Teori Kesejahteraan Landasan Teori

akan mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa tersebut berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. 4. Tingkat pendidikan membentuk karakter pribadi yang secara agregat akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam suatu negara. 5. Jumlah penduduk yang semakin besar dalam suatu Negara akan menyebabkan semakin besar pula jumlah konsumsi dan produksi negara tersebut. 6. Lingkungan dan media yang mempercepat perluasan informasi seberapa besar masyarakat suatu negara atau perekonomian dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat lain disekitarnya. Bagaimana lingkungan mempengaruhi selera masyarakat merupakan satu hal yang sangat mempengaruhi pola konsumsi.

2.1.7 Teori Kesejahteraan

Kesejahteraan merupakan salah satu aspek yang cukup penting dalam membina dan menjaga terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi. Kesejahteraan diperlukan untuk meminimalisir adanya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Tingkat kesejahteraan mengacu pada keadaan masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan tiap individu. Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Kolle 1974 dalam Bintarto 1989 mendefinisakn kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan: a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah bahan pangan, dsb b. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dsb c. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dsb d. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dsb. Todaro 2003 mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menegah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan tingkat produktivitas masyarakat. Todaro secara lebih spesifik mengemukakan bahwa fungsi kesejahteraan W walfare dengan persamaan sebagai berikut : W = W Y, I, P dimana: Y : Pendapatan perkaita I : Ketimpangan P : Kemiskinan absolute Ketiga variabel tersebut mempunyai signifikansi yang berbeda-beda, dan selayaknya harus dipertimbangkan secara menyeluruh untuk menilai kesejahteraan di Negara-negara berkembang. Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan diatas, diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan perkapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan. Hasil Survei Biaya Hidup SBH tahun 1989 yang dilakukan oleh BPS membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan daripada untuk non makanan, dengan demikian jumlah anggota keluarga secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.

2.2 Penelitian Terdahulu