tahap pokok seperti yang dapat terdapat pada gambar 3.1 :
Sumber: Andi, 2009:21 Gambar 3.1 Fase Pengembangan Sistem Pakar
3.2.1. Inisialisasi Kasus
Tahapan ini merupakan tahapan penentuan hal - hal penting sebagai dasar permasalahan yang akan dianalisis. Tahapan ini merupakan
tahap untuk mengkaji dan membatasi masalah yang akan diimplementasikan dalam sistem Andi, 2009:19.
Dalam tahapan ini ditentukan permasalahan yaitu kitab undang- undang hukum pidana jilid ke dua yaitu perihal kejahatan namun fokus pada
kriminalitas yaitu kasus pencurian, pemerasan dan pengancaman, penggelapan, penghancuran atau perusakkan barang. Berangkat dari data
Fase I Inisialisasi Kasus
Fase II Analisis dan Desain Sistem
Fase III Prototipe Dasar Kasus
Fase V
Implementasi Sistem
Fase IV Pengembangan Sistem
Fase VI Implementasi Tahap Lanjut
hasil observasi kemudian dilakukan pengkajian dan pembatasan masalah yang akan diimplementasikan ke dalam sebuah sistem pakar. Masalah yang
diidentifikasikan dicari solusi serta fasilitas yang akan dikembangkan.
3.2.2. Analisis dan Desain Sistem Konseptualisasi
Hasil identifikasi dikonseptualisasikan dalam bentuk relasi antar data, hubungan antar pengetahuan dan konsep-konsep penting dan ideal
yang akan diterapkan dalam sistem. Konseptualisasi juga menganalisis data- data penting yang harus didalami bersama dengan pakar dibidang
permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memeperoleh hasil konfirmasi hasil wawancara dan observasi sehingga hasilnya dapat
memberikan jawaban pasti bahwa sasaran permasalahan, tepat, benar dan sudah sesuai Andi, 2009:20.
Tahapan ini merupakan tahapan dimana Knowledge Engginer dan pakar menentukan konsep tindak pidana terhadap kriminalitas yang akan
dikembangkan menjadi sistem pakar. Tahapan konseptualisasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menguraikan jenis-jenis kejahatan
yang akan di bahas, kemudian menguraikan kejahatan-kejahatan berdasarkan jenisnya, menguraikan pasal-pasal apa saja yang berkaitan
dengan kasus yang akan di bahas dan hukuman-hukuman yang disesuaikan dengan tindakan kriminal tersebut.
3.2.3. Prototipe Dasar Kasus Formalisasi