 2011 sampai dengan Juli 2011.

3.3. Batasan Operasional

Keterbatasan teori-teori dan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka ditetapkan batasan operasional dari penelitian sebagai berikut

a. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Variabel Terikat yaitu Dividen Per Share.

2) Variabel Bebas yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share,

b. Data yang digunakan adalah data sekunder pada Indutri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.


(38)

c. Menggunakan data laporan keuangan tahunan 2006-2009

3.4. Defenisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Dividen Per Share (Y)

Dividen Per Share digunakan untuk mengukur berapa jumlah rupiah yang diberikan

kepada pemilik saham dari keuntungan untuk tiap lembar saham. Variabel terikat yang digunakan adalah nilai dividen per share masing-masing perusahaan sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

b. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel independen merupakan variabel tidak terikat yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Current Ratio (X1)

Current Ratio adalah kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Rumus:

Current Ratio=

2) Debt to Equity Ratio (X2)

Merupakan perbandingan utang dengan ekuitas. Penggunaan hutang dalam perusahaan dapat mengurangi keuntungan perusahaan karena perusahaan harus membayar sejumlah biaya berupa bunga pinjaman.

Rumus:


(39)

3) Return On Asset (X3)

Merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.

Rumus:

Return on Asset =

4) Firm Size (X4)

Ukuran perusahaan mencerminkan ukuran berdasarkan kapitalisasi pasar. Perusahaan besar dengan mudah dapat masuk kepsar modal sementara perusahaan kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk masuk kepasar modal dan kemampuannya untuk meningkatkan modal akan terbatas. Perusahaan besar akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibanding perusahaan kecil.

Rumus:

Firm Size = Natural Log Total Aktiva

5)Earning Per Share (X5)

Earning Per Share (EPS) menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham

menghasilkan laba. Rumus:


(40)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tesebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono,2003:84). Skala pengukuran Dividen Per Share, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset Firm size, Earning Per Share, adalah menggunakan skala rasio. Dengan meggunakan laporan keuangan

sebagai instrument untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti.

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2006:72). Populasi penelitian ini adalah Indutri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003:78).

Kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan yang terdaftar pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu 2006-2009.

b. Perusahaan yang memiliki data laporan keuangan tahunan yang lengkap selama periode penelitian, yaitu 2006-2009.


(41)

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel

No

Karateristik Sampel Jumlah

1 Emitenyang terdaftar pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu 2006-2009

32

2 Emiten yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengakap selama periode penelitian, yaitu 2006-2009

(4)

3 Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama periode penelitian, yaitu 2006-2009

(15)

Jumlah Sampel 13

Sumber:

Berdasarkan karateristik penarikan sampel, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 13 perusahaan. Adapun sampel perusahaan tersebut antara lain:

Tabel 3.2

Nama–Nama Perusahaan Dalam Sampel Penelitian

NO Kode Nama Perusahaan

1 AQUA Aqua Golden Mississippi, Tbk

2 DLTA Delta Djakarta, Tbk

3 GGRM Gudang Garam, Tbk

4 HMSP HM Sampoerna, Tbk

5 INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk

6 KAEF Kimia Farma, Tbk

7 KLBF Kalbe Farma, Tbk

8 MERK Merck, Tbk

9 MLBI Multi Bintang Indonesia, Tbk

10 MYOR Mayora Indah Tbk

11 TCID Mandom Indonesia Tbk

12 TSPC Tempo Scan Pasific

13 UNVR Unilever Indonesia Tbk


(42)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data pendukung berupa buku, jurnal, skripsi, dan data-data internet.

3.8. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder peneliti diperoleh melalui media internet dengan menggunakan situs penelitian ini adalah data laporan keuangan Industri Barang Konsumsi.

3.9. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beikut:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan diintrepretasikan secara objektif.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan rumus:

Y= a + bıXı + b2X 2 + b3X 3 + b4X 4 + b5X5+ e

Dimana :

Y = Dividen Per Share a = Konstanta

X1 = Current Ratio


(43)

X3 = Return On Asset

X4 = Firm Size

X5 = Earning Per Share

b1,2,3,4,5, = Koefisien Regresi Variabel Independen 1,2,3,4,5 e = Standar error

c. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi syarat uji asumsi klasik yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah data terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov. Apabila diperoleh nilai signifikan uji Kolmograv-Smirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka data dinyatakan normal (Situmorang et al,

2010:97).

