Fokus masalah Tujuan Penelitian Kajian Penelitian Terdahulu

14 Universitas Sumatera Utara dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalm pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang diburkan dengan berita dan hiburan McQuail 1987:83, dalam Rahmat, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, hlm.127.

1.2 Fokus masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah representasi pesan budaya karo dalam film 3 Nafas Likas?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui representasi budaya karo yang ditampilkan dalam film 3 Nafas Likas. 2. Untuk mengetahui makna pesan budaya karo yang terkandung dalam film 3 Nafas Likas. 3. Untuk mengetahui bagaimana film 3 Nafas Likas menyerap budaya karo sebagai realitas sosial

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi dan mampu memberikan konstribusi positif terhadap perkembangan ilmu mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU Universitas Sumatera Utara 15 Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta diharapkan mampu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, bahan masukan dan referensi yang bermanfaat dalam pengembangan penelitian Ilmu Komunikasi, khususnya bagi pengembangan penelitian yang berkaitan dengan makna pesan budaya dalam sebuah film dan kajian- kajian komunikai antarbudaya yang ditampilkan dalam sebuah film. 3. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini, diharapkan bisa memberikan pemahaman bahwa budaya dapat direpresentasikan dalam sebuah film dan memberikan pemaknaan pesan budaya pada penonton film 3 Nafas Likas. Universitas Sumatera Utara 16 Universitas Sumatera Utara BAB II PARADIGMA DAN TEORI KOMUNIKASI