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual

satu pengamatan kepengamatan yang lainnya tetap, maka terjadi homokedasitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedasitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot disekitar nilai X dan Y, jika ada pola tertentu, maka terjadi gejala heteroskedasitas. (Situmorang et al,2010:100).


(44)

3. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi sebagai berikut: jika nilai tolerance < 0,1 atau nilai varians inflation factor (VIF) > 5 untuk setiap variabel bebas. Hubungan linear antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independen. (Situmorang et al, 2010:136) 4. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-ı (periode sebelumnya) (Situmorang et al,2010:113). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka digunakan model statistik dari D-W (Durbin-Watson) dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Pengambilan Kepurtusan Durbin Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 - dl ≤ d < 4

Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 - du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

Sumber : Situmorang, et al (2010:120)

d. Koefesien Determinasi

Koefesien determinasi merupakan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi Adjusted R Square maka akan semakin


(45)

baik bagi model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.

e. Pengujian Hipotesis

1. Uji-F atau Uji Simultan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujian :

H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, artinya variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On

Asset, Firm Size, Earning Per Share, secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Dividen Per Share.

H0 : b1#b2#b3b4#b5=0, artinya variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio Return On Asset,

Firm Size, Earning Per Share, secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap Dividen Per Share.

Pada penelitian ini nilai F-hitung akan dibandingkan dengan F-tabel pada tingkat signifikan (α) =

5%.

Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah :

Terima Hο bila Fhitung≤ Ftabel

Tolak Hο (terima Hı) bila Fhitung > Ftabel

2. Uji-t (secara parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual (secara parsial) dalam menerangkan variasi dependen.


(46)

H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, artinya variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On

Asset, Firm Size, Earning Per Share, secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Dividen Per Share.

H0 : b1#b2#b3b4#b5#0, artinya variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset,

Firm Size, Earning Per Share, secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Dividen Per Share.

Pada penelitian ini nilai t-hitung akan dibandingkan dengan t-tabelpada tingkat signifikan (α) =

5%.

Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t adalah :

Terima Hο bila t-tabel ≤ t-hitung ≤ t-tabel


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.


(48)

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2. Tahun 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

3. Tahun 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. Tahun 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

6. Tahun 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).

7. Tahun 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. Tahun 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.


(49)

Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

9. Tahun 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

10.Tahun 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

11.Tahun 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

12.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13.Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

14.Tanggal 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

15.Tanggal 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.


(50)

16.Tanggal 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

17.10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

18.Tahun 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

19.Tahun 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

20.Tahun 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

21.Tahun 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.2. Profil Perusahaan

1) PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA)

PT Aqua Golden Mississippi Tbk adalah pelopor dalam air mineral botol di Indonesia. AQUA mulai beroperasi pada tahun 1974. Saat ini perusahaan memiliki pabrik pembotolan di Bekasi, Citeureup (Bogor) dan Sukabumi dengan kapasitas produksi 640 liter per tahun. Status Perusahaan AQUA adalah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). AQUA pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 1 Maret 1990.

2) PT Delta Djakarta Tbk (DLTA)


(51)

Anker Bir, Anker Stout serta berlisensi merek San Miguel dan Carlsberg. Status Perusahaan merupakan penanaman modal asing (PMA). DLTA pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 27 februari 1984.

3) PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

PT Gudang Garam Tbk merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam produksi rokok. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni 1958. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang Go Public pada tanggal 27 Agustus 1990 dengan harga perdana Rp 1.000 perlembar sahamnya. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Suryaduta Investama sebesar 66,80%.

4) PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

PT HM Sampoerna Tbk adalah produsen rokok kretek terbesar kedua di Indonesia dengan sekitar 15 persen (dalam hal volume) dari jumlah pasar rokok. Didirikan pada tahun 1913, dan merupakan perusahaan tertua dari produsen-produsen rokok terbesar. Status perusahaan termasuk dalam jenis penanaman modal dalam negeri (PMDN). HMSP pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 15 Agustus 1990.

5) PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama awal PT. Panganjaya Intikusuma. Perusahaan ini bertempat di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai lokasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Status perusahaan merupakan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini bergerak dalam industri konsumsi yaitu memproduksi mie instans, makanan ringan, bumbu masakan, biskuit, makanan bayi, distribusi dan pengepakan. Jumlah pegawai nya adalah


(52)

38.762 orang. Perusahaan ini pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 14 Juli 1994.

6) PT Kimia Farma Tbk (KAEF)

Didirikan di Jakarta 23 Januari 1969 sebagai PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma. Disebut PN Farmasi Kimia Farmasi karena merupakan perusahaan negara yang tergabung dari Badan Pimpinan Umum Anak-Anak Negara Farmasi dan Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Farmasi PN Radja Farma, PN Sari Husada , PN Farmasi Alat Kesehatan Nakula Farma, PN Farmasi Alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma. Merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 04 Juli 2001.

7) PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Didirikan pada 10 September 1966, Kalbe Farma berkomitmen untuk memproduksi dan memasarkan berbagai produk farmasi yang komprehensif untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen. Kalbe Farma menguasai sekitar 12 persen dari seluruh penjualan farmasi di Indonesia, 19 persen pasar OTC dan 8 persen pasar etis, melalui usaha sendiri dan tujuh anak perusahaan. Status perusahaan termasuk dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 30 Juli 1991.

8) PT Merc Tbk (MERK).

PT Merc Tbk Indonesia merupakan anggota dari Merck International Group. Perusahaan memproduksi produk farmasi dengan fasilitas produksi di Jakarta Timur. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1974 di bidang produksi produk medis, seperti Songobian dan Neurobion. Status perusahaan merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 23 Juli 1981.


(53)

9) PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan penghasil bir terbesar di Indonesia dan didirikan pada 1931 dengan nama NV Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Perusahaan ini merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 15 Desember 1981.

10)PT Mayora Indah Tbk (MYOR)

PT Mayora Indah Tbk didirikan pada tahun 1977 dikenal sebagai salah satu produsen produsen makanan olahan dan produsen dalam negeri terbesar di Indonesia. PT. Mayora Indah tercatat di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada Mei 1990. PT Mayora dan anak perusahaan memproduksi berbagai macam makanan konsumen seperti biskuit, wafer, permen, coklat produk coklat, dan produk kopi.

11)PT Mandom Indonesia Tbk (TCID)

PT Tancho Indonesia Tbk pada awalnya didirikan sebagai perusahaan patungan oleh Mandom Corporation, Jepang dan NV Pabrik City, Indonesia. Produk ini dijual kepada dua agen utama, PT Asia Pramita dan PT Tanesia. Perusahaan ini bergerak dalam industry kosmetik, parfum dan barang-barang plastik. Merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Pertama kali terdaftar pada tanggal 30 September 1993.

12)PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)

PT Tempo Scan Pacific Tbk adalah salah satu produsen produk farmasi, perawatan kesehatan dan kosmetik yang didirikan pada tahun 1970. Perusahaan ini terkenal dengan produk-produk farmasi seperti Bodrex, Hemaviton dan Neo-Rheumacyl. Merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pertama kali terdaftar pada tanggal 17 Juni 1994.


(54)

13)PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

PT Unilever Indonesia Tbk mulai beroperasi sejak 1934, awalnya dimiliki oleh Belanda Corporation (Lever`s Zeepfabrieken NV). Perusahaan ini memproduksi 19 kategori dari lini produk konsumen seperti sabun, deterjen, memasak kebutuhan dan kosmetik. Merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Pertama kali tanggal 11 Januari 1982.

4.2. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share

Deskripsi nilai variabel independen, yaitu: Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Firm Size, Earning Per Share serta variabel dependen, yaitu Dividen Per Share pada

industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1

Rata-rata Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Firm Size, Earning Per Share dan Dividen Per Share pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Periode 2006-2009 No

EMITEN Current Ratio Debt to Equity

Ratio Return on Assets Firm Size Earning Per Share Dividen Per Share

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 710,69 0,74 7,63 17,22 5,57 858

2 PT Delta Djakarta Tbk 411,75 0,30 11,34 20,30 4,70 3.633

3 PT Gudang Garam Tbk 212,87 0,61 7,83 17,00 563 375

4 PT HM Sampoerna Tbk 169,63 0,96 26,04 16,55 920,44 830

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 103,58 2,57 5,17 17,21 137,18 52,82