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi yang diambil peneliti. Melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu yang mana ada dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang dibutuhkan oleh penelitian sebagai pendukung penelitian. Tentunya dengan melihat hasil karya ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama. Penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis tekstual dengan pendekatan studi semiotika. Untuk pengembangan pengetahuan, peneliti akan terlebih dahulu menelaah penelitian mengenai semiotika. Hal ini perlu dilakukan karena suatu teori atau model pengetahuan biasanya akan diilhami oleh teori dan model yang sebelumnya. Selain itu, telaah pada penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka pada hasil terdahulu, ditemukan beberapa penelitian tentang representasi budaya dalam film. Berikut ini adalah penelitian mengenai representasi budaya dalam film : Nama : Rr. Windhy Prameswari Metode : Kualitatif Studi Semiotika Roland Barthes Judul Penelitian : Representasi Budaya Jepang dalam Kimono Geisha Analisis Semiotik pada Film “Memoirs of a Geisha” Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang 2009 Melalui penelitian terhadap film Memoirs Of A Geisha ini, peneliti mencoba membongkar dan memahami makna sekaligus pesan dibalik tanda-tanda budaya yang direpresentasikan. Untuk itulah metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotic dengan pendekatan subyektif interpretative. Dimana dengan metode semiotika Roland Barthes peneliti mendapatkan peluang yang cukup besar untuk mengkaji makna dibalik tanda. Melalui proses Universitas Sumatera Utara 17 Universitas Sumatera Utara pemaknaan denotasi dan konotasi dari penanda dan petanda tersebut diharapkan dapat mengungkapkan mitos dibalik fenomena sebuah film yang luput dari perhatian . Representasi budaya Jepang dalam film MOG dari hasil analisis data yang telah diteliti ternyata memiliki tendensi untuk memberikan interpretasi negatif, dimana banyak terdapat mistifikasi didalam tayangannya. Film tersebut dinilai sebagai sebuah kritikan keras sutradara Amerika dalam memandang legenda sebuah budaya sosok geisha yang absurb, diperlihatkan pula bahwa mizuage dalam budaya Jepang adalah „sesuatu‟ yang bisa diperdagangkan. Sekali lagi penonton dihadapkan pada pilihan ambigu dengan pemahaman profesinya yang masih saja mengambang tanpa batasan yang jelas. Selain itu terdapat pula beberapa unsur propaganda yang dengan sengaja telah dibentuk oleh sutradara sebagai jerat ideologi kekuasaan dan kekuatan media yang mengatur apa dan bagaimana penonton berpikir. Dari penelitian tersebut terdapat beberapa kesimpulan yakni dalam hal ini Amerika tidak berusaha meluruskan anggapan miring tentang fenomena geisha, namun sebaliknya dengan sengaja telah memberikan pandangan subyektif dari sudut pandang Amerika dalam melihat budaya Jepang, dengan kata lain wacana tentang fenomena geisha hanyalah s ebuah „umpan‟ bagi media provokasi Amerika. Dengan demikian sutradara telah membentuk pesan budaya yang homogen, dimana penonton tidak mendapatkan kesempatan dalam menilai dan memahami makna representasinya secara sadar, wacana akan geisha dinilai sebagai suatu kesesatan pemikiran terhadap masalah pelacuran yang legal dilakukan oleh bangsa Jepang. Nama : Rahmi Dafiza Judul Penelitian : Representasi Budaya Seni Rongggeng Dalam Film Sang Penari Program Studi : Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro 2012 Dalam penelitian ini mengkaji tentang kebudayaan berupa tarian ronggeng yang hampir hilang setelah kejadian keracunan massal tempe bongkrek di kampung Dukuh Paruh yang mengakibatkan banyak penerus kebudayaan leluhur Universitas Sumatera Utara 18 Universitas Sumatera Utara tersebut meninggal yang diperankan oleh tokoh utama Prisia Nasution Srintil. Menurut hasil analisis peneliti dalam film ini diperoleh tanda kebudayaan yang ditampilkan dalam bentuk adegan tari-tarian, kehidupan budayanya serta lirik lagunya. Pada penelitian ini yang menggunakan delapan analisis semiotik Roland Barthes dalam menganalisis tanda. Nama : Edwina Ayu Dianingtyas Metode yang digunakan : Kualitatif Studi Semiotika Judul Penelitian : Representasi Perempuan Jawa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Diponogoro 2010 Mengetahui representasi perempuan Jawa dan untuk menjelaskan gagasan- gagasan dominan yang ingin disampaikan oleh film R.A Kartini yang berkaitan dengan persoalan Ideologi. Penelitian Edwina Ayu Dianingtyas lebih condong meneliti ketidakadilan gender dalam budaya Jawa yang identic dengan ideology patriaki. Ideologi patriaki dalam film R.A Kartini ditampilkan melalui budaya poligami, penggunaan bahasa dalam kebudayaan Jawa. Nama : PARAMESWARI PRIMADITA Metode : Semiotika Roland Barthes Judul Penelitian : REPRESENTASI BUDAYA MISTIS KUNTILANAK DALAM FILM KUNTILANAK Studi Analisis Semiotik Representasi Budaya Mistis Yang Ada Dalam Film Kuntilanak Penelitian ini menaruh perhatian pada masalah budaya mistis Kuntilanak yang ada dalam film “Kuntilanak 2006 “ Budaya mistis ini adalah Mistis Non- Keagamaan yang masih sering ditemukan dalam lingkup masyarakat. Hal-hal berbau mistis non-keagamaan yang terdapat didalam film ini antara lain; Pesugihan, Kuntilanak, pemakai durma Jawa yang memiliki kekuatan mistis, unsur kesuraman dan ketakutan. penafsiran terhadap mimpimimpi menurut penafsiran Jawa. Metode dalam penelitian ini bersifat analisis semiotic, yaitu penelitian kualitatif dengan cara merepresentasikan tanda-tanda di film “KUNTILANAK2006”. Universitas Sumatera Utara 19 Universitas Sumatera Utara Semiotik film adalah ilmu yang mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada film ini menggunakan teori Roland Barthes mengenai mitos dan kerangka analisis semiotik pada film menurut John Fiske. Tehnik pengumpulan data memakai tehnik dokumentasi dan pengamatan secara langsung terhadap beberapa scene dalam film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang benar adanya praktekpraktek, serta pemikiran dan ideology Mistis Non-Keagamaan yang berkembang dalam masyarakat kita. Dimana praktek-praktek dan ideology tersebut justru meng-arahkan individu pada perbuatan-perbuatan yang jauh melenceng dari norma ke-Tuhanan, serta kemasyrakatan dan hati nurani yang ada. Kesimpulan yang dihasilkan dari film ini masih banyaknya budaya mistisme yang berkembang di penjuru Nusantara dan bahwa mistisme itu amat mempengaruhi pola pikir masyarakat kita.

2.2 Paradigma Konstruktivisme