6 PT Kimia Farma Tbk 207,32 0,52 3,77 27,98 9,64 2,77

7 PT Kalbe Farma Tbk 305,90 0,36 17,44 29,33 76,55 15

8 PT Merc Tbk 610,13 0,19 29,44 19,68 4,70 6,22

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 67,84 3,60 20.89 13,56 8,55 7,81

10 PT Mayora Indah Tbk 256,67 0,91 8,18 28,46 262,06 56,25

11 PT Mandom Indonesia Tbk 647,56 0,11 13,84 27,43 590,05 288

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 393,58 0,28 10,96 28,68 6842 40

13 PT Unilever Indonesia Tbk 109,58 1,01 3793 15,59 299,40 299


(55)

Pada table 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 3 perusahaan yang mempunyai dividen per share diatas rata-rata total keseluruhan dividen per share industrI barang konsumsi yaitu Rp 497. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain: PT.Aqua Golden Mississippi sebesar Rp 858, PT.Delta Djakarta sebesar Rp3.633, PT.HM Sampoerna sebesar Rp 830.

4.2.1. Deskripsi Nilai Variabel Current Ratio Tabel 4.2 Current Ratio

Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

Sumber:www.idx.co.id (data diolah, Juni 2011)

Tabel 4.2 ini menunjukkan nilai variabel current ratio pada masing-masing industry barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. yaitu tahun 2006-2009 yang terdiri dari 4 tahun. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat current ratio yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2006 nilai current ratio tertinggi pada PT Mandom Indonesia Tbk yaitu sebesar 878.07 Nilai current ratio terendah pada PT Kalbe Farma Tbk sebesar 93.30.

No

EMITEN 2006 2007 2008 2009

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 718,22 709,16 781.86 633.52

2 PT Delta Djakarta Tbk 380,46 417,26 378.94 470.36

3 PT Gudang Garam Tbk 188,62 195,14 221.74 246.00

4 PT HM Sampoerna Tbk 168,05 177,97 144.43 188.06

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 116,81 91,62 89.77 116.09

6 PT Kimia Farma Tbk 212,07 206,07 211.32 199.84

7 PT Kalbe Farma Tbk 93,30 498,26 333.35 298.70

8 PT Merc Tbk 541,99 617,33 777.37 503.82

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 52,84 59,12 93.53 65.89

10 PT Mayora Indah Tbk 390,93 187,82 218.87 229.04

11 PT Mandom Indonesia Tbk 878,07 176,09 809.78 726.31

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 438,95 405,47 383.06 346.84


(56)

Pada tahun 2007 nilai current ratio tertinggi pada PT Aqua Golden Mississippi Tbk yaitu sebesar 1761. Nilai current ratio terendah pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 59.12.

Pada tahun 2008 nilai current ratio tertinggi pada PT Mandom Indonesia Tbk yaitu sebesar 726.31. Nilai current ratio terendah pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 89.77.

Pada tahun 2009 nilai current ratio tertinggi pada PT Mandom Indonesia Tbk yaitu sebesar 809.78. Nilai current ratio terendah pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 65.89.

4.2.2. Deskripsi Nilai Variabel Debt to Equity Ratio Tabel 4.3 Debt to Equity Ratio

Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

Sumber

Tabel 4.3 ini menunjukkan nilai variabel debt to equity ratio pada masing-masing industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. yaitu tahun 2006-2009 yang terdiri dari 4 tahun. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat debt to equity ratio yang mengalami

No

EMITEN 2006 2007 2008 2009

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 0,77 0,74 0,71 0,73

2 PT Delta Djakarta Tbk 0,31 0,29 0,34 0,27

3 PT Gudang Garam Tbk 0,73 0,68 0,55 0,48

4 PT HM Sampoerna Tbk 1,21 0,94 1,00 0,69

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2,12 2,61 3,11 2,45

6 PT Kimia Farma Tbk 0,45 0,53 0,53 0,57

7 PT Kalbe Farma Tbk 0,36 0,33 0,38 0,39

8 PT Merc Tbk 0,20 0,18 0,15 0,23

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 2,08 2,14 1,73 8,44

10 PT Mayora Indah Tbk 0,56 0,73 1,32 1,03

11 PT Mandom Indonesia Tbk 0,11 0,08 0,12 0,13

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 0,23 0,26 0,29 0,34


(57)

Pada tahun 2006 nilai debt to equity tertinggi pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 2,08. Nilai debt to equity ratio terendah pada PT Mandom Indonesia Tbk sebesar 0,11.

Pada tahun 2007 nilai debt to equity tertinggi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 2,61. Nilai debt to equity ratio terendah pada PT Mandom Indonesia Tbk sebesar 0,08.

Pada tahun 2008 nilai debt to equity tertinggi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 3,11. Nilai debt to equity ratio terendah pada PT Mandom Indonesia Tbk sebesar 0,12.

Pada tahun 2009 nilai debt to equity tertinggi pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 8,44. Nilai debt to equity ratio terendah pada PT Mandom Indonesia Tbk sebesar 0,13.

4.2.3. Deskripsi Nilai Variabel Return On Asset Tabel 4.4 Return On Asset

Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

Sumber

Tabel 4.4 ini menunjukkan nilai variabel return on asset pada masing-masing industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. yaitu tahun 2006-2009

No

EMITEN 2006 2007 2008 2009

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 6,19 7,50 8,35 8,46

2 PT Delta Djakarta Tbk 7,60 8,16 12,26 17,33

3 PT Gudang Garam Tbk 4,64 6,08 7,81 12,80

4 PT HM Sampoerna Tbk 28,10 23,17 24,15 28,73

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 4,54 4,55 4,54 7,07

6 PT Kimia Farma Tbk 3,49 3,76 3,83 3,99

7 PT Kalbe Farma Tbk 16,53 22,55 14,47 16,19

8 PT Merc Tbk 30,62 27,03 26,29 33,80

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 12,06 13,58 23,62 34,28

10 PT Mayora Indah Tbk 6,30 7,74 6,90 11,78

11 PT Mandom Indonesia Tbk 14,89 15,34 12,61 12,53

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 11,38 10,38 11,02 11,06


(58)

yang terdiri dari 4 tahun. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat return on asset yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2006 nilai return on asset tertinggi pada PT Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar 37,20. Nilai return on asset terendah pada PT Kimia Farma Tbk sebesar 3,49.

Pada tahun 2007 nilai return on asset tertinggi pada PT Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar 36,79. Nilai return on asset terendah pada PT Kimia Farma Tbk sebesar 3,76.

Pada tahun 2008 nilai return on asset tertinggi pada PT Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar 37,08. Nilai return on asset terendah pada PT Kimia Farma Tbk sebesar 3,83.

Pada tahun 2009 nilai return on asset tertinggi pada PT Unilever Indonesia Tbk yaitu sebesar 40,66. Nilai return on asset terendah pada PT Kimia Farma Tbk sebesar 3,99.

4.2.4. Deskripsi Nilai Variabel Firm Size

Tabel 4.5 Firm Size

Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

Sumber

No

EMITEN 2006 2007 2008 2009

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 27,40 13,70 13,82 13,95

2 PT Delta Djakarta Tbk 2017 20,20 20,36 20,45

3 PT Gudang Garam Tbk 16,89 16,98 17,00 17,12

4 PT HM Sampoerna Tbk 16,35 16,57 16,60 16,69

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1661 17,21 17,49 17,51

6 PT Kimia Farma Tbk 27,86 27,96 28,00 28,08

7 PT Kalbe Farma Tbk 29,16 29,27 29,37 29,50

8 PT Merc Tbk 19,46 19,62 19,74 19,89

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 13,32 13,34 13,76 13,81

10 PT Mayora Indah Tbk 28,07 28,27 28,70 28,81

11 PT Mandom Indonesia Tbk 27,23 27,31 27,54 27,63

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 28,54 28,65 28,72 28,81


(59)

Tabel 4.5 ini menunjukkan nilai variabel firm size pada masing-masing industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. yaitu tahun 2006-2009 yang terdiri dari 4 tahun. Pada Tabel 4.5 dapat dilihat firm size yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2006 nilai firm size tertinggi pada PT Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar 29,16. Nilai firm size terendah pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 13,32.

Pada tahun 2007 nilai firm size tertinggi pada PT Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar 29,27. Nilai firm size terendah pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 13,34.

Pada tahun 2008 nilai firm size tertinggi pada PT Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar 29,37. Nilai firm size terendah pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 13,76.

Pada tahun 2009 nilai firm size tertinggi pada PT Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar 29,50. Nilai firm size terendah pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 13,81


(60)

4.2.5. Deskripsi Nilai Variabel Earning Per Share Tabel 4.6 Earning Per Share

Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

Sumber

Tabel 4.6 ini menunjukkan nilai variabel earning per share pada masing-masing industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. yaitu tahun 2006-2009 yang terdiri dari 4 tahun. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat earning per share yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2006 nilai earning per share tertinggi pada PT HM Sampoerna Tbk yaitu sebesar Rp 805,50. Nilai earning per share terendah pada PT Delta Djakarta Tbk sebesar Rp 2,70.

Pada tahun 2007 nilai earning per share tertinggi pada PT HM Sampoerna Tbk yaitu sebesar Rp 826,84. Nilai earning per share terendah pada PT Delta Djakarta Tbk sebesar Rp 2,96

Pada tahun 2008 nilai earning per share tertinggi pada PT Gudang Garam Tbk yaitu

No

EMITEN 2006 2007 2008 2009

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 3,71 5,01 6,26 7,29

2 PT Delta Djakarta Tbk 2,70 2,96 5,23 7,90

3 PT Gudang Garam Tbk 523,82 750,30 977,39 1.796

4 PT HM Sampoerna Tbk 805,50 826,84 888,72 1.160

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 77,53 114,95 119,82 236,43

6 PT Kimia Farma Tbk 7,92 9,40 9,97 11,25

7 PT Kalbe Farma Tbk 66,62 69,94 72,46 97,20

8 PT Merc Tbk 3,86 3,99 4,40 6,55

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 3,49 4,00 10,55 16,16

10 PT Mayora Indah Tbk 122,07 184,70 255,98 485,48

11 PT Mandom Indonesia Tbk 562,28 614,68 590,05 593,20

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 60,57 61,86 71,26 79,99


(61)

Pada tahun 2009 nilai earning per share tertinggi pada PT Gudang Garam Tbk yaitu sebesar Rp 1.796. Nilai earning per share terendah pada PT Merc Tbk sebesar Rp 6,55.

4.2.6. Deskripsi Nilai Variabel Dividen Per Share Tabel 4.7 Dividen Per Share

Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

Sumber

Tabel 4.7 ini menunjukkan nilai variabel dividen per share pada masing-masing industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. yaitu tahun 2006-2009 yang terdiri dari 4 tahun. Pada Tabel 4.7 dapat dilihat earning per share yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2006 nilai dividen per share tertinggi pada PT Merc Tbk yaitu sebesar Rp 2000. Nilai dividen per share terendah pada PT Kimia Farma Tbk sebesar Rp 2,38.

Pada tahun 2007 nilai dividen per share tertinggi pada PT Merc Tbk yaitu sebesar Rp 2300. Nilai dividen per share terendah pada PT Kimia Farma Tbk sebesar Rp 2,82

No

EMITEN 2006 2007 2008 2009

1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 630 1.000 1.200 1.800

2 PT Delta Djakarta Tbk 1.300 1.400 3.500 9.500

3 PT Gudang Garam Tbk 250 250 350 650

4 PT HM Sampoerna Tbk 145 390 600 1.525

5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 31 43 47 93

6 PT Kimia Farma Tbk 2,38 2,82 2,49 3,38

7 PT Kalbe Farma Tbk 10 10 13 27

8 PT Merc Tbk 2.000 2.300 5.350 4.909

9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 55,62 75,85 316,05 76,96

10 PT Mayora Indah Tbk 35 40 50 100

11 PT Mandom Indonesia Tbk 250 280 300 320

12 PT Tempo Scan Pasifik Tbk 25 60 40 35


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan penulis, maka

hasil penelitian menunjukkan pengujian hipotesis dengan uji serempak menunjukkan bahwa

setiap variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen per share

sedangkan pengujian hipotesis dengan uji parsial menunjukkan bahwa variabel firm size dan

earning per share mempunyai pengaruh yang signifikan sedangkan variabel current ratio,debt to

equity ratio dan return on asset tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.

5.2. SARAN

1.

Bagi penelitian berikutnya diharapkan menggunakan semua jenis perusahaan yang telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga dapat

mencerminkan reaksi pasar secara keseluruhan.

2.

Memperbesar sampel penelitian tidak hanya pada sektor barang konsumsi tetapi pada

sektor-sektor lainnya seperti manufaktur, properti, perbankan, dan sebagainya.

3.

Bagi para investor yang ingin melakukan investasi, hendaknya memilih pertimbangan

sendiri jangan hanya berdasarkan pada dividen saja. Para investor dapat dapat mencari

sisi lain dari investasinya, misalnya capital gain dan short sell.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Brigham, Eugene dan Joel F.Houston.2006. Manajemen Keuangan Buku 1. Edisi

Kedelapan.Jakarta :Erlangga.

Harahap, Sofyan Syafri.2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi pertama. Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada

Keown, Arthur J, David F. Scott, John D.Martin, J. William Petty.2000. Dasar-dasar

Manajemen Keuangan Buku 2. Jakarta:SalembaEmpat

Sartono, Agus. 2000 Manajemen Kuangan Teori dan Aplikasi, edisi keempat

Yogyakarta:BPFE:UGM

Situmorang, Syafrizal Helmi, Iskandar Muda, Doli M. Ja’far Dalimunthe, Fadli, Fauzie

Syarief.2008. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan:USU Press

Sugiyono. 2003 Metode Penelitian Bisnis.Edisi Kelima. Bandung:CV. Alfabeta.

Sunjaja, Ridwan dan Inge Barlian.2003. Manajemen Keuangan 2. Edisi Keempat. Jakara: PT

Prenhalindo.

JURNAL:

Surbakti, Malvin Octorico.2010. Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Dividen Per

Share Perusahaan Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009. Jurnal

Manajemen

Sumariyati, Sri.2009. Analisis Pengaruh ROI, Cash Ratio, DER dan EPS Terhadap Kebijakan

Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008.

Jurnal Ekonomi

INTERNET:


(3)

LAMPIRAN

: HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN

PENGOLAHAN SPSS 17.00 FOR WINDOWS PADA INDUSTRI

BARANG KONSUMSI

85Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 EPS, cr, roa,

der, fsa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .253a .064 -.038 1436.32905 a. Predictors: (Constant), EPS,CR, ROA, DER, FS

ANOVAb Model

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regressi

on

6489940.6 03

5 1297988.1 21

.629 .678a Residual 9.490E7 46 2063041.1

46 Total 1.014E8 51

a. Predictors: (Constant), EPS, CR, ROA, DER, FS


(4)

UJI NORMALITAS

Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables

Removed Method 1 EPS, cr, roa,

der, fsa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .253a .064 -.038 1436.32905 a. Predictors: (Constant), EPS,CR, ROA, DER, FS

ANOVAb Model

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regressi

on

6489940.6 03

5 1297988.1 21

.629 .678a Residual 9.490E7 46 2063041.1

46 Total 1.014E8 51

a. Predictors: (Constant), EPS, CR, ROA, DER, FS b. Dependent Variable: DPS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1912.820 1117.663 1.711 .094

cr .368 .729 .079 .505 .616

der -221.365 186.580 -.200 -1.186 .242

roa -1.923 20.544 -.014 -.094 .926

fs -57.595 39.926 -.244 -1.443 .156

EPS -.337 .674 -.074 -.499 .620


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 52

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.36410491E3

Most Extreme Differences Absolute .310 Positive .310 Negative -.219

Kolmogorov-Smirnov Z 2.232 Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

UJI HETEROKEDASTISITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1912.820 1117.663 1.711 .094

cr .368 .729 .079 .505 .616 .820 1.219

der -221.365 186.580 -.200 -1.186 .242 .720 1.390

roa -1.923 20.544 -.014 -.094 .926 .850 1.177

fs -57.595 39.926 -.244 -1.443 .156 .709 1.411

EPS -.337 .674 -.074 -.499 .620 .938 1.066

a. Dependent Variable: DPS

UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .253a .064 -.038 1436.32905 1.947 a. Predictors: (Constant), EPS, cr, roa, der, fs